Merasa Puaslah Dengan Hakmu!
Aqil adalah putra kedua Abu Thalib dan Imam Ali as adalah putra keempat dan anak bungsu. Aqil adalah seorang lelaki berpikiran baik, tangkas dan pemberani. Di perang Shiffin, para pasukan Imam Ali as menyaksikan keberaniannya. Anak-anaknya antara lain Muslim dan cucunya antara lain adalah kedua anak Muslim dimana semuanya adalah pendukung agama dan di antara mereka mencapai syahadah di Karbala sebagai pendukung Imam Husein as. Di akhir usianya Aqil benar-benar mengalami kemiskinan dan menderita sakit dan kedua matanya menjadi buta.
Suatu malam Aqil bersama anak-anaknya mendatangi Imam Ali as yang ketika itu menjabat sebagai Khalifah Umat Islam. Aqil mengeluhkan kemiskinan dan kesakitannya dan meminta saudaranya untuk memberikan saham baitulmal kepadanya lebih banyak. Ia berkali-kali mengulangi permintaannya dengan anggapan saudaranya Ali akan menjual agamanya kepada saudaranya Aqil dan memenuhi permintaannya dan berlepas tangan dari cara keadilannya selama ini.
Imam Ali menyaksikan kondisi seperti ini, beliau lantas menasihati saudaranya. Namun Aqil tidak mau mendengarkannya dan dengan keluhan ia tetap meminta bantuan kepada saudaranya. Pada saat itu, untuk membangunkan saudaranya dari kelalaian, Imam Ali as memanaskan sebuah besi dan mendekatkan besi panas tersebut ke badan Aqil. Aqil yang merasa tangannya kepanasan, ia menjerit dan menarik tangannya.
Imam Ali menghadap kepada Aqil dan berkata, “Engkau bukanlah anak yang pemberani, hai Aqil! Apakah Engkau menjerit karena api yang disediakan oleh seseorang untuk menghukum saudaranya? Sementara Engkau menyeretku ke arah api yang dikobarkan oleh Allah karena kemarahan-Nya. Apakah Engkau berteriak dari api yang cepat berlalu ini, sementara Engkau berharap aku tidak menjerit dari api neraka yang abadi? Merasa puaslah dengan hakmu dan jangan berkhayal karena Engkau sebagai saudaraku, lantas aku memperlakukan Engkau lebih dari yang lain.
Kejadian ini telah berlalu sampai pasca kesyahidan Imam Ali as dan Aqil berada dalam pertemuan [yang diadakan oleh] Muawiyah dalam sebuah acara. Dengan sindiran Muawiyah bertanya kepada Aqil, “Hai Aqil, apa sebenarnya kisah tentang besi panas?!
Aqil terdiam sejenak kemudian menarik napas panjang dan dengan penyesalan ia menceritakan kisah tersebut.
Muawiyah tercengang dan setelah agak lama terdiam ia berkata, “Sayang... sayang! Di manakah seorang perempuan yang melahirkan seorang anak seperti Ali?!”[tvshia/IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati]
Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Ali as
Kirim komentar