Kemunculan dan Aktivitas ISIS di Afghanistan

 Kemunculan dan Aktivitas ISIS di Afghanistan

 

 

Dalam beberapa bulan terakhir, beredar berbagai isu dan pendapat tentang kemunculan dan berlanjutnya aktivitas kelompok teroris ISIS di Afghanistan. Sementara itu terjadi banyak serangan terhadap berbagai kelompok termasuk di Helmand dan Nangarhar, dan ISIS menyatakan bertanggungjawab atas serangan tersebut. Selain itu, ketika serangan terjadi, para oknum membawa atribut ISIS. Sejumlah kelompok tidak dikenal di Afghanistan mengibarkan bendera ISIS dan berusaha mengesankan bahwa kelompok Takfiri itu juga aktif di Afghanistan dan memiliki sejumlah pangkalan di negara ini.

 

 

Beberapa waktu lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam laporannya menyebutkan bahwa 70 komandan kelompok teroris ISIS di Suriah dan Irak telah melarikan diri ke Afghanistan dalam rangka membangun kekuatan. Berdasarkan laporan yang sama, kelompok teroris Takfiri ISIS aktif di sekitar 25 wilayah Afghanistan. Namun pemerintah Afghanistan menepis laporan itu dan menyatakan, ISIS hanya aktif di dua wilayah. Reaksi tersebut membuktikan adanya perbedaan pandangan antara pemerintah Afghanistan dan lembaga-lembaga internasional soal laporan aktivitas ISIS.

 

Namun yang pasti laporan PBB itu menyoroti aktivitas anasir teroris ISIS di Afghanistan yang berdatangan dari Chechnya, Tajikistan, Krygyzstan, dan dari etnis Uyghur Cina. Menurut para pengamat, mereka, adalah para anasir dari berbagai kelompok termasuk al-Qaeda atau kelompok-kelompok kriminal dan bahkan anggota Taliban, dan mereka semua sekarang dikoordinasi secara terpadu di bawah bendera ISIS. Sekarang pertanyaan yang mengemuka adalah mereka yang beraktivitas di bawah naungan kelompok teroris ISIS, apakah benar-benar individu yang teguh pada agama?

 

Para pengamat politik berpendapat bahwa para anasir itu bukan orang-orang yang teguh pada agama, melainkan para antek-antek yang beperang demi imbalan uang. Meski demikian, kelompok yang memperkenalkan diri sebagai ISIS itu, ternyata memiliki kekejaman yang tidak kalah dibanding kelompok ISIS sesungguhnya.  Adapun menurut para pejabat Afghanista kelompok teroris ISIS bisa saja terbentuk di negara itu dengan dukungan pihak-pihak asing.

 

Di lain pihak, Pakistan meski menyambut kehadiran ISIS di Afghanistan, akan tetapi menolak ISIS yang dipimpin Abu Bakr al-Baghdadi. Sejatinya, Pakistan menginginkan ISIS yang dibentuk sesuai dengan rancangan Dinas Rahasia Pakistan ISI. Banyak beredar opini bahwa para anggota kelompok teroris ISIS, adalah antek-antek bayaran yang akan berperang untuk pihak manapun yang bersedia menetapkan upah lebih besar.

 

Ketergantungan Arab Saudi terhadap Amerika Serikat dan kerjasamanya dengan Israel, telah membuat pemerintah Riyadh mengeluarkan dana besar untuk membentuk kelompok-kelompok teroris di kawasan termasuk di antaranya ISIS. Menurut para pegiat media, terdapat perbedaan besar antara ISIS dan Taliban, salah satunya dan yang terpenting adalah bahwa Taliban tidak sedang mengupayakan kekhalifahan melainkan pembentukan sebuah negara Islam di Afghanistan. Adapun kelompok teroris ISIS, mengacu revivalisasi kekhalifahan di dunia Islam dan melalui kekhalifahan tersebut, ISIS akan menerapkan seluruh programnya.

 

Tujuan kelompok teroris ISIS memulai aktivitasnya di Afghanistan adalah untuk menyusup ke wilayah Asia Tengah dan Kaukasus. Lembah Ferghana di Tajikistan, merupakan tempat strategis bagi ISIS. Mengingat ISIS di Suriah dan Irak sudah tidak memiliki masa depan yang jelas, dan karena pangkalan ISIS berada di wilayah yang datar, maka kemungkinan kehancuran mereka semakin besar. Oleh karena itu, ISIS memilih lokasi pegunungan di Afghanistan, Pakistan, Asia Tengah dan Kaukasus, untuk membentuk pangkalan yang lebih aman. Dan mengingat wilayah perbatasan antara Afghanistan dan Pakistan adalah wilayah adat dan pegunungan, ISIS berharap setelah kekalahan di Irak dan Suriah, dapat mengorganisir pasukannya di wilayah-wilayah adat di perbatasan antara Pakistan dan Afghanistan utara. Jika itu terwujud, maka ISIS dapat menyusupkan pasukannya ke Asia Tengah dan Kaukasus.

 

Poin penting yang perlu digarisbawahi adalah bahwa Taliban yang telah menyatakan baiat dengan al-Qaeda tidak dapat menolerir kehadiran kelompok teroris ISIS di Afghanistan. Semua seakan sedang memanfaatkan dari isu kehadiran ISIS di Afghanistan. Di satu pihak, pemerintah Afghanistan juga berusaha membesar-besarkan ancaman ISIS untuk menerima bantuan finansial dan militer lebih banyak dari Barat. Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk melanjutkan kehadiran pasukan mereka di Afghanistan melampaui 2016, mengamalkan isu ISIS.

 

Oleh karena itu, opini regional dan internasional saat ini mendesak Taliban untuk segera berunding dengan pemerintah Afghanistan guna mencapai perdamaian. Kelompok bersenjata itu berusaha mendapat poin konsesi di perundingan dengan meningkatkan serangannya. Negara-negara seperti Afghanistan, Amerika dan Pakistan mengklaim bahwa ancaman ISIS saat ini belum serius. Namun negara-negara Barat pada saat yang sama sedang memanfaatkan isu kehadiran ISIS di Afghanistan.

 

Di samping militer Afghanistan, para mujahidin merupakan pasukan potensial dalam rangka melawan kelompok teroris ISIS. Namun meski ada permintaan dari para mujahidin untuk terjun ke kancah politik dan militer, Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani hingga kini tampak belum berminat menggunakan kekuatan potensial besar ini.

 

Menurut para pemerhati, pemerintah Islamabad sangat diuntungkan dengan kehadiran ISIS di Afghanistan dan dapat mengupayakan tujuannya melalui kelompok tersebut. Salah satu di antaranya adalah menggeser posisi Taliban dan berlanjutnya militansi di Afghanistan. Dinas Rahasia Pakistan ISI, juga tidak menginginkan Kashmir dan Afghanistan tenang. Selain itu, ISIS dapat menciptakan gangguan bagi masa depan Cina dan Rusia, serta ketika itu Pakistan akan menerima imbalan dari Barat atas jasanya itu.

 

Abdul Qadir Vahedi Mujdeh, atau yang terkenal dengan julukan Abu Ibrahim Khurasani, mantan juru bicara ISIS di Afghanistan, menyatakan bahwa tujuan ISIS di Afghanistan adalah menyingkirkan Taliban. Abu Ibrahim juga sedikit menyinggung titik awal terbentuknya ISIS di Afghanistan dan mengatakan, setelah tiga tuntutan Pakistan tidak dikabulkan Taliban, sebuah kelompok berkumpul di Afghanistan timur yang pada awalnya bernama Taliban Pakistan,  langsung berubah nama menjadi ISIS. Mereka mengusir Taliban dari wilayah. Taliban sendiri tidak melakukan perlawanan dengan alasan tidak ada perintah dari Mulla Omar, dan bahkan tidak tahu harus bersikap seperti apa di hadapan ISIS.

 

Sampai akhirnya Mulla Omar menulis surat kepada Abu Bakr al-Baghdadi, pemimpin ISIS. Dalam balasan surat itu, Abu Bakr al-Baghdadi memberikan jawaban yang kasar untuk Mulla Omar, dan sejak saat itu, terjadi friksi hebat antara Taliban dan ISIS. Adapun terkait perekrutan anasir ISIS di Afghanistan, Mujdeh mengatakan itu dilakukan bukan karena berdasarkan panggilan hati, namun dengan memberikan gaji.

 

Oleh karena itu pula, ISIS sulit mendapat tempat dalam masyarakat Afghanistan dan mereka tidak diterima. Sedemikian rupa sehingga di Helmand, warga sendiri yang bangkit melawan ISIS. Masalah yang dihadapi ISIS di Afghanistan adalah mereka tidak punya alasan untuk menyisipkan embel-embel agama dalam seruannya kepada masyarakat untuk bergabung.  

 

Menurut Mujdeh, orang-orang yang bangkit melawan Taliban bukan dari anasir dari luar, melainkan anasir-anasir Taliban sendiri yang telah menarik baiat mereka dari Mulla Omar. Mengingat kedekatan mereka dengan Pakistan, tampaknya ini baru permulaan permainan. Hingga kini belum ada orang yang tampil sebagai pemimpin ISIS di Afghanistan, namun mungkin di masa mendatang akan muncul seseorang yang mengambil alih kontrol dan memulai permainan baru di Afghanistan.[tvshia13/IRIB Indonesia]

Kirim komentar