Negosiasi Nuklir Iran dan Kelompok 5+1 Menurut Perspektif Rahbar

Negosiasi Nuklir Iran dan Kelompok 5+1 Menurut Perspektif Rahbar

Rahbar atau Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menekankan dirinya sepakat dengan berlanjutnya negosiasi nuklir dan kemajuan yang diperolehnya serta penggapaian kesepakatan yang baik. Bangsa Iran menurut Rahbar, pastinya tidak akan menentang kesepakatan yang mengusung kehormatan dan kemuliaan mereka.

Ayatullah Khamenei Ahad (8/2) dalam pertemuannya dengan para komandan dan staf angkatan udara serta unit anti udara militer Iran menjelaskan berbagai upaya untuk menggapai kesepakatan komprehensif di bidang nuklir. “Saya setuju dengan kesepakatan yang dapat tercapai, akan tetapi saya menentang kesepakatan buruk dan kami percaya tidak mencapai kesepakatan lebih baik daripada kesepakatan yang merugikan kepentingan nasional dan membuka jalan bagi penistaan terhadap bangsa besar Iran,” papar Rahbar.

Rahbar menekankan, “Jika kesepakan ini terjadi dan dengan kesepakatan, senjata sanksi dapat tersingkir dari tangan musuh, maka ini sangat baik, akan tetapi jika kesepakatan tidak terjadi, semua harus tahu bahwa terdapat banyak cara di dalam Iran untuk memperlamban senjata sanksi.”

Babak baru negosiasi nuklir antara Iran dan Kelompok 5+1 dimulai pasca naiknya Hassan Rouhani sebagai presiden dan kedua pihak di langkah awalnya pada November 2013 di Jenewa, Swiss menggapai kesepakatan sementara atau yang dikenal dengan “Aksi Bersama”.

Berdasarkan kesepakatan sementara ini, kedua pihak berkomitmen melakukan langkah-langkah bersama untuk menunjukkan itikad baik mereka, sehingga proses perealisasian kesepakatan final nuklir semakin mudah. Republik Islam Iran yang sejak hari pertama perundingan menekankan status sipil program nuklirnya, terus melanjutkan upayanya menunjukkan niat baik.

Iran, dengan menandatangani kesepakatan sementara Jenewa, yang diperpanjang dua kali, telah mengerahkan segenap upayanya untuk menunjukkan niat baiknya demi membuktikan status damai dan sipil program nuklir negara ini. Pejabat Iran berulang kali menekankan bahwa berdasarkan ajaran Islam, senjata nuklir tidak mendapat posisi di doktrin militer dan pertahanan negara ini. Untuk melegitimasi prinsip vital dan strategis ini, Rahbar dalam fatwanya mengharamkan pembuatan senjata nuklir.

Sikap dan langkah yang ditempuh Iran selama proses perundingan nuklir dengan Kelompok 5+1 berlangsung sangat rasional dan dalam koridor kepentingan nasional. Pejabat Iran tidak pernah berunding karena terpaksa, sehingga menurut anggapan Amerika Serikat, dewasa ini dalam proses perundingan, Iran tidak memiliki pilihan.

Bangsa dan pemerintah Iran telah mengecap beragam pengalaman, mulai dari Revolusi Islam, perang yang dipaksakan dengan rezim Saddam Hossein yang didukung kekuatan arogan serta represi dan beragam konspirasi seperti sanksi, setelah kemenangan Revolusi Islam serta banyak belajar mengenai mekanisme melewati fase-fase yang sulit.

Solusi isu nuklir juga lebih sulit ketimbang hari-hari sulit yang dihadapi bangsa Iran pasca kemenangan Revolusi Islam akibat konspirasi musuh. Bangsa dan pejabat Iran, dengan persatuan dan keteguhannya berhasil melewati seluruh hari-hari yang sulit.

Tim juru runding nuklir dengan dukungan Rahbar, pemerintah dan rakyat, mempertahankan nilai-nilai Revolusi Islam dan hak legal bangsa Iran dalam perang diplomasi dengan Barat, khususnya dengan Amerika Serikat. Penekanan Iran terkait pencabutan seluruh sanksi, baik yang multi, bilateral maupun sepihak, untuk menggapai kesepakatan nuklir komprehensif merupakan tuntutan bangsa Iran. Sementara itu, perilaku makar pihak Barat, khususnya Amerika selama proses perundingan nuklir, tidak akan mampu menyingkirkan tuntutan bangsa Iran.

Menurut ungkapan Rahbar, pemerintah Islam di negosiasi nuklir bertindak berdasarkan rasio, namun pihak lawan tidak memiliki rasio serta hanya mengandalkan kekerasan. Sikap AS yang tidak menggunakan rasio selama proses perundingan mengindikasikan permusuhan Washington dan kekuatan imperialis lainnya terhadap prinsip gerakan dan orientasi yang dibarengi dengan resistensi serta tuntutan independensi bangsa Iran. [TvShi/IRIB Indonesia]

Kirim komentar