Bahaya game, Musuh Syiah, Musuh Islam
Terlalu banyak bermain game akan mempengaruhi kepribadian anak, anak-anak kebanyakan tidak memilah-milah game yang dimainkan. Setiap game yang menarik game itu yang akan mereka mainkan. Game komputer atau game online. Karena alasan ini maka sesuai penelitian ternyata anak 12-14 tahun cenderung memainkan game yang diperuntukkan bagi umur diatas mereka.
Bahaya yang dimiliki game dan pengaruh game menjadi alat yang tepat bagi musuh Islam. Orang-orang yang layak disebut sebagai musuh kemanusiaan.
Amerika setelah kehancuran Unisoviet merasa sudah menjadi satu-satunya negara adikuasa nomor wahid. Namun hal ini belum dirasakan, untuk meyakinkan publik berbagai upaya pun dilakukan. Salah satu usaha yang dilakukan adalah menilik kekuatan-kekuatan kecil yang berpotensi menjadi lawan mereka. Akhirnya mereka menyadari bahwa Islam adalah bahaya besar bagi konsep kebebasan dan arogansi mereka. Sebab ajaran Islam yang mengangkat harkat kemanusiaan dan fitrah, bertolak belakang dengan kepentingan negara paman sam ini.
Amerika tidak bisa menyerang Islam dan umat manusia pada mumumnya secara langsung. Mereka hanya bisa memukul dari belakang, dengan berbagai bungkus baik berupa film, game, fasion dll. Jelas Amerika tidak ingin manusia pada umumnya menjadi manusia berotak encer. Dengan game mereka bisa mendapatkan banyak hal, selain profit dari penjualan, lebih dari itu banyak otak anak-anak menjadi keras dan tidak berfungsi sebagaimana seharusnya.
Alasan sebenarnya mengapa anak gemar bermain game karena mereka gemar mencoba hal baru. Hal baru menjadi suatu hal yang sangat menantang dan menarik. Ini sebagaimana dikutip psichiatryc time. Hal ini menjadi peluang besar sebagai media perusakan anak sejak dari kecil.
Jika orang tua menyadari, jika sebenarnya sang anaknya telah kecanduan game. Kecanduan game seharusnya tidak dianggap enteng karena merusak otak. Dari sebuah jurnal psikologi, para peneliti juga meneliti efek game terhadap sikap dan otak anak-anak. Anak-anak yang kecanduan game jadi kehilangan sense of struggle. Permainan game yang hanya mengandalkan pencapaian poin tertinggi dan semangat mengalahkan para pesaing dengan berbagai cara (diantaranya dengan mengunduh program cracker) membut anak-anak tidak peka terhadap nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat seperti toleransi, menghargai sesama, kejujuran dan menjunjung fair play. Anak-anak ini berlaku curang tanpa merasa bersalah agar bisa menang. Setelah otak anak-anak yang kecanduan game ini discanning ternyata ada simpul otak yang menilai nilai baik dan buruk, areanya mengecil bahkan hilang.
Menurut Sussy Yusna Dewi psikiater anak dan remaja RSJ Soeharto Heerjan ciri-ciri kecanduan game di antaranya adalah jika jam bermain game anak makin meningkat, anak menunjukkan ekspresi permusuhan dan marah jika jam bermain gamenya dikurangi atau dihentikan, dalam kasus yang lebih berat anak menjadi lupa waktu, lupa makan serta enggan bersosialisasi dengan keluarga dan teman serta tidak mau sekolah.[kompasiana]
Jelas jika anak memiliki semua keburukan ini kelak akan memiliki masa depan suram. Anak dengan masa depan suram tidak perlu dikhawatirkan oleh Pemerintah arogan semacam Paman sam. Sehingga pemerintahan dan adikuasa mereka tidak ada yang mengusik.
Salah satu upaya pencegahan adalah dengan penciptaan game-game bernuansa Islami. Pemerintah Islam Iran benar-benar menyadari betapa besar bahaya game. Mereka pun membuat game-game produk nasional yang diarahkan untuk memperkenalkan anak pada nilai-nilai nasionalisme.
Ketika kita mau kita pasti bisa.[TvShia]
Kirim komentar