Nasib Umat Islam Tak Menentu di Republik Afrika Tengah

Nasib Umat Islam Tak Menentu di Republik Afrika Tengah

Badan PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) menyatakan kesiapannya untuk membantu mengevakuasi penduduk Muslim yang beresiko menjadi korban serangan milisi Kristen anti-Balaka di Republik Afrika Tengah (CAR).

 

"Apa yang tidak kami inginkan adalah berdiam diri dan menyaksikan orang-orang dibantai," kata juru bicara UNHCR Fatoumata Lejeune-Kaba dalam taklimat kepada media tentang konflik itu. Para pejabat PBB telah memperingatkan konflik di CAR dapat berubah menjadi genosida suku.

 

"Kami mengkhawatirkan nyawa 19 ribu Muslim di lokasi konflik. UNHCR siap membantu evakuasi mereka ke daerah yang lebih aman baik dalam dan luar negeri," katanya.

 

Menurut para pengamat, meskipun badan internasional itu memiliki itikad baik untuk melindungi nyawa 19 ribu Muslim dari Bangui dan bagian lain CAR, tapi itu adalah sebuah langkah yang terlambat setelah empat bulan konflik.

 

Pembantaian luas terhadap masyarakat Muslim di CAR telah dimulai sejak awal Desember 2013. Milisi Kristen anti-Balaka hingga sekarang telah membunuh sekitar 20 ribu Muslim.

 

Saat ini, pasukan anti-Balaka menguasai jalur utama ke dan dari ibukota Bangui serta banyak kota dan desa di barat daya Republik Afrika Tengah. Kondisi itu semakin mengancam keselamatan warga Muslim yang sudah tertekan akibat lambannya aksi nyata dari organisasi-organisasi internasional.

 

Pasukan anti-Balaka bersikap semakin brutal dengan meningkatkan serangan terhadap Muslim di sejumlah daerah di CAR.

 

Menyaksikan perkembangan itu, para pejabat UNHCR tidak punya pilihan lain kecuali mengevakuasi penduduk Muslim ke tempat yang aman. Mereka yang tinggal di Boda bahkan mengancam akan mengungsi sendiri jika UNHCR tidak dapat memindahkan mereka.

 

Sejak Desember 2013, masyarakat internasional bersikap dingin menyaksikan pembantaian Muslim di CAR dan mereka tidak mengambil langkah-langkah serius untuk menghentikan aksi keji itu.

 

Penempatan enam ribu pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika di CAR dan pengerahan dua ribu pasukan Perancis ke negara itu, juga belum membantu memperbaiki kondisi mengerikan di kawasan.

 

Menurut data UNHCR dalam tiga bulan lalu, sekitar 82 ribu Muslim terpaksa meninggalkan rumah-rumah mereka dan memilih mengungsi. Kekerasan di Bangui memasuki babak baru sehingga para panglima pasukan penjaga perdamaian menegaskan bahwa mereka akan memperlakukan milisi Kristen seperti musuh.

 

Kelompok-kelompok HAM dan badan-badan internasional sejauh ini hanya menyatakan keprihatinan atas kekerasan yang sedang berlangsung terhadap umat Islam di CAR.  

 

Jika masyarakat internasional tidak segera menghentikan kekerasan dan pembantaian di CAR, konflik etnis dan agama di tengah warga akan memperburuk situasi di negara itu. [tvshia/IRIB Indonesia]

Kirim komentar