Perjuangan Palestina Dilemahkan Kelompok Takfiri

Derita rakyat Palestina yang telah lebih dari 60 tahun dijajah Israel, seharusnya menjadi fokus perjuangan umat Islam. Bahkan, bila umat Islam fokus pada isu Palestina, persatuan Muslim bisa semakin teguh. Demikian antara lain yang disampaikan Ketua  Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), dokter Joserizal Jurnalis.

Dalam acara diskusi bertemakan “Palestina: Fokus Pemersatu Perjuangan Umat” yang diselenggarakan dalam Islamic Book Fair di Jakarta (9/3) kemarin, Dr. Joserizal yang didampingi Adi Sasono (mantan Menteri Koperasi dan UKM) menyerukan agar umat Islam, dan semua umat manusia yang masih menjunjung tinggi kemanusiaan tetap mendukung perjuangan bangsa Palestina dan upaya pembebasan masjid Al-Aqsha. Al Aqsha adalah milik tiga agama, Muslim, Kristen, Yahudi, namun kini dijajah oleh Zionis Israel.

“Orang  Yahudi sendiri juga banyak yang menentang Zionisme,” katanya.

Sementara itu, Adi Susono menyatakan bahwa perjuangan membantu rakyat Palestina adalah tugas pemerintah karena konstitusi, sekaligus kewajiban seluruh rakyat Indonesia.

Dalam diskusi  ini hadir juga warga Gaza yang sedang berada di Indonesia bernama Abdurrahim. Dia berulang kali mengucapkan terima kasih kepada MER-C  karena membantu menyalurkan bantuan rakyat Indonesia untuk membangun Rumah Sakit Indonesia di  Gaza  di saat rakyat sangat membutuhkannya.

 

Sayangnya, di tengah upaya mempersatukan umat ini, tetap saja kaum takfiri tak mau membuka mata hatinya. Sejak sebelum acara pun, di media online, kaum takfiri menyebarluaskan tuduhan sektarian kepada Dr. Joserizal. Bahkan dalam acara itu, orang-orang takfiri juga hadir dengan menggunakan kaos bertuliskan Syiah bukan Islam.

Hal ini tentu saja terasa ironis. Dr. Joserizal yang dihubungi LiputanIslam.com dalam kesempatan terpisah mengeluhkan, “Kalau kita bicara Palestina saat ini, mereka (orang takfiri) selalu mencoba mengalihkan ke isu Suriah. Sungguh berat perjuangan membela Palestina.”

Saat ditanya pendapatnya mengenai takfirisme (paham yang gemar mengafirkan orang lain), Dr. Jose menjelaskan, “Sikap takfiri dari aliran manapun akan membahayakan peradaban umat manusia. Sikap ini sama dengan Zionisme, karena sama-sama menganggap diri merekalah yang terbaik (the choosen people) dibandingkan kelompok manusia lain. Umat Islam memang perlu menganggap diri sebagai umat terbaik, tapi harus dimanifestasikan dalam bentuk kebaikan bagi seluruh alam semesta, ini adalah tuntunan Islam. Tapi kalau dimanifestasikan untuk menghukum, mengeluarkan,dan mengeliminasi kelompok lain, baik dalam agama itu sendiri maupun di luar agamanya, ini berbahaya buat kehidupan alam raya ini.”

Mengenai kaitan Suriah dan isu Palestina, dr. Jose menjawab, “Apa yang terjadi di Suriah membuka mata kita semua bahwa apa yang dilakukan kelompok takfiri  –kebetulan para pemberontak Suriah adalah kalangan takfiri yang mengaku memperjuangkan Islam– adalah sebuah penghancuran sebuah bangsa, yang tadinya heterogen dan hidup berdampingan dengan damai. Kerusakan yang ditimbulkan sangat dahsyat, baik secara fisik maupun nilai peradaban dan kemanusiaan. Mereka membuat kebohongan yang dirancang dengan canggih, misalnya pembantaian massal di Houla, serangan senjata kimia di Khan al Asal dan Ghouta timur, untuk mengundang kekuatan luar menghancurkan Suriah, dengan teriakan takbir. Sungguh ini membuat orang terperangah hebat.”

“Dan kini kita lihat, kaum takfiri ini tidak segan-segan membunuh sesama mereka. Lihat konflik antara al Nusra dan ISIS. Dan yang perlu digarisbawahi: mereka tidak mau membicarakan bagaimana nasib Palestina dan al Aqsa-nya atas akibat perbuatan mereka itu. Saat ini mereka seakan alergi membicarakan Palestina sebagai visi pemersatu perjuangan umat Islam dan seluruh manusia yang punya rasa keadilan dan perikemanusiaan,” lanjutnya. [tvshia/liputanislam]

Kirim komentar