Tempat Tinggal Imam Mahdi
Tidak diragukan lagi bahwa Imam Mahdi as lahir di kota Samirra. Hingga syahadah Imam Hasan Askari as tiba, Imam Mahdi as bertempat tinggal di rumah sang ayah di kota ini.
Hakimah bibi Imam Hasan Askari as beberapa kali melihat Imam Mahdi as di rumah tersebut. Imam Hasan Askari as pun dalam sebuah pertemuan dengan Ahmad bin Ishaq pernah menunjukkan Imam Mahdi as kepadanya. (Bisyarat al-Islam, hlm. 167)
Ya’qub bin Manqusy pernah bertanya kepada Imam Askari, “Wahai junjunganku! Siapakah yang akan menjadi imam sepeninggal Anda?” Imam Askari berkata kepadanya, “Singkaplah tirai itu.” Ya’qub menyingkap tirai dan tak lama setelah itu seorang anak keluar dan duduk di pangkuan Imam Askari as.
Ketika sedang menghadapi maut, Imam Askari as berkata kepada pembantunya, “Masuklah ke kamar itu dan bawalah kepadaku anak yang sedang sujud itu.” (Kitab al-Ghaibah, hlm. 165)
Ghaibah Shughra (Kegaiban Pendek)
Pada masa Ghaibah Shughra yang berlangsung selama 74 tahun, tempat tinggal Imam Mahdi as tidak diketahui. Sepertinya, beliau kala itu bertempat tinggal di Iraq. Hal ini lantaran keempat wakil khusus beliau senantiasa berhubungan dengan beliau secara langsung. Mereka hidup di kota Baghdad. Mereka menerima surat dari para pengikut Imam Mahdi as dan menyampaikan surat-surat itu kepada beliau. Selanjutnya, mereka lantas menyampaikan jawaban beliau kepada mereka. Dengan demikian, sekalipun tempat tinggal beliau tidak bisa dipastikan berada di daerah mana, tetapi para wakil khusus ini pasti mengetahui di mana beliau bertempat tinggal.
Dalam sebuah hadis, Imam Shadiq as berkata, “Al-Qa’im kami akan mengalami dua masa kegaiban: yang satu pendek dan yang lain lama. Pada masa kegaiban pertama, tak seorang mengetahui tempat tinggalnya kecuali para Syiah khusus.” (Bihar al-Anwar, jld. 52, hlm. 155)
Ghaibah Kubra (Kegaiban Panjang)
Imam Shadiq as pernah berkata kepada Abu Bashir, “Tempat tinggal terbaik adalah Thaibah (Madinah).”
Allamah Majlisi berpendapat, ucapan ini membuktikan bahwa Imam Mahdi as sering berada di kota Madinah dan sekitar. (Bihar al-Anwar, jld. 52, hlm. 158) Sekalipun demikian, tak seorang pun yang tahu di mana Imam Mahdi as bertempat tinggal.
Allamah Majlisi menukil kisah bagaimana Ali bin Fadhil memasuki Jazirah Khadhra’. Sekalipun Ali bin Fadhil belum sempat berjumpa dengan Imam Mahdi di pulau ini, tetapi pertemuan-pertemuan dengan sebagian orang di situ dapat memberikan kesaksian bahwa pulau ini adalah tempat tinggal Imam Mahdi as.
Dengan bersandar pada kisah ini, sebagian ingin menarik kesimpulan bahwa Imam Mahdi as hidup di pulau tersebut. Bahkan sebagian orang lebih berani menarik kesimpulan.
Melalui tanda-tanda Jazirah Khadhra’ yang dikelilingi oleh air berwarna putih, mereka menyimpulkan bahwa Imam Mahdi as hidup di segi tiga Bermuda. Menurut mereka, tak seorang pun berhasil mendekati segi tiga ini hingga sekarang. (Jazireh-ye Khazra’ Vaqe’iyat ya Afsaneh, hlm. 47)
Tapi pandangan ini tidak bisa dibenarkan. Alasannya, pertama, tak seorang pun mengetahui tempat tinggal Imam Mahdi as secara detail, dan kedua, kisah Ali bin Fadhil itu sangat kontradiktif.
Menurut Allamah Hasanzadeh Amuli ketika menukil pandangan Haji Nuri, Jazirah Khadhra’ ini sekarang masih ada dan terdapat di Andalusia. Pulau ini sangat hijau dan rindang. Lantaran keistimewaan khusus yang dimiliki, Mahdi Fatimi menjadikannya sebagai ibukota kerajaannya. Setelah itu, terkenal di kalangan masyarakat luas dan sebagian penukil bodoh mengganti Mahdi Fatimi itu dengan Imam Mahdi as. Lalu tersebarlah bahwa Imam Mahdi bertempat tinggal di pulau ini.
Menurut sebagian hadis, Imam Mahdi as tidak memiliki tempat tinggal khusus. Tetapi hadis ini menekankan bahwa beliau bersama masyarakat dan hidup di tengah mereka sekalipun tak seorang pun mengenal beliau. (Kitab al-Ghaibah, hlm.164)
Salah satu tempat yang selalu dikunjungi oleh Imam Mahdi as padang Arafah. Beliau selalu hadir di padang ini setiap tahun pada musim haji tiba. (Al-Kafi, jld. 1, hlm. 337)
Banyak juga ulama yang berhasil berjumpa beliau di kota Karbala, Najaf, Kufah, Madinah, Makkah, Masjidil Haram, dan kota-kota lain yang memiliki nilai kultus.
Era Kemunculan
Pada masa kemunculan, Imam Mahdi as akan bertempat tinggal Masjid Sahlah. Telah ribuan nabi yang pernah mengerjakan salat di masjid suci ini.
Imam Shadiq as berkata kepada Abu Bashir, “Hai Abu Muhammad! Seakan-akan saya sedang menyaksikan kehadiran al-Qa’im di Masjid Sahlah. Ia hidup bersama istri dan anak-anaknya di masjid ini.”
Abu Bashir bertanya, “Apakah Masjid Sahlah adalah tempat tinggal beliau?”
Imam Shadiq as menjawab, “Ya. Masjid ini adalah tempat tinggal Nabi Idris as. Allah tidak pernah mengutus seorang nabi kecuali ia pasti mengerjakan salat di masjid ini. Barang siapa bermalam di masjid ini, seakan-akan ia bertempat tinggal di kemah Rasulullah saw.” (Bihar al-Anwar, jld. 52, hlm.317)
[tvshia/shabestan]
Kirim komentar