Kisah Jendela di atas Kubah Hijau Makam Nabi SAW

Kisah Jendela di atas Kubah Hijau Makam Nabi SAW

 

Situs Mahfale Montazerane Zohur (INJA) menulis: Beberapa waktu lalu, sebuah situs Lebanon mengabarkan bahwa kaum Wahabi berniat menghancurkan kubah makam Nabi. Tiba-tiba, orang yang dibebani tugas ini tewas tersambar petir saat berada di atas kubah. Sebab itu, kaum Wahabi membuat sebuah bagian menyerupai gundukan makam di atas kubah tersebut, sebagai ‘kenangan atas pengabdian’ pekerja yang tewas tersebut. Dan masih ada beberapa versi kisah yang dibuat-buat terkait bagian menonjol dari kubah makam Nabi saw ini.

 

Selama beberapa waktu, peristiwa ini menjadi buah bibir di kalangan kaum Wahabi dan dijadikan pegangan untuk mengolok-olok ajaran Syiah. Namun, yang sebenarnya terjadi tak pernah disinggung mereka sama sekali.

 

Di masa Khalifah Utsman, terjadi musim kekeringan. Warga Madinah menemui Aisyah dan memintanya berdoa agar hujan turun. Aisyah berkata, ”Pergilah ke makam Nabi dan bertawasullah dengan beliau agar Allah menurunkan hujan. Buatlah sebuah celah yang terbuka ke arah langit di atap makam beliau, sehingga dengan melihat makam itu, langit akan menurunkan hujan.”

 

Orang-orang melakukan hal itu dan hujan pun turun. Mereka lalu membuat sebuah jendela sebagai ganti celah tersebut. Sejak itu, saat musim kemarau tiba, warga Madinah melakukan salat istisqa dan membuka jendela tersebut. Cara ini efektif untuk menurunkan hujan. Tradisi ini berlangsung sampai abad ke-9.

 

Ketika kubah hijau dibuat di masa kekuasaan dinasti Ottoman, dibuatlah sebuah bagian menonjol di atas celah tersebut, yang dari jauh terlihat seperti sebuah makam. Menarik diketahui, setelah datangnya berkuasanya kaum Wahabi, mereka tak pernah mengizinkan jendela ini dibuka saat salat istisqa. [tvshia/liputan islam]

Kirim komentar