Tangan itu Tangan ….

Tangan itu Tangan …. 

  

By: Kang Jalal

 

Di  tengah sahara yang terhampar sangar

Dalam terik matahari siang yang membakar

Sepasang tangan suci menyapu lahan

            di bawah pepohonan

Ia menghadap Ka’bah dan mengangkat kedua tangan

 

“Allahu Akbar”

 

 

 

Kedua tangan itu tangan Muhammad Rasulullah

 

Di atas tumpukan pelana kuda dan unta

Di depan pandangan ratusan ribu mata

Ia memandang jauh ke depan

Dengan air mata yang mengelegak  dalam genangan

Tangan kanannya mengangkat  tangan kiri anak muda

          yang berdiri di sampingnya

 

 

 

Tangan kanan itu tangan Muhammad Rasulullah

Menakjubkan,  dari bibir yang suci kalimat lembut memancar

Menyebar di sahara yang terhampar

Bergulung-gulung membentuk awan

          Meledakkan gelegar halilintar

Dalam genggaman tangan suci, suara indah terdengar

“Man kuntu mawlah fa ‘Aliyyun mawlah.”

 

 

 

Tangan yang menggengam itu tangan Muhammad Rasulullah

 

Mereka berjalan di pinggiran kota Madinah

Di sekitar kota, seperti pagar hidup, ada taman-taman indah

“Taman kamu di surga lebih indah lagi”

Tiba-tiba kedua tangan Nabi memagut Ali

dan dari wajahnya mengalir airmata ke pundak Ali

“Aku menangis karena kedengkian  orang banyak kepadamu

Segera setelah aku meninggalkan kamu”

 

 

 

Kedua tangan  yang memagut itu tangan Muhammad Rasulullah

 

Di masjid, Ali tertidur dengan tubuh kelabu tertutup debu

“Biarkan ia tidur, karena sepeninggalku nanti

Ia tak kan sempat beristirahat lagi”

Dengan penuh kasih, tangan itu  membersihkan debu-debu di punggungnya

“Duduklah Ya Aba Turab, wahai Sang Bertabur Debu”

Ali terbangun dan kedua pasang mata saling menatap mesra

“Engkaulah pemimpin orang miskin dan orang miskin membanggakan kamu sebagai pemimpin mereka”

 

 

 

Tangan yang menyapu debu itu tangan Muhammad Rasulullah 

 

Di atas pangkuannya, diiringi senyum syahdu

roh suci itu terbang lepas menuju Kekasih Sejati

kedua tangan itu menyapu muka Sang Nabi

Dan mengusapkannya ke  mukanya yang sendu

“Kau tetap indah, semasa ada dan setelah tiada”

Air mata melimpah keluar dari sela-sela jari tangannya

 

 

 

Kedua tangan itu tangan Ali Amirul Mukminin

 

Di pinggir jalan, ia menemukan anak kecil menangis sendirian

Ia mendekatinya, mendekapnya dan mengusap airmatanya

“Kenapa kau menangis, sayang?”

 “Tadi aku datang ke sini untuk bermain bersama,

Teman-teman mengusirku dan berkata: Kau tak punya bapak!”

Tangan yang  kekar mencecar musuh di Badar sekarang bergetar

Tangan yang  kuat memegang pedang di medan perang sekarang berguncang

Dengan  gelegak air mata yang tak tertahan

Kedua tangannya memeluknya erat-erat

“Bawa uang ini. Bermainlah dengan mereka. Jika mereka bertanya siapa bapakmu? “

Katakan:  Ayahku Ali bin Abi Thalib!

 

 

 

Kedua tangan itu tangan Ali Amirul Mukminin

 

Imam Hasan membagikan makanan

Pada barisan orang yang kelaparan

Setiap orang memperoleh jatah satu bungkusan

“Bolehkah aku meminta satu bungkus tambahan

Buat seorang kakek yang  berbalut peluh

Pekerja kasar di ladang perkebunan.”

“Boleh saja,” kata Imam Hasan pembagi makanan

“Tidakkah kamu lihat tangan buruh  itu

Kalau tidak berkeringat basah  ia bersimbah darah

Dari aliran keringatnya  kami bagikan makanan

Dari simbahan darahnya kami tegakkan keadilan

Tangan orang tua itu  tangan ayahku Ali Amirul Mukminin”

 

[tvshia/Islamic-Sources]

Kirim komentar