Sikap Orang-Orang Kolot Terhadap Imam Khomeini ra 2
Imam Khomeini ra dalam salah satu pidatonya menjelaskan tentang model pemikiran yang mendominasi hauzah dan masyarakat zaman itu:
"Mereka benar-benar melakukan propaganda dan ketika tahun pertama atau kedua saya datang ke Qom, kondisi di Qom sedemikian rupa dimana salah seorang talabeh (santri) di sana menjadi bahan ejekan masyarakat. Mereka mengatakan bahwa di rumah talabeh ini telah ditemukan koran. Mereka menganggap tabu ditemukannya koran di rumah seorang talabeh. Mereka mengatakan bahwa fulan talabeh adalah seorang politikus! Mereka mengejek talabeh tersebut. Propaganda yang mereka lakukan sedemikian parahnya sehingga bila seorang talabeh ingin ikut campur dalam urusan ini, maka ia takut menjadi bahan ejekan masyarakat dan pasti disingkirkan."
Imam Khoemini ra berkata:
"Celakalah kita. Celakalah ulama yang diam. Celakalah Najaf yang diam ini. Qom yang diam ini. Tehran yang diam ini. Mashad yang diam ini. Diam yang mematikan ini membuat negeri kita dan keluarga kita terinjak-injak oleh sepatu Israel melalui orang-orang Bahai. Celakalah kita...sekarang diam berarti bekerjasama dengan pemerintahan despotik. Bapak-bapak! Sadarlah! Bangunkanlah Najaf! Lakukan protes! Apakah bila mereka tidak melakukan protes, lalu kita tidak punya kewajiban? Apakah kita akan tetap duduk diam dan hanya memandang apa saja yang dilakukan terhadap bangsa ini? Hanya pergi ke makam Amirul Mukminin as dan berdoa? Apakah yang demikian ini cukup bagi kita? Ataukah kita sedang hidup di bawah lindungan Islam dan Baitul Mal, namun tidak melangkah sama sekali untuk Islam? Ini adalah pandangan Islam! Bila kalian sebagai khalifah Islam, maka ajarkan Islam kepada masyarakat dan jangan katakan biarkanlah sampai Imam Zaman datang... Jangan berlogika seperti logika ‘Penguasa Khomein' yang mengatakan maksiat harus disebarkan supaya Imam Zamam datang... Kalian jangan hanya duduk di sini melakukan kajian. Kalian di tengah-tengah masyarakat punya wibawa. Kaum muslimin menghormati kalian dan memuliakan kalian. Kewibawaan dan kemuliaan yang kalian miliki di tengah-tengah masyarakat ini tujuannya adalah mereka mengharapkan kalian untuk bangkit secara benar melawan kezaliman. Kalian harus mengambil hak orang-orang teraniaya dari tangan pezalim. Mereka berharap kalian bangkit dan mencegah kezaliman. Kalian telah mendapatkan kedudukan, akan tetapi ketika kalian mencapai kedudukan, kalian tidak memenuhi hak-haknya. Kalian tidak menggunakan posisi kalian dan tidak melakukan apa-apa. Kalian juga tidak membantu mereka yang melakukan kewajibannya. Semangat dan kesenangan kalian adalah bila pezalim mendukung kalian dan menghormati kalian. Misalnya mengatakan, ‘Ayyuhasy Syeikhul Kabir!' Lantas kalian tidak lagi berurusan dengan apa yang sedang menimpa bangsa dan apa yang sedang dilakukan pemerintah."
Imam Khomeini ra berkata:
"Zaman dan tempat adalah dua unsur penentu ijtihad. Sebuah masalah yang pada zaman dahulu memiliki hukum, secara lahiriah boleh jadi menemukan hukum yang baru."
Kami tahu bahwa Ayatullah Qadiri adalah teman yang sangat baik Imam Khomeini ra. Beliau di Najaf bersama Imam Khomeini dan kembali ke Qom juga bersama Imam Khomeini. Anda tahu tentang masalah surat. Di surat itu Imam Khomeini ra menulis:
"Kita harus berusaha supaya lingkaran kebodohan dan khurafat hancur sehingga kita sampai pada sumber mata air Islam Nabi Muhammad Saw yang jernih. Dan kini hal yang paling terasing di dunia ini adalah Islam. Untuk menyelamatkannya membutuhkan korban dan berdoalah semoga saya menjadi salah satu korbannya."
Imam Khomeini ra telah menjadi korban jalan ini. Dengan perantara masyarakat Allah telah menyampaikan beliau pada sebuah posisi sehingga mereka yang kemarin mengatakan, "Najis...dan cucilah kendi itu!" Bila anak Imam Khomeini meminum air dengan kendi tersebut, sekarang tidak lagi bisa bicara. Ketika melakukan perjuangan, sejumlah orang mengatakan, "Imam Khomeini adalah antek Inggris." Sejumlah orang lainnya mengatakan, "Imam Khomeini adalah antek Amerika." Sejumlah orang di Najaf mengatakan, "Imam Khomeini tidak shalat." Demi Allah mereka mengatakan, "Imam Khomeini tidak puasa dan memoleskan bubuk kunyit di mukanya supaya dibilang berpuasa." Setiap sikap yang diambil oleh Imam Khomeini, pasti ditentang oleh sejumlah orang. Imam Khomeini menentang Shah Pahlevi. Beliau melakukan perlawanan terhadapnya. Imam diasingkan. Sejumlah orang mengatakan, "Memang bisa melakukan perlawanan terhadap raja yang Syiah?" Bila ini bukan kebodohan, lantas apa kebodohan itu? Mereka yang menutup matanya dengan kehodohan dan khurafat, merekalah yang menuduh Imam Khomeini tidak shalat, tidak puasa, berbohong dan lain-lain. Lihatlah ucapan Imam Khomeini yang menyedihkan ini yang mengatakan:
"Pada 15 Khordad 1342 HS tidak hanya menghadapi peluru senjata dan senjata otomatis Shah Pahlevi. Bila hanya ini saja yang harus dihadapi, maka menghadapi Shah akan menjadi mudah. Akan tetapi selain menghadapi Shah, dari dalam harus menghadapi peluru kelicikan dan sikap sok suci dan kekolotan. Peluru ejekan, kemunafikan, dan bermuka dua beribu-ribu kali lebih parah dan lebih membakar dan merobek-robek hati dan jiwa daripada bahan bakar peluru."
Satu-satunya jalan keluar adalah perjuangan, pengorbanan dan darah dan perantaranya telah disediakan oleh Allah Swt. Ulama dan para talabeh yang komitmen telah menyiapkan dadanya menghadapi setiap peluru beracun yang ditembakkan mengarah kepada Islam dengan bermodalkan cinta.
Masalah urgen mereka terhadap Imam Khomeini ra adalah campur tangan Imam dalam urusan politik dan kebangkitan beliau menyebabkan berhentinya pelajaran dan kajian bapak-bapak ini. Bahkan pasca 15 Khordad, sebagian kelompok tanpa rasa malu melakukan penyerangan terhadap Imam Khomeini bahwa kebangkitan Imam Khomeini ini menyebabkan jatuhnya kehormatan para marja! Karena teriakan Imam Khomeini menyebabkan ditangkapnya beliau dan selanjutnya terbukalah kesempatan akan penangkapan para marja.
Mereka adalah orang-orang bodoh yang sok suci yang perilaku dan ucapannya menyesatkan orang-orang agamis yang tidak tahu apa-apa dan menjadikan mereka menyingkir dari kehidupan sosial dan mengabaikan tanggung jawab. Dan akibatnya adalah melemahkan posisi dan kedudukan ulama yang senantiasa menjadi pembawa panji perjuangan menggerakkan bangsa di tengah-tengah masyarakat. Perilaku dan pemikiran mereka yang kolot menyebabkan keterasingan agama Allah dan kecondongan para pemuda muslim yang tidak berdosa menuju pemikiran dan ajaran yang menyimpang.
Mengungkapkan segala keteraniayaan dan kesusahan Imam Khomeini yang tidak dipaksakan oleh orang-orang asing tapi dipaksakan oleh orang-orang yang sok suci yang tidak berguna dan tidak bertanggung jawab di dalam hauzah, tidak cukup hanya ditulis dengan satu artikel dan buku atau tulisan. Ucapan Imam Khomeini saat meninggalkan Najaf mungkin yang bisa menjelaskan mungkin bagi masyarakat kita yang terhormat yang menyaksikan kesabaran Imamnya menghadapi peristiwa yang paling berat setelah kemenangan:
"Saya di sini sudah terbiasa akrab dengan Makam suci, namun Allah tahu akan apa yang selama ini saya rasakan dari penduduk sini." (IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)
Dikutip dari penuturan almarhum Hujjatul Islam Sayid Ahmad Khomeini, anak Imam Khomeini ra.
Sumber: Pa be Pa-ye Aftab; Gofteh-ha va Nagofteh-ha az Zendegi Imam Khomeini ra, 1387, cetakan 6, Moasseseh Nashr-e Panjereh. [Tvshia/Irib]
Kirim komentar