Faktor Penyebab Ateisme Menurut Al-Quran
Manusia secara fitrawi dalam dirinya memiliki kecenderungan mencari kesempurnaan dan tidak menyukai kekurangan. Untuk itu, ia senantiasa mencari faktor-faktor yang menumbuhkembangkan kesempurnaan dalam dirinya. Salah satu faktornya adalah keimanan. Iman secara etimologis berarti percaya dan yakin terhadap seseorang atau sesuatu. Iman merupakan sebuah keyakinan yang memainkan peran penting dalam menentukan pola kehidupannya.
Dalam ajaran Islam, iman adalah sebuah kecenderungan hati dan keterikatan pemikiran, akidah dan jiwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, hari kiamat, kitab suci yang diturunkan oleh Tuhan, dan juga para nabi yang ditugaskan untuk membimbing umat manusia. Rasulullah Saw bersabda, "Iman adalah pengakuan dengan lisan, pengenalan dan penerimaan dengan hati serta pengamalan dengan anggota badan." Dalam al-Quran, perkara iman ditekankan pada dua dimensi yaitu, keyakinan hati dan pengamalan. Kita banyak menjumpai ayat-ayat al-Quran yang berbunyi "beriman dan beramal saleh" yaitu, iman di samping amal baik dan saleh.
Identitas manusia bergantung terhadap keimanannya. Iman memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia. Manusia akan mencapai kesempurnaan dengan menumbuhkembangkan potensi transendentalnya melalui peningkatan keimanannya. Terkait hal ini, Allah swt berfirman dalam al-Quran surat al-Mujadila ayat 11, "Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Iman memiliki berbagai tingkatan. Manusia harus melalui berbagai tahapan untuk mencapai kesempurnaan. Tahap pertama adalah beriman kepada Allah swt. Keimanan kepada Allah swt menerangi hati dan mencerahkan pikiran. Orang yang beriman kepada Allah swt memandang penciptaan alam semesta beserta isinya tidak sia-sia, karena terkandung hikmah di dalamnya. Mereka juga meyakini Allah swt akan memberikan pahala kepada orang yang berbuat baik, dan memberikan ganjaran hukuman kepada yang bertindak buruk. Untuk itu, orang yang beriman kepada Allah dalam dirinya senantiasa dipenuhi optimisme dan berupaya melakukan perbuatan baik dalam kehidupannya.
Tapi, sebaliknya orang tidak beriman kepada Tuhan memandang dunia ini tidak teratur dan tidak memiliki tujuan. Tidak heran, jika mereka pesimis dalam hidupnya dan tidak berupaya melakukan perbaikan bagi perbaikan diri dan masyarakat. Keimanan tahap selanjutnya adalah keimanan terhadap Rasulullah Saw dan Iman kepada hari akhir.
Iman memperjelas jalan bagi manusia menuju kesempurnaan. Orang yang tidak memiliki iman tidak mengenal tujuan dan jalan yang benar. Lalu, mengapa sejumlah orang menjadi ateis dan menjauhi fitrah dalam dirinya ? Allah swt dalam al-Quran memberikan jawabannya. Salah satu faktor yang disebutkan oleh al-Quran sebagai penyebab ateisme adalah tidak adanya tadabbur. Tadabbur adalah perenungan yang menghubungkan maksud sebuah ungkapan dan makna-makna yang mendalam. Dalam al-Quran surat Shaad ayat 29, Allah swt berfirman, "Kitab ini ( Al-Quran) adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka dapat memperhatikan ayat-ayat-Nya (tadabbur ) sehingga dapat menjadi pelajaran bagi ulul albab, mereka yang mempergunakan akalnya untuk memikirkan sesuatu dengan mendalam."
Selain itu, faktor lainnya yang menyebabkan manusia menjadi ateis dalam pandangan al-Quran adalah tidak mengambil pelajaran dari masa lalu. Orang yang demikian tidak melihat pelajaran berharga dalam sejarah kehidupan manusia sebelumnya. Orang tidak mentadabburi al-Quran tidak mengetahui mengenai berita tentang kehidupan orang-orang zaman dulu. Padahal di dalamnya banyak pelajaran yang bisa dipetik manusia saat ini. Kini, tidak adanya perhatian terhadap kehidupan orang-orang terdahulu yang berbuat baik maupun yang berdosa dan berbuat kejahatan telah menyebabkan manusia mengulang kesalahan mereka, karena tidak mengambil pelajaran dari sejarah kehidupannya.
Faktor lain penyebab ateisme juga disebabkan karena mereka tidak mengenal Nabi dan Rasul Allah. Terkait hal ini, al-Quran surat al-Muminun ayat 68-69 menjelaskan, " Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami), atau apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka dahulu? Ataukah mereka tidak mengenal Rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya?". Berdasarkan ayat tersebut, adanya pengingkaran manusia terhadap Allah swt, karena mereka tidak mengenal Rasul dan tidak mengetahui berita besar yang dibawanya.
Sebaliknya orang yang mengenal dengan baik Rasul dan pesan yang dibawanya, maka akan terjadi perubahan besar dalam kehidupannya ketika pesan-pesan Nabi dijalankan dan larangannya dijauhi. Bahkan sejarah menunjukkan bagaimana orang-orang yang jahat berubah menjadi orang-orang yang baik karena ajaran Nabi yang suci. Sejatinya, ajaran langit yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul membawa manusia menuju kesempurnaan maknawi dalam kehidupannya.
Tapi amat disayangkan sebagian manusia bukannya mendengarkan dan mengikuti ajakan Nabi. Mereka justru menghina Nabi dan melontarkan berbagai cacian. Al-Quran surat al-Muminun ayat 70 mengungkapkan, "Atau (apakah patut) mereka berkata: 'Padanya (Muhammad) ada penyakit gila'. Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran itu."
Al-Quran mengungkapkan sebab lain dari pengingkaran sebagian manusia terhadap Nabi dan Rasul. Dalam surat al-Muminun ayat 71, Allah swt berfirman,
"Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al-Quran) bagi mereka, tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu". Berdasarkan ayat ini, salah satu faktor yang menyebabkan manusia tidak beriman, karena mereka mengikuti hawa nafsunya sendiri. Terkait masalah ini Imam Shadiq berkata, "Tidak ada sesuatu yang lebih buruk dari hati manusia yang dipenuhi dosa, sebab hati yang dilumuri dosa akan tetap demikian selama dosa-dosa itu tidak dibersihkan dan bertaubat."
Faktor lain yang menyebabkan manusia menjadi ateis adalah tidak adanya keyakinan terhadap kehidupan setelah kematian. Dalam surat al-Baqarah ayat 62, Allah swt berfirman, "Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." Berdasarkan ayat ini, tidak adanya keyakinan maupun lemahnya keyakinan terhadap kehidupan setelah kematian di dunia ini menjadi faktor yang menyebabkan manusia menjadi ateis, sekaligus menjadi sarana bagi perbuatan dosa, karena tidak meyakini perbuatannya di dunia ini akan diperhitungkan kelak setelah kematiannya.[TvShia/IRIB Indonesia/PH]
Kirim komentar