H. Abd. Rahman Mas’ud, Ph.D menyatakan bahwa Salafi merupakan salah satu kelompok radikal.
Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI Prof. H. Abd. Rahman Mas’ud, Ph.D menyatakan bahwa Salafi merupakan salah satu kelompok radikal. Pernyataan Kemenag RI ini disampaikan dalam acara "Dialog Damai Dengan Ulama Timur Tengah" yang digelar di Masjid Ukhuwah Islamiyah, Kampus Universitas Indonesia Depok, pada Kamis (12/12/2013) kemarin.
Dalam acara yang digelar oleh Badan Negara Penanggulangan Terorisme (BNPT) tersebut, Abd. Rahman Mas'ud sebagai perwakilan Kemenag RI menuliskan dalam presentasinya bahwa kelompok Salafi sebagai aliran Islam radikal yang harus diwaspadai. Lebih lanjut ia menyebutkan bahwa ciri-ciri kelompok radikal tersebut adalah mendasarkan praktek keagamaan pada orientasi masa lalu atau yang sering disebut dengan Salafi.
Acara yang dihadiri sekitar 500-an peserta ini juga diikuti oleh syaikh-syaikh dari Timur Tengah yang ikut serta menyampaikan materinya. Mereka sengaja didatangkan oleh BNPT untuk melaksanakan program deradikalisasi di Indonesia.
Sebelumnya, hal senada pernah disampaikan oleh Kasubdit Pengembangan Akademik Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Muhammad Zain yang meminta semua pihak untuk mewaspadai faham Salafi terutama yang berkiblat ke Ma’had Damaj, Yaman. Ma’had Damaj sendiri menurutnya dibina oleh seorang Syaikh yakni Syaikh Yahyah Al Hajuri murid dari Syaikh Muqbil Al Hadi al Wadi.
Muhammad Zain menyampaikan bahwa Salafi khususnya yang mengikuti Ma'had Damaj sangat berbahaya. Ia sampaikan perihal ini karena pernah berkunjung dan melihat sendiri ke Ma'had Damaj Yaman tersebut.
“Dulu saya pernah ke sana (Damaj) ketika sedang suasana perang pada tahun 2011, Syaikh Muqbil itu gurunya Ja’far Umar Tholib yang Panglima Laskar Jihad itu. Saya pernah sampaikan ke BIN, ke Angkatan Udara, dan angkatan Laut bahwa ini berbahaya, saya sampaikan jauh sebelum peristiwa Sampang,” Kata Zain saat menjadi pembicara bedah buku karya Sukamdani S Gitosardjono tersebut berjudul Wirausaha Berbasis Islam dan Kebudayaan. di Jakarta, Senin (20/5/2013).
Tidak hanya itu, Muhammad Zain menjelaskan bahwa pemahaman Salafy secara keagamaan sangat kaku, ia mencontohkan bagaimana mereka mengharamkan foto dan gambar. “Saya tidak bisa membayangkan jika model pemahaman ini berkembang di Indonesia,” tutur lulusan UIN Jakarta ini.
Menurutnya, salah satu upaya menangkal perkembangan seperti ini adalah mengembangkan pula konsep Islam yang ia sebut sebagai Islam Rahmatan lil Alamin. “Saya berharap pak Sukamdani melalui bukunya dapat mengembangkan Islam Rahmatan lil alamin,” Kata Zain.
Zain juga mengaku sempat mengunjungi Universitas Al Iman yang dipimpin oleh Syaikh Dr.Abdul Majid Az Zindani. Zain menyebut Az Zindani sebagai orang dekat Usamah Bin Ladin. Selain itu, ia mengkhawatirkan banyaknya Mahasiswa Indonesia yang berguru di Ma’had Damaj ataupun di Al Iman. Menurutnya itu mengkhawatirkan perkembangan agama di Indonesia.
Untuk itulah, umat Islam di Indonesia mesti wasapada terhadap kelompok-kelompok radikal yang bisa membahayakan NKRI khususnya dari kelompok paham Salafi. [TvShia.com/muslimedianesw.com]
Kirim komentar