Budaya, Identitas dan Jiwa Sebuah Bangsa

 

Budaya, Identitas dan Jiwa Sebuah Bangsa

 

Dalam tulisan singkat ini akan diulas mengenai pandangan Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei tentang budaya yang disampaikan dalam pidato pertemuan dengan para anggota Dewan Tinggi Revolusi Budaya Republik Islam Iran beberapa hari lalu.

Dewan Tinggi Revolusi Budaya adalah institusi budaya terpenting di Iran yang memiliki tanggung jawab utama dalam membuat kebijakan di bidang kebudayaan. Para anggota dewan tersebut dipilih oleh Rahbar sementara presiden di setiap periode akan menjadi ketua dewan tersebut.

 

Ayatullah Khamenei dalam pertemuan dengan anggota-anggota Dewan Tinggi Revolusi Budaya telah menjelaskan poin-poin penting tentang budaya dan serangan-serangan budaya asing terhadap budaya lokal, di mana penjelasan itu sangat berguna bagi semua negara Islam.

 

Menurut Rahbar, budaya setiap bangsa menunjukkan identitas dari bangsa itu. Beliau mengatakan, “Budaya adalah pemahaman, persepsi, dan keyakinan manusia serta jiwa manusia dalam kehidupan.” Dari definisi tersebut kita dapat menganggap budaya sebagai sebuah unsur pembentuk terpenting bagi setiap bangsa.

 

Ketika menjelaskan tentang kategori budaya, Ayatullah Khamenei menuturkan, “Semua hal memiliki hubungan dengan budaya. Nilai-nilai budaya adalah jiwa dan arti sejati dari sebuah bangsa.” Dengan kata lain, budaya masing-masing bangsa dianggap sebagai akar dan batang utama dari sebuah pohon. Sementara ekonomi, politik dan lainnya seperti cabang dan buah dari pohon itu. Dengan demikian, asas dan prinsip setiap bangsa adalah budaya dari bangsa itu.

 

Menurut pandangan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, budaya lebih penting dari ekonomi dan politik. Artinya, jika sebuah negara mampu melakukan pekerjaan besar di bidang ekonomi dan meraih pendapatan yang melimpah tetapi dampaknya sangat membahayakan budaya masyarakat, maka keberhasilan tersebut tidak akan menguntungkan rakyat negara itu, bahkan justru merugikan bagi mereka.

 

Ekonomi yang berhasil adalah ekonomi yang selaras dengan budaya setiap bangsa dan membantu perkembangan budaya bangsa itu. Rahbar meyakini bahwa kebijakan yang dampak dan konsekuensinya bertentangan dengan budaya dan bahkan merusak budaya masyarakat, maka kebijakan dan pendekatan tersebut tidak diinginkan dan justru merugikan. Beliau dalam pidatonya tersebut telah memahamkan para praktisi budaya bahwa semua gerakan sosial, politik dan ekonomi harus memprioritaskan dan mempertimbangkan budaya.

 

Ketika budaya merupakan prinsip dan akar setiap bangsa maka harus diupayakan supaya budaya setiap harinya lebih baik dari hari-hari sebelumnya dan bahkan terus tumbuh dan berkembang. Ketika menyinggung pentingnya program dan agenda untuk menjaga keutuhan budaya, Ayatullah Khamenei mengatakan, “Budaya memerlukan perencanaan; tidak seharusnya hanya berharap budaya negara, baik budaya publik, budaya elit, universitas dan budaya-budaya lainnya, dengan sendirinya akan baik dan berkembang. Tentunya tidak demikian, hal ini memerlukan agenda dan perencanaan.”

 

Rahbar menilai program budaya sebagai tugas penting bagi para pejabat di Dewan Tinggi Revolusi Budaya. Beliau meminta mereka membuat perencanaan untuk mempromosikan dan memajukan budaya negara, terutama program komprehensif yang dapat membantu memajukan dan memakmurkan negara di berbagai sektor lainnya.

 

Salah satu faktor yang menyebabkan budaya sebuah negara rusak dan menyimpang adalah perselisihan pandangan di antara gerakan-gerakan politik di negara itu. Setiap gerakan dan faksi politik memiliki pandangan masing-masing dan mengusulkan berbagai strategi yang berbeda di bidang budaya. Setiap presiden dan anggota parlemen yang baru terpilih akan memunculkan pemikiran-pemikiran dan ide yang berbeda-beda mengenai kebijakan negara. Mereka akan mengambil berbagai keputusan penting negara berdasarkan pandangan politiknya.

 

Dengan demikian, budaya negara memerlukan perhatian yang lebih supaya tidak menjadi korban dari keputusan-keputusan tersebut. Di Republik Islam Iran, tugas tersebut berada di pundak Dewan Tinggi Revolusi Budaya. Ayatullah Khamenei mengatakan, “Salah satu ciri khas terpenting dan poin penting dari dewan ini adalah menyebabkan masalah budaya negara tidak mengikuti pasang surutnya proses politik dan faksi-faksi politik … dan gerakan budaya sebuah negara menjadi stabil.”

 

 

Invasi budaya adalah masalah besar yang hingga kini dihadapi oleh semua negara Timur. Barat khususnya Amerika Serikat, sangat getol mempromosikan budaya Barat. Pemerintah Washington memutuskan untuk menyebarkan budaya Barat di semua negara khususnya negara-negara Islam dengan bantuan media. AS ingin mengubah dunia menjadi sebuah “desa” dan menjadi pemimpin desa itu serta mengubah budaya desa tersebut dengan budayanya.

 

 

Iran menjadi sasaran utama AS dalam menyebarkan budaya Barat. Sebab, negara itu hingga kini tetap mempertahankan budayanya dalam menghadapi arogansi AS. Ayatullah Khamenei mengatakan, “Serangan budaya adalah sebuah fakta. Ratusan … media audio danaudio-visual, internet dan media cetak di dunia sedang menarget Iran! Tujuannya adalah Iran! Mereka sendiri mengakui dan mereka tidak membantahnya. Oleh sebab itu, serangan budaya ini adalah sebuah fakta; mereka ingin mempengaruhi pikiran bangsa kita dan perilaku bangsa kita: pemuda, remaja dan bahkan anak-anak.”

 

Menurut Rahbar, memahami isu-isu serangan budaya sebelum masuk ke sebuah negara adalah cara terbaik untuk menghadapi invasi budaya. Beliau mengatakan,”Anggaplah sesuatu atau sebuah pikiran dan sebuah metode sedang menyebar di dunia dan kelak akan sampai ke sini –sementara dunia adalah dunia koneksi dan komunikasi sehingga tidak dapat dipagari- untuk itu sebelum sampai ke sini Anda harus berpikir bagaimana cara menghadapinya dengan pendekatan yang bijaksana.”

 

Ayatullah Khamenei meyakini bahwa pada periode sekarang ini anak-anak sedang dalam ancaman serangan budaya menyusul masuknya mainan, boneka dan game-game internet ke berbagai negara khususnya negara Islam. Menurutnya, Barat ingin mentransfer budaya mereka dari sejak masa kanak-kanak. Pada awalnya, mereka memproduksi film-film dan kartun supaya sebuah karakter tertentu tertanam dalam benak dan pikiran anak-anak. Setelah itu, mereka akan memproduksi boneka dan berbagai mainan lainnya yang menggambarkan karakter tersebut untuk dipasarkan. Kemudian anak-anak tertarik dan membeli boneka tersebut dan akrab dengannya.

 

 Rahbar meminta para pejabat untuk memproduksi film dan kartun yang menggambarkan karakter dan kepribadian orang-orang lokal (Iran) kepada anak-anak. Beliau juga meminta mereka untuk membuat boneka sesuai karakter tersebut supaya anak-anak lebih mengenal dan akrab dengan budaya lokal.

 

Ayatullah Khamenei lebih lanjut menyinggung pentingnya film dan sinema. Beliau menilai film dan sinema sebagai komponen yang paling efektif. Rahbar mengatakan, “Film dapat menjadi sebuah alat untuk menyampaikan pesan dan fakta. Film adalah hal yang menarik; sinema adalah unsur yang sangat menarik dan media yang luar biasa, di mana dari sisi dampaknya tidak ada yang sebanding dengan sinema.”

 

Rahbar meminta para pejabat untuk berinvestasi dan memproduksi film-film yang menarik dan membawa pesan budaya. Beliau mengatakan, “Dalam menghadapi serangan budaya, ada dua hal yang diperlukan: bekerja dan inisiatif. Dua hal dan dua poin penting tersebut harus diperhatikan; kita harus bekerja, namun pekerjaan yang kita lakukan harus pekerjaan yang baru.”

 

Pertanyaannya adalah apakah setiap yang datang dari negara asing dapat dikatakan sebagai serangan budaya dan merugikan? Ayatullah Khamenei meyakini tidak demikian. Beliau mengatakan, “Terkadang sebuah fenomena datang dari Barat dan kita dapat menerimanya. Kadang kala fenomena itu dapat kita perbaiki dan kemudian memanfaatkannya… namun terkadang fenomena yang datang dari Barat adalah sebuah invasi budaya sehingga dalam hal ini kita harus waspada.”

 

Menurut Rahbar, sikap pasif dalam menghadapi serangan budaya adalah tindakan yang paling buruk. Sikap tersebut sangat merugikan. Oleh karena itu, kita dalam kondisi apapun tidak boleh bersikap pasif dalam menghadapi invasi budaya. Ayatulah Khamenei menilai keterlambatan untuk memahami dan bertindak atas masalah itu sebagai sebuah masalah besar yang akan memiliki konsekuensi yang tidak dapat diperbaiki. [TvShia/Islamic-sources/IRIB Indonesia]

 

 

 

 

 

Kirim komentar