Bimbingan Pertama; Teman Seperjalanan Sampai Surga


Bimbingan Pertama; Teman Seperjalanan Sampai Surga

Makna Kebahagiaan

 

Kebahagiaan berarti ketenangan, merasa bahagia dan merasa aman. (Khutbah Nikah 30/3/1379)Pesta, berhambur-hamburan dan berlebih-lebihan tidak akan membahagiakan seseorang. Mahar dan Jahiziyah (peralatan rumah tangga bawaan istri) juga tidak akan membahagiakan seseorang. Komitmen dengan cara-cara syariatlah yang membahagiakan seseorang. (Khutbah Nikah 10/2/1375)

 

Jadikan Pasangan Hidup Kalian Ahli Surga!

 

Menikah dan memilih pasangan hidup, terkadang begitu berpengaruh pada nasib seseorang. Banyak istri yang bisa menjadikan suaminya ahli surga. Banyak juga suami yang menjadikan istrinya ahli surga. Sebaliknya juga ada. Bila suami dan istri tahu menghargai kehangatan rumah tangga ini dan menganggapnya penting, maka kehidupan akan menjadi aman dan tenang. Kesempurnaan manusia bagi suami dan istri akan terwujud di bawah naungan pernikahan yang baik. (Khutbah Nikah 10/2/1375)

 

Terkadang ada seorang suami dalam aktifitas kehidupan sampai pada dua jalan. Ia harus menentukan pilihan. Ia harus memilih salah satu dari dua jalan ini; dunia atau jalan yang benar, amanat dan kejujuran. Di sinilah istri bisa menyeretnya memilih jalan yang pertama atau yang kedua. Dan sebaliknya juga ada. Para suami terkait istrinya juga bisa memiliki pengaruh seperti ini. Berusahalah sama-sama menjadi seperti ini. Berusahalah masing-masing bisa menjaga pasangannya menjadi orang yang beragama, berada di jalan Allah, berada di jalan yang benar, di jalan amanat dan kejujuran dan jadilah penghalang bagi masing-masing dari ketersesatan dan dosa. (Khutbah Nikah 21/12/1379)

 

Di masa-masa sangat sulit dan tahun-tahun perlawanan dan juga tahun-tahun revolusi, banyak istri yang dengan sabar dan kerjasamanya menjadikan suaminya ahli surga. Para suami pergi ke pelbagai medan pertempuran dan menanggung berbagai bahaya. Para istri di rumah sendirian. Namun mereka tidak menyampaikan keluhan, bahkan memberikan semangat kepada suaminya. Mereka telah menjadikan suaminya ahli surga. Padahal mereka juga bisa berbuat sedemikian rupa sehingga suaminya menyesal pergi ke medan perang. Mereka bisa melakukan yang demikian, tapi tidak melakukannya. Tidak menunjukkan ketidaksabarannya. Ada juga para suami yang menjadikan istrinya ahli surga. Petunjuk mereka, kerjasama mereka, bantuan dan pertolongan mereka sehingga membuat para istri ini bergerak di jalan Allah. Sebaliknya juga ada. Karena ada istri yang menjadikan suaminya ahli neraka. Ada juga suami yang menjadikan istrinya ahli neraka.

 

Kalian bisa bekerja sama dan jadikan pasangan kalian ahli surga. Jadikan pasangan kalian bahagia. Bantulah pasangan kalian untuk mencari ilmu, mencari kesempurnaan, ketakwaan dan hidup sederhana. (Khutbah Nikah 23/12/1379)

 

Bahagiakan Pasangan Hidup Kalian!

 

Banyak istri yang menjadikan suaminya ahli surga. Banyak suami yang benar-benar menjadikan istrinya bahagia. Sebaliknya juga ada. Boleh jadi para suami adalah orang baik-baik, tapi istri-istri mereka telah menjadikannya ahli neraka dan adakalanya para istri adalah orang baik-baik, tapi para suami mereka telah menjadikannya ahli neraka. Bila suami dan istri keduanya sama-sama saling perhatian, saling menasihati, saling bekerjasama dengan baik, saling memaparkan masalah agama dan akhlak di dalam lingkungan rumah tangga, apalagi bila lebih banyak menunjukkannya secara praktis daripada hanya dengan lisan, demikianlah mereka saling membantu, maka pada saat itu kehidupan mereka akan menjadi sempurna dan benar-benar akan sempurna dan sehat. (Khutbah Nikah 11/12/1377)

 

Dengan menunjukkan dan mengingatkan pada tempatnya, dengan menghalangi dari sikap berlebihan dan sebagian kesalahan yang dilakukan pasangan hidupnya, seseorang bisa menjadikan pasangannya ahli surga. Tentu saja sebaliknya juga ada. Dengan tuntutan yang berlebihan, dengan harapan dan cara-cara yang salah, seseorang bisa menjadikan pasangan hidupnya ahli neraka. (Khutbah Nikah 9/4/1378)

 

Tawaashau Bilhaqqi, Tawaashau Bisshabr

 

Sehati dan bekerjasama artinya adalah menjaga satu sama lainnya tetap berada di jalan Allah. Saling menasihati untuk bersabar dan saling menasihati untuk menaati kebenaran. Bila sang istri menyaksikan suaminya sedang melakukan kesalahan, misalnya sedang bertransaksi haram, sedang masuk ke dalam sebuah jaringan yang salah, sedang mencari uang dengan cara yang tidak benar, sedang berteman dengan orang-orang yang tidak baik, pertama orang yang harus menjaga suaminya adalah dia. Bila sebaliknya, suami sedang merasakan hal-hal seperti ini dengan model yang lain terjadi pada istrinya, orang pertama yang harus menjaga istri adalah suaminya. Tentu saja menjaga pasangan akan berhasil bila dengan kasih sayang, dengan bahasa yang bagus, dengan logika yang benar dan dengan sikap yang bijak. Bukan dengan akhlak yang buruk dan tidak menyapa dan semacamnya. Yakni keduanya harus berjaga-jaga sehingga pasangannya tetap berada di jalan Allah. (Khutbah Nikah 21/8/1379)

 

 

Bekerjasamalah! Salinglah tolong menolong khususnya dalam urusan agama. Bila kalian menyaksikan pasangan kalian; suami atau istri kalian tidak mengerjakan shalat, tidak menganggap penting shalat, tidak menganggap penting bicara jujur, tidak menganggap penting harta milik orang lain, tidak menganggap penting pekerjaan sebagai pegawai negeri, maka sadarkanlah dia! Katakan kepadanya! Berikan pengertian kepadanya dan bantulah dia untuk memperbaiki dirinya! Atau bila ia tidak peduli dan sembrono dengan urusan muhrim dan non muhrim, tidak peduli dan sembrono dengan masalah kenajisan dan kesucian, tidak peduli dan sembrono dengan perkara halal dan haram, maka beri perhatian kepadanya, berikan pengetahuan kepadanya dan bantulah untuk menjadi baik. Suka bohong dan suka menggunjing, maka beri pemahaman kepadanya, bukannya lantas kalian marahi seperti pengkritik yang berakhlak buruk, duduk lalu mengomel di sampingnya. (Khutbah Nikah 13/6/1374)

 

Seperti Seorang Perawat, Bukan Majikan

 

Suami dan istri harus saling mendukung satu sama lainnya di jalan yang benar dan shirat mustaqim ilahi. Bila masing-masing dari keduanya menyaksikan pasanganya melakukan sebuah perbuatan baik, maka berikan semangat kepadanya. Bila sebaliknya, merasa pasangannya melakukan (semoga tidak terjadi) sebuah kesalahan, maka berusahalah untuk memperbaikinya. Masing-masing hendaknya membantu dan memberikan semangat pasangannya untuk berada di jalan Allah. (Khutbah Nikah 4/6/1379)

 

Suami dan istri harus saling berusaha memperbaiki pasangannya. Bukan seperti majikan yang suka menyindir. Tidak. Harus seperti seorang perawat, seorang ibu dan ayah yang penuh kasih sayang. (Khutbah Nikah 22/12/1372)

 

Sisi kesamaan pasangan suami-istri dalam kehidupan antara lain harus adanya perhatian kepada Allah dan taat kepada perintah Allah dan mengamalkannya. Suami dan istri harus saling menjaga satu sama lainnya di jalan ini. Bila istri menyaksikan suaminya tidak peduli dengan masalah-masalah agama, maka istri harus mengajak suaminya berada di jalan Allah dengan hikmah, akhlak yang baik dan kelembutannya sebagai seorang wanita. Suami juga demikian, bila menyaksikan istrinya tidak peduli, ia harus melakukan tugas ini. Ini merupakan pekerjaan-pekerjaan dasar dalam kehidupan. (Khutbah Nikah 13/2/1372)

 

Menjaga Akhlak

 

Bantuan yang paling penting kepada pasangan hidup adalah saling berusaha menjadikan pasangannya tetap beragama. Berjaga-jagalah jangan sampai pasangan hidup kalian melakukan kesalahan dalam agama. Penjagaan ini bukan berarti bersikap seperti satpam. Penjagaan ini adalah penjagaan moral. Penjagaan kasih sayang bak penjagaan seorang perawat. Bila kalian melihat ada kesalahan pada pasangan kalian, maka berusahalah untuk membersihkannya dengan cara yang lembut dan logis. Kalian sama-sama bertanggung jawa untuk menegurnya.

 

Bila istri melihat suami jatuh ke dalam transaksi buruk, jatuh ke dalam persahabatan dan pergaulan salah atau suami melihat istri jatuh dalam sikap bermewah-mewahan yang salah atau sembrono, jangan katakan; sekarang dia adalah dia sendiri. Tidak. Masing-masing dari kalian punya kewajiban terkait pada yang lainnya. Fokuskan semangat kalian. Suami dan istri masing-masing harus bisa mempengaruhi pasangannya. (Khutbah Nikah 3/8/1379)

 [TvShia/Irib Indonesia]

Sumber: Matla-e Eshq; Gozideh-i az Rahnemoudha-ye Hazrate Ayatollah Sayid Ali Khamenei Beh Zaujha-ye Javan, Mohammad Javad Haj Ali Akbari, Tehran, Daftare Nashre Farhanggi, 1387 HS, Cet 17.

Kirim komentar