Sejenak Bersama Al-Quran: Perjanjian Ilahi dengan Manusia

Sejenak Bersama Al-Quran: Perjanjian Ilahi dengan Manusia

Perjanjian Ilahi dengan Manusia

Sejenak Bersama Al-Quran: Perjanjian Ilahi dengan ManusiaءIslamءagamaءShiءMohammadءAliءTVshiaءpenyelamatء
Allah Swt berfirman:
"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di Hari Kiamat kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)." (QS. al-A'raf: 172)

Dzurriyahatau dzarr merupakan partikel debu yang sangat kecil. Tapi yang dimaksud dengan kata dzar dalam ayat ini adalah nutfah manusia atau anak kecil yang masih berusia beberapa waktu. Atau dzurriyah berasal dari kata dzarw yang berarti terpencar atau dari kata dzara yang berarti penciptaan.[1] Tapi biasanya kata ini dipergunakan untuk anak.

 Dalam ayat ini tidak dijelaskan bagaimana proses pengambilan janji Allah dari anak Adam, tapi para ahli tafsir menjelaskan

beragam pendapat dan yang paling diterima ada dua pendapat:
 1. Sesuai dengan riwayat, setelah penciptaan Adam, semua anak keturunannya hingga akhir dunia dalam bentuk partikel kecil dan terpencar seperti semut yang keluar dari kulitnya. Mereka semua diajak bicara dan ditanya oleh Allah Swt kemudian mereka mengakui Rububiyah Allah. Setelah itu semua kembali ke sulbi dan tanah liat Adam lalu secara perlahan-lahan muncul di dunia ini. Alam ini kemudian disebut "Alam Dzarr" dan perjanjian itu disebut "Alastu".[2]

Imam Shadiq as berkata, "Sebagian dari keturunan Adam mengucapkan ikrar dengan lisan, tapi mereka tidak beriman."[3] Tapi diriwayatkan dari Nabi Saw kemudian mereka mengikrarkan di hari Arafah.[4]

 2. Yang dimaksud dengan alam dzarr adalah perjanjian fitrah dan bersifat alami. Yakni, ketika anak Adam keluar dari sulbi Adam dari ayah-ayah mereka ke rahim ibunya mereka tidak lebih seperti partikel lalu Allah Swt meletakkan fitrah tauhid dan mencari kebenaran dalam diri mereka. Ini merupakan rahasia ilahi dalam bentuk rasa dalam diri manusia di fitrahnya yang diletakkan pada diri manusia. Begitu juga dalam akal mereka ada keyakinan akan Tuhan secara tidak disadari. Itulah mengapa fitrah dan akal manusia memberi kesaksikan akan Rububiyah Allah Swt.

Dalam sebagian riwayat dari Imam Shadiq as, beliau ditanya tentang fitrah dan Imam menyebut fitrah adalah alam dzarrah.[5]

Sementara di sebagian riwayat menyebut fitrah merupakan pengaruh dari alam dzarrah, bukan alam dzarrah itu sendiri. "Tsabata al-Ma'rifah  fi Qulubihim wa Nasuu al-Mauqif", pengetahuan itu telah masuk ke dalam hati mereka, tapi mereka melupakannya." Pengaruh yang disebut dalam riwayat inilah yang disebut fitrah, kecenderungan hati kepada-Nya.

 Bagaimanapun juga ayat ini dibahas serius oleh para teolog, ahli hadis dan tafsir. Oleh karenanya, pembahasan lebih lanjut akan  masalah ini kami serahkan kepada ahlinya.[6] (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

 Sumber: Mohsen Qarati, Daghayeghi ba Quran, Tehran, Markaz Farhanggi Darsha-i az Quran, 1388 Hs, cet 1.

Baca juga:
Sejenak Bersama Al-Quran: Manfaat Amar Makruf dan Nahi Munkar
Sejenak Bersama Al-Quran: Kelapangan Rezeki

[1]. Tafsir Nemouneh.
[2]. Al-Kafi, jilid 2, hal 13.
[3]. Tafsir Nur at-Tsaqalain.
[4]. Tafsir ad-Durr al-Mantsur.
[5]. Tafsir Burhan, Tafsir Nur at-Tsaqalain dan Payam-e Quran, jilid 3, hal 117.
[6]. Untuk mengetahui ragam pendapat tentang masalah ini dapat merujuk pada buku Payam-e Quran, karya Ayatullah Makarem Shirazi, Manshur Javed, karya Ayatullah Sobhani dan Atyab al-Bayan.

IRIB

Kirim komentar