Sayidah Zainab Bagian Kedua
Setelah kematian Nabi ( SAW ), datanglah masa kesusahan dan kesulitan dalam kehidupan Sayidah Zainab (sa). Dia sudah didik oleh ibunya sesuai dengan amanah dari ayahnya. Ketika ibunya menyampaikan khotbah Fadak , dia baru berumur 4 tahun , namun di mampu meriwayatkan khotbah bundanya begitu gamblang dan ekspresif sehingga orang-orang dari Bani Hasyim mengingatnya dalam hati. Kemudian para ulama Syiah menukilnya itulah sebabnya ia disebut Zainab sang narator.
Pernikahan Sayidah Zainab
Ketika tiba saatnya untuk menikah , dia menikah dalam sebuah upacara sederhana dengan sepupu pertamanya, Abdullah bin Ja'far Tayyar. Pernikahannya tidak jauh berbeda dari pernikahan ibunya. Imam Ali ( as) mengatakan kepada Ja'far untuk tidak mencegah Zainab dari akan melakukan perjalanan dengan Imam Husain (as), kakaknya .
Abdullah dibesarkan di bawah asuhan langsung dari Nabi ( SAW ). Setelah kematian Nabi saaw , Imam Ali (as) menjadi pendukung dan walinya sampai ia dewasa dan mandiri. Dia tumbuh menjadi seorang pemuda tampan dengan sikap menyenangkan dan dikenal dengan keramahan dan ketulusan, dia juga memiliki kemurahan hati tanpa pamrih kepada orang miskin dan yang membutuhkan.
Meskipun suami Zainab adalah orang yang berharta , namun dia hidup sederhana , tidak memilih kehidupan yang mewah. Dia dan suaminya beramal untuk orang yang membutuhkan. Suku-suku Arab menyebut Abdullah " laut atau awan kemurahan hati ".
Pernikahan Zainab tidak mengurangi keterikatan yang kuat pada keluarganya. Bersama pasangan muda ini dia memiliki lima anak, empat di antaranya adalah anak-anak laki-laki yakni , Ali , Aun , Muhammad , dan Abbas, dan seorang putri yang kita kenal dengan Ummu Kultsum.
Di Madinah Zainab aktif untuk mengadakan pertemuan rutin untuk para wanita di mana ia berbagi pengetahuan dan mengajari mereka ajaran agama Islam seperti tercantum dalam Al-Qur'an. Pertemuannya dihadiri secara teratur. Dia mampu menanamkan ajaran dengan jelas dan gamblang, akhirnya ia menjadi dikenal sebagai Fasihah dan Balighah ( dua ketrampilan tinggi dalam berbicara, berpidato dll).
Pada tahun 37 H, Imam Ali ( as) pindah ke Kufah untuk akhirnya menempati posisi khalifah yang sah. Ia ditemani putrinya Zainab (sa) dan suaminya. Reputasi Zainab sebagai guru inspiratif diantara para wanita telah ia lampaui. Ada juga wanita yang datang berduyun-duyun kesisinya sehari-hari sehingga mereka semua bisa mengambil manfaat dari pengetahuannya, kebijaksanaan dan keahliannya dalam tafsir Al-Qur'an .
Kedalaman dan kepastian pengetahuannya membuat Imam Ali Zainal Abidin (as) keponakannya memberinya gelar ” Alimah ghayr Mu'allamah , ' dia yang memiliki pengetahuan tanpa diajari”.
Sayidah Zainab ( S.A. ) dan Imamah
Dalam hidupnya Zainab (sa) selalu melihat para pelaku kejahatan, penindas, pemberontak dan pemutus dari perjanjian yang menentang kebenaran dan Imam Ali (as) , dia menjadi pendukung para pembela kebenaran dan keadilan. Akhirnya, tangan jahat memukul Imam Ali (as) dengan pedang beracun tepat di kepalanya di masjid Kufah. Setelah Imam Ali (as), putra Ali as yakni Imam Hassan (as) akhirnya menjadi khalifah. Imam Hassan as juga sangat tertindas sampai akhirnya ia menandatangani perjanjian perdamaian dengan penguasa saat itu dan pindah ke Kufah di dekat Zainab, Abdullah, dan teman-temannya sendiri. Imam Hassan (as) diracuni oleh istrinya, atas perintah Khalifah saat itu. Setelah Imam Hassan as syahid, Imam Husain (as) menjadi Imam , namun penguasa Suriah melanggar perjanjian damai dan menunjuk putranya, Yazid sebagai penggantinya dan bersikeras bahwa Imam Husain (as) harus bersumpah setia kepadanya. Imam Husain as menolak untuk bersumpah setia dan memutuskan untuk pindah ke Mekah .
Zainab (sa) mengucapkan selamat tinggal kepada suaminya dan pergi dengan kakaknya didampingi putranya Muhammad dan Aun. Mereka mencapai Mekah pada 61 H.
Imam Husain (as) diberitahu bahwa beberapa agen dari penguasa waktu itu datang ke Mekkah untuk membunuh dia sambil mengelilingi Ka'bah. Imam Husain (as) dianjurkan untuk pindah ke Kufah. Mereka tiba di Karbala pada 2 Muharram. Zainab mendengar dari kakek dan ayahnya bahwa Karbala akan menjadi tempat di mana Imam Husain ( as) akan menemui kesyahidan.
[tvshia]
Kirim komentar