Salah Satu Sudut Kehidupan Imam Jawad as
" Atau apakah mereka iri kepada orang-orang atas apa yang telah Allah beri dari karunia-Nya ? Kami telah memberikan keepada Ibrahim Kitab dan hikmah, dan kami telah memberi mereka kerajaan besar ". ( 04:54 )
Menurut Tafsir Syiah, para mahsudin ( Orang yang dicemburui) adalah keturunan dari Nabi (saww ) . Dan mengapa orang-orang iri kepada mereka? Hal ini karena Allah (SWT) karena kasih karunia-Nya telah memberi mereka Mulkan Adziman berarti ' kerajaan besar ' dan kerajaan yang dimaksud disini mengacu pada 'imamah' (Kepemimpinan Ilahi) dari Aimmah kami (as). Imam Muhammad bin Ali al-Jawad (as) juga mereka yang diberkati dengan kepemimpinan ilahi, dan karena keimamahan. Bahkan termasuk penguasa pada zaman hidup para imam termasuk orang-orang yang iri terhadap keimamahan para Imam!
Pelajaran penting dari Kehidupannya
Imam ke 9 kita (as) menjalani kehidupan yang sangat singkat . Dia (as) lahir pada tahun 195 H (10 Rajab) dan diracun dan dibunuh pada tahun 225 H. Jadi umur nya hanya 30 tahun . Tetapi jika kita teliti dalam mempelajari hidupnya yang singkat , kita akan menemukan bahwa dia (as) membuat kontribusi besar untuk Islam dan di samping itu Imam kita (as) telah mengajarkan kita melalui perilakunya pelajaran yang sangat penting dari pengendalian diri meskipun dihadapan kekayaan yang berlimpah.
Imam kita (as) masih muda dan kita semua tahu bahwa dalam usia muda, orang biasanya sangat ambisius. Jika di usia muda, seseorang dikelilingi oleh kekayaan duniawi dan kemewahan, dan tidak ada pendidikan yang tepat, pemuda dapat jatuh ke dalam segala macam keburukan. Imam ke 9 kita (as) hanya bertahan hidup selama 30 tahun - periode ketika seseorang masih dianggap sebagai seorang pemuda dan dalam 30 tahun tersebut, sebagian besar hidupnya pada masa pemerintahan Ma’mun ar - Rasyid – seorang penguasa dari DInasti Abbasiyah, penguasa yang bertanggung jawab atas pembunuhan Imam kedepalan(as) .
Pernikahannya dengan Putri Mamun
Ma’mun ar-Rasyid adalah pemimpin yang sangat licik dan sangat culas . Dia menikahkan Imam ke 9 kita (as) dengan putrinya yakni Ummul Fadhl, Kenapa? Sejarawan telah memberikan alasan yang berbeda-beda untuk ini: Beberapa orang mengatakan bahwa Ma’mun sendiri berkata, " Saya ingin menjadi salah seorang kakek yang mana salah satu ayahnya adalah Rasulullah (saww) dan Ali bin Abi Thalib (as) ". Sejarawan juga percaya bahwa Ma’mun mengagumi bakat Imam Kita (as).
Jika dia punya begitu banyak hal untuk Ahlulbait (as) lalu mengapa ia membunuh Imam Ridha (as) ? Beberapa orang mengatakan bahwa Ma’mun ingin menunjukkan kepada publik bahwa ia bersalah karena telah membunuh Imam ar-Ridha (as) - jika dia adalah pembunuh maka mengapa ia harus menikahkan putrinya sendiri dengan putra Imam (as) ? Beberapa orang mengatakan bahwa ini adalah taktik dari Ma’mun. Dia terlalu takut pada Imamah dari Imam ke 9 kita (as), karena itu ia ingin melacak semua kegiatan dan pengikutnya melalui putrinya karena alasan inilah maka ia mau menikahkan putirnya dengan Imam as.
Namun, Motif utama Ma’mun sebenarnya dia sudah bingung untuk mengatasi keberadaan Imam Kita (as) dengan mendudukan dia ditengah-tengah kekayaan dan mengalihkan fokusnya ke hal-hal materi. Salah satunya melalui pernikahan tujuannya untuk membuat keimamahan menjadi tidak lagi berharga. Tapi Ma’mun tidak berhasil daengan taktik culasnya! Ini adalah beberapa hal yang Ma’mun lakukan untuk memikat Imam Kita (as) sehingga mau meninggalkan kepemimpinan ilahiah-Nya :
Ketika dia ingin menikahkan putrinya dengan Imam as, ia membawa 200 pelayan yang cantik dan memberi mereka masing-masing nampan penuh perhiasan untuk menyambut Imam (as) pada saat dia (as) duduk dengan orang-orang terkenal - Tapi Imam (as) tidak sedikitpun menaruh perhatian kepada mereka. Seseorang dengan jenggot panjang yang disebut Mukhariq, dia seorang penyanyi, dia didatangkan untuk bermain kecapi dan rebana. Ma’mun menginstruksikan dia untuk bermain. Imam (as) tidak melihat kanan atau di kiri, dia (as) berkata kepada penyanyi tersebut, " Takutlah kepada Allah ! Wahai manusia berjenggot ". Alat musik segera jatuh dari tangannya dan mereka menjadi mati rasa hingga kematian menjemput. Ma’mun pernah bertanya apa yang telah terjadi padanya dan orang itu berkata, " Abu Ja'far membentak saya dan ini adalah efeknya. Sekarang aku tidak akan pernah bisa bermain musik lagi " .
Orang-orang terkenal Delegasi dari Baghdad begitu juga dari kota-kota lain datang untuk mengucapkan selamat padanya. Diantara mereka adalah para pemimpin militer dan pejabat pemerintah. Ma’mun memerintahkan agar hadiah yang dibawa dipresentasikan kepada Imam (as). Selain itu, setiap kali Imam (as) melewati dari jalan apapun, orang disuruh berkumpul untuk menghormatinya – sebagai mana penghormatan kepada pangeran besar. Ma’mun menyisihkan gaji 1 juta dirham per tahun untuk Imam Kita (as). Apa reaksi Imam Kita (as)? sekarang ini, jika ada orang muda yang ambisius, yang tidak memiliki rasa takut akan Allah, mendapat semua kemewahan ini, kita dapat membayangkan bencana yang akan dihadapinya!
Imam (as) tidak tinggal di Baghdad. Segera setelah menikah , ia (as) mengambil istrinya dan berangkat haji, dalam perjalanan ke Yatsrib ( Madinah ). disana, ia (as) mengelola urusan Syiah, didistribusikan gaji tahunan (yang beliau terima) kepada orang-orang miskin , beliau menjalani kehidupan yang sangat sederhana dan rendah hati .
Benci untuk Bangga Diri
Meskipun menjadi anak mertua dari penguasa waktu itu, Imam (as) tidak pernah sombong dan bangga. Bahkan, dia (as) membenci kesombongan ( takabbur ) dalam bentuk apapun dan selalu memperingatkan orang lain terhadap hal itu! Misalnya : Setelah tiga orang terkemuka datang untuk mengunjungi Imam (as). Mereka tinggal bersamanya selama beberapa waktu dan kemudian bangkit untuk pergi. Imam (as) menunjuk ke arah salah satu dari mereka, Ahmad bin Muhammad al-Bizenti berkata, " Dan kamu, silakan duduk '. Pria itu duduk dan Imam (as) berbicara dengan dia untuk waktu yang lama. Lalu ketika ia ingin berangkat, Imam (as) mengatakan kepadanya, " Hai Ahmad ! Apakah Anda akan pergi atau bermalam di sini ? " Kata pria itu , " Duhai Maula ! Itu tergantung pada Anda . Jika Anda ingin aku tinggal, aku akan tinggal dan jika Anda ingin aku pergi, aku akan pergi ". Dia (as) berkata, "Tinggallah ! " Disaat Imam (as) bangkit dan masuk ke dalam, hal itu terjadi pada orang ini , " Alhamdulillah . Otoritas Allah dan ahli waris dari pengetahuan para nabi telah menyukai saya dibanding saudara-saudaraku " . Dikala pikiran ini terlintas dalam pikirannya, Imam (as) datang , mengambil tangannya, mengguncangnya dan berkata : " Setelah Amirul Muminin (as) mengunjungi Sa'sa'a ketika ia sakit . Ketika ia (as) berdiri untuk pergi, dia (as) berkata kepadanya : ' Hai Sa'sa'a , jangan bangga pada diri sendiri atas rekan-rekan Anda karena saya telah mengunjungi Anda, bertakwalah kepada Allah! ' Dan kemudian dia (as) pergi ". (Hayaat Imam Muhammad al-Jawad )
Korban Cemburu
Abu laila adalah hakim agung di istana Mu'tasim , khalifah Abbasiyah. Suatu hari, dia datang ke temannya yang bernama Zarqa dalam keadaan sangat marah dan ketika ditanya alasan kemarahannya, Abu laila berkata, "Wahai Zarqa ! Hari ini saya dihukum dengan ujian yang sangat besar di mana saya gagal . Seorang pencuri , yang didirikan kejahatan , dihadapkan pada Mu'tasim .
Mu'tasim bertanya, ' Al-Qur'an mengatakan bahwa saya harus memotong tangan pencuri ini. Anda memberitahu saya bagian tangan yang akan dipotong . Aku berkata, “ Quran menyatakan bahwa memotong tangan pencuri, dan dalam ayat wudzu membasuh itu tangan itu dari siku ke bawah hal ini dianggap bahwa pemotongan tangan juga seperti ini yakni memotong tangan pencuri dari siku. " Mu'tasim kemudian meminta orang lainnya belajar di pengadilan -Nya untuk memberikan pendapat mereka.
Seseorang berkata, " Dalam ayat Tayammum , tangan telah disebutkan sampai pergelangan tangan sehingga memotong tangan pencuri semestinya dari pergelangan tangannya ' . Setelah banyak diskusi dan perdebatan, Mu'tasim kemudian mengajukan pertanyaan yang sama kepada Imam Syiah , Muhammad Jawad bin Ali, yang kebetulan hadir pada saat itu . Pada awalnya, dia menolak berkomentar tetapi ketika Mu'tasim bersikeras mendesak, ia berkata, " Anda hanya perlu memotong jari-jari si pencuri karena Quran mengatakan: tempat sujud hanyalah untuk Allah makna bagian tubuh ditempatkan pada tanah selama Sajdah. Karena pencuri juga seorang Muslim yang melakukan sembahyang, ia akan membutuhkan telapak tangannya ketika sujud. Jadi Anda harus meninggalkan itu dan hanya memotong jari-jarinya " . Hai Zarqa! Mu'tasim sangat senang dengan jawaban ini lalu ia memuji Imam Syiah dan kami pun merasa didiskreditkan .
Hai Zarqa ! Saya sadar bahwa siapa pun yang merugikan pemuda ini akan dibakar di neraka - api tapi aku tidak akan beristirahat sampai aku telah membalas dendam terhadap dirinya " .
Setelah mengatakan ini, Zarqa kembali ke Mu'tasim untuk memprovokasi dia sehingga mau melawan Imam (as). Dia berkata kepadanya, "Hai Orang-orang, apa yang kamu lakukan ?, seperti apa keimanan kalian kepada-Nya namun tidak mempercayai Imam yang benar dan jika dia tidak percaya pada Anda . Mengapa anda memberinya preferensi atas kami ? Sekarang Anda telah mengkonfirmasi kepada masyarakat melalui tindakan Anda yang memang dia pada kebenaran dan Anda berada di pihak sebaliknya " . Mu'tasim begitu terpengaruh oleh hal ini , sehingga tak lama setelah kejadian ini, ia pun meracuni Imam (as) .
[noe/tvshia]
Kirim komentar