Liku-liku Bi'tsah (pengutusan) Nabi Muhammad

Liku-liku Bi'tsah (pengutusan) Nabi Muhammad

Penetapan Kenabian Muhammad saw
Mengenal para nabi Allah-antara lain Nabi Mu hammad saw-dapat di capai melalui beberapa cara:
1) Menelaah dan mengkaji akhlak perilaku dan pola hidup pribadi yang mengaku nabi secara akurat.
2) Menelaah dan meneliti semua akidah hukum-hukum
undang-undang dan moralitas agama yang dibawanya.
3) Kabar gembira (bisyârah) yangdisam pai kan para nabi tentang si pengaku nabi itu.

4) Adanya kasus-kasus di luar ke bi asaan (mukjizat) yang tidak bisa dilakukan manusia lainnya.
Dengan menelaah sejarah awal Islam akan jelas bahwa kaum Muslim menerima Islam tidak sama tingka tannya. Yakni ada sebagian mereka langsung beriman dengan tidak menuntut mukjizat dari Nabi saw. Ada juga sebagian tetap tidak mengimani Islam meskipun setelah meny ak si kan mukjizat. Secara umum mereka bisa yakin dan mem per cayai kenabian beliau dan membenarkan seruan beliau disebabkan atau melalui jalan yang lain (bukan dengan jalan mukjizat- peny.). Di sini kami sebutkan sebagian jalan itu:
Jalan Pertama
Dengan menelaah sejarah awal Islam akan dida p at kan bahwa sebagian individu (sahabat) terkesan dengan kepribadian beliau yang luar biasa akhlak yang terpuji perilaku yang baik berpegang teguh pada kejujuran dan kebenaran dan juga amanah yang dimiliki Nabi Mu hammad saw. Dengan jalan ini mereka bisa melihat dan mengi mani kebenaran pengakuan beliau sebagai seorang nabi.
Nabi Muhammad saw sebelum diutus dan bahkan se jak masa kanak-kanak memiliki kepribadian yang is timewa dan dikenal cinta kebaikan amanah pembela kaum lemah dan dhuafa jujur dan lurus.
Sayidah Khadijah wanita pertama yang menerima se ruan beliau dan masuk Islam dapat dinilai sebagai ter masuk orang pertama yang masuk Islam. Ia mengenal Nabi Muhammad sebagai yang terbaik dibandingkan dengan yang lain. Sangat mengenal beliau dengan sifat-sifat dan kesempurnaan-kesempurnaan batiniah tingkat-tingkat ke bena ran dan ketakwaan beliau. Karena itulah ia bisa me-nerima seruan beliau di awal dakwah dan sebelum orang lain (masuk Islam). Dia men ga nggap kesempurnaan-kesem pur naan es en sial tersebut sebagai bukti kebenaran se ruan beliau dan memotivasi dia dalam meniti risalah.
Diterangkan dalam sejarah bahwa Nabi Muhammad saw setelah menyaksikan Jibril di gua Hira dan pada awal turunnya wahyu bergegas pulang ke rumah dan men ceri takan kejadian tersebut kepada istri beliau (Khadijah).
Beliau menceritakan "Aku menemui Khadijah dan aku sampaikan 'Aku merasa khawatir atas diriku.'" Lantas beliau ceri ta kan kepada Khadijah tentang per te muannya dengan Jibril dan pesannya.
Khadijah menjawab "Gembiralah! Demi Allah dia sama sekali tidak me r endah kan engkau. Demi Allah! Eng kau menjaga si la tur ahmi jujur dan amanah (turut) memikul beban hidup orang lain meng hor mati tamu dan menolong kesulitan hidup masyarakat."16
Rasulullah saw terkadang menjadikan masalah (kesan sahabat atau jalan pertama) ini sebagai bukti kebenaran kenabian be liau. Dan beliau berharap kepada orang-orang agar menerima kenabian beliau.
Baladzuri mengatakan "Ketika turun ayat berikut kepada Nabi Muhammad
وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang ter de kat (QS. asy-Syu'ara:214) beliau naik ke atas bu kit Shafa dan memanggil kaum Quraisy den gan suara yang keras. Quraisy pun mendengar jer itan be liau dan berkata 'Muhammad di atas bukit Shafa dan memanggil kalian.' Semua orang bergegas kepada be liau dan mengatakan 'Hai Mu hammad untuk apa kamu memanggil kami?'
Beliau berkata 'Seandainya aku beri tahu bahwa di balik bukit ini pasukan musuh berkuda siap menyerang apakah kalian per caya?'
'Ya' jawab mereka. 'Kami percaya apa yang kamu katakan. Sebab kamu di mata kami bukan pembohong dan kami tidak per nah mendengar kebohongan berasal darimu.'
'Kalau begitu aku peringatkan kalian akan azab pedih di hari kiamat. Hai anak-anak Abdul Muthalib! Hai Bani Abdu Manaf! Hai Bani Zuhrah (beliau sebutkan suku-suku Quraisy yang lain)! Allah telah menyu ru hku supaya me-ngajak kerabat dekatku ke pada Is lam. Aku tidak meng harap kan ke untun gan duniawi dari kalian dan aku tidak tahu nasib akhirat kalian (saat ini) melainkan ka ta kan lah 'lâ il âha illallâh!'"
Ali bin Abi Thalib as pun menerima Is lam dari jalan ini. Ialah lelaki pertama yang tersentuh di awal bi'tsah (pengutusan Nabi saw). Ia meya kini Nabi saw. Menerima dan mengimani seruan beliau.
Abu Bakar juga melalui jalan ini menjadi Muslim. Abul Fida menukil dari Ishaq "Sebelum bi'tsah Abu Bakar sudah bergaul den gan Rasulullah. Ia mengenal beliau sebagai orang jujur amanah berperangai baik dan berbudi pekerti terjaga dari berkata bohong kepada orang-orang. Apalagi berbohong kepada Allah Swt."17
Mayoritas Muslim di awal Islam beriman karena faktor ini. Mereka percaya kepada kejujuran kesucian amanah dan kebenaran beliau. Mereka men ya ta kan "Dia sama sekali belum pernah berbohong dan tidak akan per nah ber bo hong." Karena itu dengan yakin mereka menerima klaim kenabian dan kerasulan be liau dan mengimaninya.
Nanti akan kami bahas tentang ke pri ba dian istimewa dan memikat yang di mi liki oleh Nabi Muhammad saw juga akhlak sifat dan perilaku baik beliau saw.
Jalan Kedua
Mengenal validitas dan kemelangitan satu agama dan membenarkan pembawa pesannya dapat ditempuh mela Bagian Kedua KENABIAN KHUSUS lui jalan menelaah dan mengkaji teks-teks akidah dan un dang-undang moralitas agama tersebut. Jika akidah yang ditawarkan memiliki be berapa ciri antara lain: sesuai de-ngan stan dar akal bukan khayalan dan takhayul me nam pung dan menyingkap problem-problem moral-sosial masyarakat men ga n jur kan akhlak dan perilaku yang baik dan melarang kerusakan-kerusakan sosial dan moral. Maka agama itu adalah hak dan samawi. Pembawanya dari Tu han dan dia adalah seorang nabi Allah yang nyata.
Namun jika agama itu akidahnya khayalan dan batil hukum-hukumnya lemah dan tak berdasar serta tidak mam- pu mengatasi problem-problem sosial dan moral maka pengaku nabi itu pastilah se or ang pembohong agamanya batil dan tak bermakna.
Sebagian Muslim awal Islam menerima Islam dengan jalan ini. Setelah menelaah dan merenungi akidah dan un dang-undang Is lam mereka sampai pada suatu kesimpul-an bahwa penyampaian dan penyusunan akidah tersebut seratus persen benar dan sempurna tidak mungkin disu-sun oleh se or ang manusia. Ia tentulah dari Tuhan yang dis am pai kan pada masyarakat terbelakang di pusat pe mu jaan berhala dan kebejatan moral di Jazirah Arab. Di bawah ini kami bawakan beberapa misal: 'Amr bin 'Anbasah mengatakan "Di awal bi'tsah di Mekkah aku datangi Ra su lullah saw yang sedang melaku kan dak wah. Aku bertanya ke padanya 'Siapa Anda?'
'Aku seorang rasul ' jawabnya.
'Rasul siapa?' tanyaku.
'Rasulullah!'
'Benarkah Allah mengutus Anda?'
'Ya.'
'Untuk apa?'
Ia menjawab 'Agar kamu hanya menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Dan agar kamu meng hancur kan berhala serta menjalin hubungan baik dengan ke luar gamu.'
'Dia mengutus Anda untuk perkara-perkara yang baik' tambahku."
'Amr mengatakan "Aku masuk Islam karena mendengar perkataan ini."18
Tentang masuk Islamnya Khalid bin Sa'id Abul Fida mengatakan "Khalid ber temu dengan Rasulullah saw dan berkata 'Untuk apakah Anda menyeru kami?'
Nabi menjawab 'Iman kepada Allah Yang Esa dan kenabian Muhammad serta berlepas dari penyembahan batu yang tidak mendengar dan tidak melihat tidak mem beri manfaat dan mudarat kepada siapa pun dan tidak bisa membedakan para penyem bah nya dari selain mereka.'
Saat itu Khalid berucap 'Asyhadu an lâ ilâha illallâh wa asyhadu anna muhammadan rasû lullâh.' Maka Rasulullah gembira den gan masuk Islamnya Khalid."19
Kata-kata yang disampaikan kaum Mu haji rin kepada raja Habasyah Najasyi men guatkan jalan ini.
Ibn Atsir menyampaikan secara detil kisah hijrahnya kaum muslimin. Ringkasnya sebagai berikut:
Pada tahun kelima bi'tsah sebagian Muslim merasa le lah karena siksaan dan gangguan para musuh. Untuk men jaga jiwa dan agama mereka terpaksa mereka hijrah ke Habasyah. Tidak lama kemudian kaum Quraisy mengirim dua orang delegasi ke Habasyah dengan membawa banyak hadiah dengan tujuan agar raja Habasyah menahan dan mendeportasi kaum Mus lim yang lari itu ke Mekkah. De-legasi (Quraisy) itu datang menemui Raja Najasyi dan men jelas kan maksud dan perkara mereka. Raja Najasyi me manggil pengungsi Muslim itu dan bertanya "Agama apa kah yang menyebabkan Anda meninggalkan ajaran ayah-ayah kalian dan tidak memeluk agama kami atau agama-agama lainnya?"
Ja'far bin Abi Thalib-jubir kaum Muslim-menjawab "Kami di masa jahiliyah menyembah berhala-berhala makan daging binatang yang haram berbuat keburukan memutuskan tali keluarga sendiri tidak menghormati tamu dan para penguasa kami merampas hak kaum lemah. Sampai Allah mengutus seorang nabi kepada kami yang kami kenal nasabnya dan dipercaya kejujuran amanah dan kesucian nya. Ia mengajak kepada pengesaan Tuhan (Tauhid) dan penafian kesyirikan serta meninggalkan penyem bahan berhala. Ia memerintahkan kami untuk jujur menu-naikan amanah bersilaturahmi dengan kerabat berbuat baik kepada tetangga dan menjauhi semua dosa seperti mem bunuh. Ia mengajak kami mendirikan shalat dan berpuasa."
Ja'far juga menjelaskan beberapa undang-undang Is lam lainnya. Kemudian berkata "Kami mengimani Nabi (saw) dan membenarkannya. Bagi kami apa yang dihalalkan beliau adalah halal dan apa yang diharamkan beliau adalah haram. Karena itu kami dianiaya dan disakiti oleh sahabat-sa habat kami (sendiri). Mereka menyiksa dan mendera kami dengan sewenang-wenang agar kami tinggalkan agama kami dan kembali memuja berhala. Karena mereka berkuasa kami dizalimi dan dilarang men jalan kan kewajiban-kewajiban agama kami. Maka kami hijrah ke negeri Anda dan berharap di sini kami tidak teraniaya."
Najasyi bertanya "Apakah sesuatu yang dia (Nabi) bawa dari Tuhan untuk kalian itu ada bersama kalian?"
"Ya" jawab Ja'far. Kemudian dia membacakan beberapa ayat dari surah Maryam.
Raja Najasyi dan para uskup yang hadir menangis mendengar ayat-ayat itu.
Raja Najasyi berkata "Perkataan ini dan apa yang tu run kepada Isa berasal dari satu sumber yang bercahaya. Kalian bebas di negeri kami. Pergilah kemana pun yang kalian mau. Saya tidak akan pernah menyerahkan kalian kepada mereka."20
Oleh karena itu jalan menelaah dan mengkaji akidah dan hukum-hukum Islam dapat dinilai sebagai satu per ant ara mengenal agama yang hak. Di awal Islam dan masa sesudahnya banyak yang menjadi Islam lewat jalan ini. Di zaman ini pun sebagian para pencari kebenaran memeluk Islam melalui jalan ini.
Perlu kami sebutkan poin berikut ini: Walaupun banyak kaum Muslim pada awal Islam dan masa sesudahnya meyakini dan mempercayai kebenaran pengakuan Nabi saw kemudian memeluk Islam dan meyakini bahwa mereka (para Nabi) adalah hujah Allah tetapi boleh jadi jalan-jalan terse- but tidak memuaskan bagi yang lain. Sehingga tidak dapat dijadikan argumen kepada setiap orang. Ia hanya dapat dipandang sebagai bukti-bukti yang mendu-kung kebenaran ajaran suatu agama bukan bagian dari ar gumen-argumen (rasional) yang pasti dan niscaya.
Jalan Ketiga: Nabi saw dan Berita Gembira
Cara ketiga yang dapat mendukung kebenaran orang yang mengaku nabi ialah bisyârah (berita gembira) dari nabi sebelumnya yang menetapkan kenabian orang itu. Jalan ini pun bisa diterapkan untuk meneguhkan kenabian Nabi Muhammad saw. Misalnya al-Quran menerangkan dan memastikan berita-berita tentang kenabian Muhammad saw. Di antaranya sebagaimana berikut:
Dan setelah datang kepada mereka al-Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka padahal sebe-lumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir maka set elah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu (QS. al-Baqarah:89).
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan se sunggu hnya sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran padahal mereka mengetahui (QS. al-Baqarah:146).
(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Tau rat dan Injil yang ada di sisi mereka yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya memuliakannya me nolong nya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Quran) mereka itulah orang- orang yang beruntung (QS. al-A'raf:157).
Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata "Hai Bani Israil sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu membenarkan kitab (yang turun) sebelumku yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku yang namanya Ah mad (Muhammad)." Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata mereka berkata "Ini adalah sihir yang nyata." (QS. ashShaff: 6).
Dari ayat-ayat di atas dapat disimpulkan bahwa di masa pengutusan Nabi saw dan turunnya al-Quran orang- orang Yahudi dan Nasrani tinggal di Jazirah Arab dalam penantian kemunculan seorang nabi yang diutus di tanah itu membela keyakinan penyembahan Tuhan dan tauhid dan melindungi orang-orang mukmin dan agama-agama samawi. Kaum Yahudi dan Nasrani sangat mengetahui sifat-sifat dan tanda-tanda nabi yang dijanjikan itu seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Bahkan mereka tahu namanya Ahmad.
Sudah dimaklumi bahwa Nabi Isa Musa dan para nabi lainnya memberi kabar gembira tentang kedatangan nabi tersebut dan menerangkan sifat-sifatnya bahkan nama dan tanda-tandanya termaktub dalam Taurat dan Injil. Yahudi dan Nasrani sangat yakin dengan kedatangan nabi tersebut sehingga apabila mereka disakiti oleh kaum musyrik dan kafir dan orang-orang berkuasa maka mereka mengancam kaum musyrik tersebut bahwa akan segera diutus nabi yang dijanjikan untuk melindungi mereka.
Ibn Hisyam mengatakan "'Ashim putra Umar bin Qatadah menukil dari orang-orang sekabilahnya bahwa mereka mengatakan 'Dengan kasih sayang Allah dan hidayah-Nya Hammad menyeru kami kepada Islam. Kami (dulu) musyrik. Terkadang muncul perbuatan zalim dan sewenang-wenang antara kami dan sebagian tokoh Yahudi. Ketika kami berbuat buruk terhadap mereka mereka mengatakan 'Zaman pengutusan nabi yang dijanjikan telah dekat setelah ia diutus kami akan membunuh kalian seperti 'Ad dan Eram.' Kami selalu mendengar ancaman mereka ini.
Ketika Nabi Muhammad saw diutus menjadi rasul kami sambut seruan beliau dan kami tahu dialah nabi yang pengutusannya dijadikan ancaman oleh orang Yahudi kepada kami. Karena itu kami mendahului beriman kepadanya daripada kaum Yahudi itu. Sementara mereka menjadi kafir. Kemudian turunlah surah al-Baqarah mengenai kami dan mereka."21
Baladzuri mengatakan "Shafiyah putri Abdul Muthalib berkata kepada Abu Lahab 'Saudaraku bisakah kamu biarkan putra saudaramu dan (agama) Islamnya? Demi Allah ulama Yahudi selalu memberitahu bahwa akan lahir seorang nabi dari keturunan Abdul Muthalib dan Muhammadlah nabi yang dijanjikan itu.'"22
Dalam buku-buku sejarah terlihat banyak nama ulama Ahlulkitab dan para pendeta yang menanti kemunculan beliau sebelum pengutusan Nabi saw dan mereka memberitahu kan hal tersebut kepada yang lain. Kami akan menyebutkan beberapa contoh di bawah ini: Nabi Muhammad saw di masa kanak-kanak melakukan perjalanan ke Syam bersama paman beliau Abu Thalib. Di tengah perjalanan beliau sampai di tempat seorang pendeta yang bernama Buhaira. Pendeta itu mengundang kafilah Nabi. Setelah menyaksikan tanda-tanda yang luar biasa yang ada pada diri beliau ia menyampaikan beberapa pertanyaan kepada paman beliau. Kemudian dengan pelan ia berkata "Kembalikan putra saudara Anda ke kampung halamannya! Jagalah ia dari bahaya Yahudi. Demi Tuhan
jika mereka melihatnya dan mengenalnya maka mereka akan mencelakakannya. Ketahuilah putra saudara Anda ini akan sampai pada maqam  yang amat tinggi."23
Pendeta bernama 'Aisha tinggal di "Mur Zhuhran". Ia adalah seorang yang berilmu tinggi. Setiap tahun ia pergi ke Mekkah dan bertemu dengan penduduknya. Di antara sekian kepergiannya itu dia berkata kepada orang-orang
"Hai penduduk Mekkah akan lahir segera di tengah kalian seorang yang bangsa Arab dan bangsa non-Arab (Ajam) akan tunduk kepadanya! Masanya sudah dekat. Siapa yang sezaman dengannya dan beriman kepadanya niscaya harapannya tercapai. Dan siapa yang bertentangan dengannya maka dia telah melakukan kesalahan. Demi Tuhan aku sedang menantikan dirinya."24
Muhammad bin Salamah menyampaikan "Pada suku Bani Abdul Asyhal ada seorang Yahudi bernama Yusya'. Di masa kecilku aku pernah mendengar ia berkata 'Masa-nya sudah dekat akan diutus seorang nabi dari "Bait"
(Ka'bah) ini. Siapa yang melihatnya harus membenarkan nya.' Ketika kami hidup sampai Nabi saw diutus maka kami masuk Islam. Tetapi Yahudi itu karena hasud tidak mau menerima Islam."25
'Ashim bin Umar berkata "Seorang lelaki tua dari Bani Quraizhah berkata kepadaku 'Tahukah kamu apa yang menyebabkan Tsa'labah bin Sa'yah Asid bin Sa'yah Asad bin 'Ubaid dan sejumlah orang dari Bani Hadal menjadi muslim?'
'Tidak' kataku.
Ia berkata 'Seorang Yahudi bernama Ibn Hayiban
beberapa tahun sebelum Islam datang dari Syam kepada kami dan bermukim. Demi Allah aku tidak melihat orang lebih baik dari dia. Sekian lama dia diam di hadapan kami. Ketika ajalnya sudah dekat dia berkata
'Hai jemaah Yahudi tahukah kalian kenapa aku me milih kota ini?'
'Tidak' jawabku.
Ia berkata 'Karena aku menunggu seorang nabi yang sudah dekat masa kemunculannya dan akan hijrah ke kota ini. Aku berharap ia diutus dan aku mengikutinya. Masa nabi tersebut sebentar lagi. Dalam mengimaninya jangan sampai kalian didahului mereka. Ia akan memerangi para penentangnya.'
Ketika Nabi saw sudah diutus dan mengepung Bani Quraizhah para pemuda tersebut berkata 'Hai Bani Quraizhah inilah nabi yang telah Ibn Haiban katakan itu!'
Bani Quraizhah menjawab 'Bukan dia.'
Mereka berkata 'Demi Allah dialah orangnya! Sebab dia mempunyai sifat-sifat dan tanda-tanda itu.' Setelah mendengar itu mereka masuk Islam dan dikarenakan hal ini
jiwa-jiwa dan harta benda serta keluarga mereka ter jaga."26
Tentang perjalanan Salman Farisi dan keislamannya diriwayatkan Salman berkata "Aku pergi bersama seo-rang pendeta besar menuju Baitul Maqdis. Ada seorang pria yang sangat baik mulia dan dihormati. Di tengah per jalanan ia memandangku dan berkata 'Kami memiliki Tu han dan akan ada kiamat surga neraka dan perhitungan (amal perbuatan).' Setelah beberapa nasihat ia berkata 'Hai Salman Tuhan akan segera mengutus seorang nabi yang ber nama Ahmad. Ia akan di utus di tanah Mekkah. Ia me n erima hadiah tetapi tidak menerima sedekah. Di tengah pundaknya terdapat (tanda) penutup kenabian. Masanya sudah dekat. Tetapi karena aku sudah tua mungkin aku tidak akan mencapainya. Jika kamu melihatnya akuilah dia dan berimanlah kepadanya.'"
Salman berkata "Meskipun dia menyuruhku untuk meninggalkan agamamu?"
"Ya" jawabnya "Sebab kebenaran ada padanya. Mengiku ti nya akan diridhai Allah."27
Ketika Khadijah mendengar laporan dari pendeta dan apa yang dilihat oleh pembantunya dalam perjalanan ke Syam tentang Nabi Muhammad saw kemudian ia sampaikan kepada Waraqah bin Naufal seorang Nasrani yang berilmu ia berkata "Jika benar laporan ini maka Mu hammad adalah nabi bagi umat ini! Aku yakin bahwa telah ada bagi umat ini seorang nabi yang sedang kami tunggu!"28
Yang jelas kita tidak bisa menyatakan bahwa isnâd (jalur periwayatan) semua "berita gembira" itu adalah be nar. Tetapi mungkin sebagiannya dapat diambil (ke benarannya- penerj.). Namun kita dapat menyimpulkan dari ayat-ayat di atas dan dari seluruh berita gembira tersebut bahwa di tengah umat berita-berita itu telah menyebar di masa pengutusan Nabi saw dan sesudah itu dan umumnya orang-orang khususnya ulama Ahlulkitab sedang dalam penantian seorang nabi yang akan di utus di Jazirah Arab. Dan mereka mengetahui sifat-sifat dan tanda-tandanya.
Kemungkinan berita gembira ini bisa tersebar dengan dua jalan: pertama dari lisan ke lisan dalam bentuk per kataanperkataan dan ramalan-ramalan para tokoh. De-ngan jalan itu berita ini tersebar di tengah umat. Di sam-ping itu juga termaktub di kitab-kitab sehingga bisa dinukil dari sabda nabi-nabi dahulu. Kedua dengan menukil kitab-kitab samawi seperti Taurat Injil Zabur dan lain-lain.
Dalam ayat 157 surah al-A'raf bisa disimpulkan bahwa sebagian tanda dan sifat Nabi saw terdapat dalam Tau rat dan Injil. Yahudi dan Nasrani telah mengetahui ten tang nya. Ayat tersebut telah sampai ke telinga mereka. Mereka tidak akan pernah bisa mengingkarinya. Bahkan dengan jalan ini sebagian mereka menerima Islam se bagaimana contoh-contoh yang telah kami sebutkan di atas.

 
 
Namun sayangnya kebanyakan Yahudi dan Nasrani menolak untuk menerima Islam dan membenarkan perbuat- an ini. Alasan mereka: nabi yang dijanjikan harus dari Bani Israil. Sedangkan Muhammad bukan dari Bani Israil! Karena itu tokoh-tokoh mereka menerima kon sekuensi nya yang serius dan oleh sebab itu mereka menghalangi orang- or ang agar tidak menerima Islam. Fanatisme keagamaan
cinta harta dan kedudukan tidak akan mengizinkan mereka menerima kebenaran.
Penelitian dua macam bisyârah (berita gembira dari perkataan para nabi dan dari kitab-kitab samawi) serta pengkajian Taurat dan Injil komparasi berbagai Injil untuk menyeleksi Injil yang orisinal dan penilaian adanya pe rubahan (tahrîf) dalam dua kitab tersebut sebagaimana yang dinyatakan memerlukan pembahasan yang panjang lebar yang tidak mungkin dilakukan di sini. Karena itu bagi yang berminat kami anjurkan supaya merujuk buku-buku ten tang berita-berita gembira tersebut.
Nabi saw dan Mukjizat
Jalan keempat untuk mengenal para utusan samawi itu ialah mukjizat. Mukjizat adalah hal di luar kebiasaan sehingga orang biasa tidak mampu melakukannya dan tidak dapat dilacak dengan sebab-sebab dan faktor-faktor pada umumnya. Ketika para nabi mengklaim bahwa mereka memiliki hubungan (khusus) dengan Allah Swt dan mendengar pesan-pesan-Nya maka untuk menetapkan pengakuannya itu mereka harus mempunyai mukjizat. Karena mukjizat takkan terjadi dari selain Allah (sehingga bisa membuktikan bahwa mereka adalah utusan Allah Swt-peny.).
Semua nabi memiliki mukjizat. Nabi saw mengakui mukjizat yang dilakukan para nabi sebelumnya. Dalam al- Quran disinggung puluhan mukjizat para nabi terdahulu. Oleh karena itu Nabi saw pun memiliki mukjizat. Sebab tidak pada tempatnya menceritakan kisah mukjizat para nabi terdahulu tersebut tetapi pada saat yang sama beliau sendiri tidak mampu menunjukkan mukjizat setelah itu beliau mengatakan "Untuk menetapkan kenabian para nabi dahulu mempunyai mukjizat sedangkan aku tidak memi-likinya! Maka (meski demikian) terimalah seruanku tanpa mukjizat."
Oleh karena itu Nabi saw juga memiliki berbagai mukjizat sebagaimana yang diceritakan dalam buku-buku sejarah.
Baladzuri mengatakan "Waraqah berkata kepada Nabi Muhammad saw 'Tidak akan diutus seorang nabi kecuali mempunyai tanda dan bukti. Lantas apa bukti Anda?'
Maka Rasulullah saw memanggil pohon "Samurah". Maka pohon itu pun membelah tanah dan berjalan meng hampiri beliau. Waraqah berkata 'Aku bersaksi pada kena bian Anda. Jika Anda menyuruh kami berjihad niscaya aku terima dan akan menolong Anda!'"29
Amirul Mukminin (Ali) as bersabda "Suatu ketika aku bersama Rasulullah saw sekelompok Quraisy mendatangi beliau dan mengatakan: 'Hai Muhammad engkau mem buat perkara yang besar (mengaku nabi) yang tidak per nah dilakukan oleh ayah-ayah dan keluargamu. Kami minta bukti! Jika engkau bisa melakukannya maka kami akan mengakui bahwa engkau adalah seorang nabi dan jika tidak maka kami menganggap kamu adalah penyihir dan pen dusta.'
Nabi saw berkata '(Bukti) apa yang kalian minta?'
Mereka mengatakan 'Buatlah pohon ini terangkat dari tanah dengan akar-akarnya dan berjalan menghampiri Anda.'
Beliau berkata 'Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Jika aku penuhi apa yang kalian inginkan apakah kalian beriman dan bersaksi atas kebenaran?'
'Ya' jawab mereka.
Beliau bersabda 'Aku penuhi keinginan kalian tetapi aku tahu kalian (tetap) tidak akan beriman. Sebagian dari kalian suatu saat akan jatuh ke dalam sumur.'
Ada sebagian yang menyebarkan fitnah dan berusaha memecah belah umat. Ketika itu beliau berbicara dengan pohon
'Jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir dan bersaksi bahwa aku adalah rasul Allah maka ter cabut lah kamu dari tanah dan dengan izin Allah datanglah ke padaku.'"
Amirul Mukminin (Ali) as berkata "Demi Allah po hon itu tercabut dan berjalan menghampiri Nabi saw. Saat itu ia bersuara seperti suara kepakan burung-burung. Po-
 
hon itu datang dan berdiri di hadapan Rasulullah. Se bagian rantingnya menjorok ke atas kepala Nabi saw dan se bagian lainnya ke atas bahuku. Saat itu aku berdiri di se belah kanan beliau."
Ketika kaum Quraisy menyaksikan kejadian ini dengan takabur mereka berkata "Buatlah pohon ini sepa ru h nya datang kepadamu dan separuhnya lagi tetap di tem pat nya." Maka Nabi saw memerintahkannya dan pohon itu melakukannya.
Kemudian mereka mengatakan "Separuh pohon yang datang kepadamu itu perintahkan agar kembali kepada separuhnya yang lain dan menjadi satu pohon yang sempurna." Nabi pun melakukannya dan pohon kembali se-perti semula.
Imam Ali as berkata "Setelah menyaksikan mukjizat ini aku berucap 'Asyhadu an lâ ilâha illallâh! Aku yang pertama masuk Islam dan bersaksi bahwa apa yang dilakukan pohon ini adalah atas seizin Allah dan (ditujukan) untuk pembuktian kenabianmu.'
Tetapi orang-orang itu mengatakan 'Ia adalah pe nyi hir dan pembohong yang aneh. Adakah selain orang ini (Imam Ali) yang membenarkanmu?'"30
Oleh karena itu kisah berjalannya pohon atas perintah Nabi saw yang dinukil dari Imam Ali as dan juga dari Waraqah bin Naufal adalah sebuah mukjizat.
Dalam kitab-kitab hadis sejarah dan sebagainya tercatat ratusan mukjizat bagi Nabi saw yang cukup untuk

 
mendukung kenabiannya. Yang jelas kami tidak men ga ta kan semua mukjizat yang dinisbahkan kepada Nabi saw adalah pasti dan tidak diragukan. Tetapi di antaranya ada yang benar dan diakui sehingga cukup untuk menetap kan adanya kenabiannya. Mukjizat-mukjizat ini bukan mukjizat-mukjizat yang dimiliki Nabi Musa as dan Isa as untuk me n etap kan kenabian mereka.
Al-Quran dan buku-buku sejarah menyampaikan bahwa mereka menuduh Nabi Muhammad saw sebagai se or ang penyihir dan pendusta. Karena itu wajar apabila per bua tan-perbuatan tidak biasa yang beliau lakukan di pandang sihir oleh mereka. Tetapi karena beliau bukan se or ang pe nyi hir maka harus kita katakan bahwa perbuatan-per bua tan tersebut adalah mukjizat.
Alhasil satu catatan yang perlu kita ketahui: mukjizat adalah perkara yang di luar kebiasaan yang dimanfaatkan oleh nabi dalam situasi yang darurat dan ditujukan untuk penetapan kenabian. Karena itu nabi tidak melakukannya menuruti kecenderungan dan keinginan pribadi. Nabi bukan lah pesulap dan selebriti yang tugasnya menghibur dan memikat para penonton. Tetapi dia utusan Tuhan yang diutus untuk menyampaikan pesan-pesan yang menghidup kan dan memberi petunjuk kepada manusia.
Umat hendaklah memperhatikan sepenuhnya kebenaran amanah dan program-program nabi. Yang jelas dia (Muhammad saw) juga memiliki mukjizat. Tetapi beliau menggunakannya untuk menyempurnakan hujah dan

   
menetapkan kenabiannya. Lebih dari itu bagi orang-or ang yang mencari mencari keuntungan saja beliau tidak perlu mengeluarkan mukjizat lagi.
Al-Quran yang dikenalkan sebagai mukjizat abadi dan dimiliki oleh semua orang lebih penting dari semua mukjizat. Tetapi dengan adanya semua itu masih saja ada golongan yang menentang dan mencari keuntungan den gan tidak mau menerima Islam dan menuduh Nabi saw se or ang penyihir dan gila. Orang-orang pendengki ini ber kata ke pada Nabi Muhammad saw "Kami akan menerima se ru anmu apabila engkau melakukan hal di luar ke bi asaan." Dalam perkara semacam ini tidak perlu mendatangkan mukjizat. Sebagaimana disampaikan juga oleh al-Quran ten tang per mintaan kaum musyrik kepada Nabi
قُل لَّئِنِ اجْتَمَعَتِ الإِنسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَن يَأْتُواْ بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لاَ يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا (88) وَلَقَدْ صَرَّفْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْآنِ مِن كُلِّ مَثَلٍ فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلاَّ كُفُورًا (89) وَقَالُواْ لَن نُّؤْمِنَ لَكَ حَتَّى تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الأَرْضِ يَنبُوعًا (90) أَوْ تَكُونَ لَكَ جَنَّةٌ مِّن نَّخِيلٍ وَعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الأَنْهَارَ خِلالَهَا تَفْجِيرًا (91) أَوْ تُسْقِطَ

 
 
السَّمَاءَ كَمَا زَعَمْتَ عَلَيْنَا كِسَفًا أَوْ تَأْتِيَ بِاللّهِ وَالْمَلآئِكَةِ قَبِيلاً (92) أَوْ يَكُونَ لَكَ بَيْتٌ مِّن زُخْرُفٍ أَوْ تَرْقَى فِي السَّمَاءِ وَلَن نُّؤْمِنَ لِرُقِيِّكَ حَتَّى تُنَزِّلَ عَلَيْنَا كِتَابًانَّقْرَؤُهُ قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنتُ إَلاَّ بَشَرًا رَّسُولاً (93)
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin ber kumpul untuk membuat yang serupa al-Quran ini niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi se bagian yang lain."
Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam al-Quran ini tiap-tiap macam perumpama- an tapi kebanyakan manusia tidak menyukai kecuali meng ingkari (nya).
Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami atau kamu mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah ke bun yang deras alirannya atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami. Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu tu run kan atas kami sebuah kitab yang kami baca." Ka ta kan lah: "Mahasuci Tuhanku bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?" (QS. al-Isra:88-93)
Dalam ayat ini pertama-tama al-Quran dikenalkan sebagai sebuah mukjizat abadi yang jin dan manusia tidak

 
mampu menciptakan sepertinya. Kemudian diteruskan dengan menyebutkan kehendak para penentangnya. Kaum penentang tidak mampu mendatangkan mukjizat meski demikian mereka tetap masa bodoh dengan mukjizat (al- Quran) ini. Dan beralasan akan beriman jika dituruti apa yang mereka pinta (berupa mukjizat-mukjizat lainnya). Misalnya mereka mengatakan "Akan kami terima se ru anmu apabila engkau sanggup membelah tanah dan men ga lir kan mata airnya." Atau "Engkau memiliki kebun yang penuh dengan kurma dan anggur yang di dalamnya me-ngalir sungai-sungai…" dan sebagainya. Dalam hal ini di fir mankan kepada Nabi saw: "Jawablah kepada kaum be bal ini: 'Tuhanku Mahasuci. Aku tidak lebih hanyalah manu sia yang diutus oleh Tuhan kepada kalian supaya aku me-nyampaikan pesan-pesan-Nya.'"
Al-Quran Mukjizat Abadi
Di satu sisi al-Quran adalah mukjizat terpenting bagi Nabi saw dan dalil terbaik bagi kenabian beliau. Mukjizat agung ini memiliki keistimewaan atas seluruh mukjizat karena memiliki:
1) Keabadian dan kesinambungan. Selalu hadir di ten gah umat manusia dan di sepanjang sejarah mereka (manusia) menjadi saksi kemukjizatan al-Quran. Hal ini berbeda dengan seluruh mukjizat lain yang di tu run kan untuk zaman tertentu saja (terbatas oleh zaman).
2) Tidak terbatas oleh tempat. Dimana pun dan kapan pun al-Quran ada akan tampak kemukjizatannya bagi semua orang. Berbeda dengan semua mukjizat lain yang terjadi di tempat tertentu dan disaksikan oleh orang-orang tertentu.
3) Di samping sebagai mukjizat dan bukti kenabian al-Quran juga merupakan program hidup dan sumber petunjuk. Sedangkan semua mukjizat selainnya tidak memiliki keistimewaan ini. Al-Quran adalah kalam Tuhan dan mukjizat yang makh luk selain-Nya tidak mampu mendatangkan kalam seperti ini. Al-Quran mengenalkan dirinya sebagai se buah mukjizat dan melemparkan tantangan kepada semua ma khluk
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin ber kum pul untuk membuat yang serupa al-Quran ini niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi se bagian yang lain." (QS. al-Isra:88).
Bahkan mereka mengatakan "Muhammad telah membuatbuat al-Quran itu." Katakanlah: "(Kalau demikian) maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah jika kamu memang orang-orang yang benar."
Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka (katakanlah olehmu): "Ketahuilah sesungguhnya al-Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?" (QS. Hud:13-14).
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad) buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Quran itu dan ajaklah penolong-penolong selain Allah jika kamu orang-orang yang memang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya) peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu yang disediakan bagi orang- orang kafir (QS. al-Baqarah:23-24).
Ayat-ayat di atas menerangkan bahwa al-Quran ada-lah mukjizat dan dalil bagi kebenaran pengakuan ke nabian Muhammad saw serta menegaskan kepada orang-orang bahwa jika mereka meragukan kemukjizatan al-Quran atau risalah Nabi Muhammad saw maka datangkan seperti al-Quran atau sepuluh surah atau satu surah sepertinya.
Seandainya kaum penentang Islam mampu melaku kan tantangan ini pastilah mereka melakukannya. Minimal satu surah seperti al-Quran lalu mereka perlihatkan kepada Nabi saw dan kaum Muslim. Dengan jalan ini (bila mereka mampu melakukannya-penerj.) maka tentunya mereka akan meragukan kebenaran kenabian beliau saw. Cara ini ada-lah sebaik-baik bentuk perlawanan dan penaklukan. Karena itu jika mereka mampu melakukan pekerjaan ini
maka mereka dapat mencegah pengaruh dan penyebaran Islam. Membuat kaum Muslim lari dari sisi Nabi Muhammad saw dan tidak akan lahir semua peperangan pertumpahan darah dan penderitaan ini (karena Nabi hanya seorang diri saja tanpa pendukung).
Alhasil tantangan al-Quran tidak hanya untuk umat di masa Nabi saw dan bangsa Arab. Tetapi ditujukan juga pada semua bangsa manusia di dunia dimana pun dan kapan pun. Jika mereka meragukan risalah Nabi Muhammad saw hendaklah golongan cerdik pandai dan sastrawannya membuat seperti al-Quran atau satu surah sepertinya. Tetapi sebagaimana yang telah diramalkan al-Quran hingga kini pekerjaan ini tidak pernah dilakukan. Musuh-musuh Islam walaupun telah menulis buku menolak dan merendahkan al-Quran tetapi sampai kini mereka tidak pernah berhasil menulis sebuah kitab yang menyamai al-Quran.
Dalam firman Allah terdapat kelembutan yang indah dan daya tarik yang khas yang tidak dimiliki oleh semua kitab lainnya. Karena itu ia benar-benar mempengaruhi intuisi- intuisi yang jernih dan bernas. Banyak orang di awal Islam terpikat mendengar ayat-ayat al-Quran. Lalu mereka menerima Islam. Hal ini banyak kasusnya seperti yang disebutkan dalam sejarah Islam. Daya tarik al-Quran bah kan memikat musuh-musuh Islam dan membuat mereka takjub. Sehingga mereka mengakui keluarbiasaannya. Berikut ini kami bawakan beberapa contoh mengenainya:
Abul Fida mencatat: "Walid putra Mughirah datang kepada Rasulullah saw. Lalu beliau membacakan al-Quran untuknya sampai hatinya luluh dan menerima Islam. Be-rita ini sampai ke telinga Abu Jahal. Maka Abu Jahal mendatanginya dan berkata 'Paman kerabatmu punya niat mengum pulkan harta untukmu.'
'Untuk apa?' tanya Walid.
Ia menjawab 'Untuk diberikan kepadamu! Sebab kamu telah menemui Muhammad demi mendapatkan se suatu.'
Walid berkata 'Kaum Quraisy mengakui bahwa aku adalah orang terkaya dibanding semua orang.'
'Kalau begitu sampaikan pada keluargamu agar mereka tahu bahwa kamu mengingkari Muhammad ' ujarnya.
Walid menegaskan 'Apa yang harus saya sampaikan? Demi Allah tak seorang pun di antara kalian yang lebih tahu dariku soal syi'ir (baca: syair sajak puisi) dan sastra Arab dan syi'ir bangsa jin. Demi Tuhan! Al-Qurannya Muhammad tak satu pun yang serupa dengan semua itu. Demi Allah! Perkataan Muhammad mengandung keelokan keindahan dan daya tarik yang khas. Kalimatnya lebih baik dari semua kalimat. Sama sekali tidak ada kalimat yang lebih baik darinya.'
Abu Jahal mengatakan 'Kerabatmu tidak akan me-restuimu kecuali kamu menyampaikan hal yang di ingin kan mereka.'
Ia berkata 'Beri aku waktu untuk berpikir.'
Setelah berpikir ia berkata 'Perkataan Muhammad adalah sihir yang bisa menguasai orang lain.'"31
Jabir bin Abdillah menyampaikan "Pada suatu hari kaum Quraisy mengadakan rapat. Mereka mengatakan 'Kita harus berusaha menemukan seseorang yang paling pintar dalam sihir ramalan dan syi'ir dari semua orang yang ada. Kemudian kita kirim dia kepada orang (Muhammad) yang telah menceraiberaikan kita dan mencela agama kita. Supaya ia berdialog dengannya.'
Semua mengatakan 'Kami memandang tidak ada yang lebih baik daripada 'Utbah bin Rabi'ah.' Akhirnya mereka mempercayakan misi ini ke pundak 'Utbah.
Maka 'Utbah mendatangi Nabi saw dan berkata 'Sia pakah yang terbaik kamu ataukah ayahmu?'
Nabi tidak menjawab. Ia bertanya lagi 'Siapakah yang terbaik kamu atau Abdul Muthalib?'
Rasulullah juga tidak menjawab.
Ia menambahkan 'Sekiranya menurutmu mereka le-bih baik dari dirimu sesungguhnya mereka yang kamu rendahkan itu (karena mereka) penyembah berhala. Dan seandainya menurutmu dirimu lebih baik dari mereka maka katakan saja. Sungguh akan kami dengar! Demi Allah dam pak adu domba (yang dilakukan dirimu) bagiku tidak le-bih buruk darimu. Telah kau pecah belah jemaah kami dan kau hinakan agama kami. Kau telah menyebarkan aib di tengah bangsa Arab sehingga ada yang mengatakan bahwa ada penyihir dan paranormal di kalangan Quraisy. Hal ini menyebabkan di antara kami terjadi peperangan dan membinasakan kami semua.
Hai Muhammad! Jika kau perlu harta akan kami kumpul kan yang banyak untukmu yang menjadikanmu orang terkaya di Quraisy. Dan jika kau perlu wanita niscaya kami mengawinkanmu dengan wanita mana pun yang kau mau.'
Saat itu Nabi berkata pada 'Utbah 'Pembicaraanmu sudah selesai?'
'Ya' jawabnya.
Beliau berkata 'Simaklah ini
بسم الله الرحمن الرحيم
حم (1) تَنزِيلٌ مِّنَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (2) كِتَابٌ فُصِّلَتْ آيَاتُهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِّقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (3 . .
فَإِنْ أَعْرَضُوا فَقُلْ أَنذَرْتُكُمْ صَاعِقَةً مِّثْلَ صَاعِقَةِ عَادٍ وَثَمُودَ (13)
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Hâ Mîm. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya yakni bacaan dalam bahasa arab untuk kaum yang mengetahui…
Jika mereka berpaling maka katakanlah: "Aku telah memperingatkan kamu dengan petir seperti petir yang men impa kaum 'Aad dan kaum Tsamud." (QS. Fushilat:1-13)
Kemudian 'Utbah mengatakan 'Cukup! Adakah se suatu yang lain selain ini?' 'Tidak' jawab beliau. Setelah pembicaraan ini 'Utbah kembali ke Quraisy.
Mereka bertanya 'Apa yang telah kamu lakukan?'
'Aku sudah bicara dengan Muhammad ' jawabnya.
Mereka bertanya 'Terus dia bicara apa?'
Ia menjawab 'Demi Zat yang telah membangun Ka'bah! Aku tidak paham sedikit pun pembicaraan Mu hammad selain dia memperingatkan kalian akan petir seperti petir 'Aad dan Tsamud!'
'Yang bicara denganmu itu orang Arab kenapa kamu tidak memahami perkataannya?' tanya mereka heran.
'Ya aku tidak memahami apapun selain kata Shâ'iqah (petir) ' tegas 'Utbah."32
Dalam riwayat lain 'Utbah mengatakan "Aku den gar dari orang ini perkataan yang tidak pernah kudengar sepertinya sampai sekarang."33
Riwayat lainnya 'Utbah mengungkapkan: "Demi Allah tidak pernah kudengar perkataan macam ini; bukan syi'ir juga bukan ramalan! Hai kaum Quraisy biarkan le laki ini! Perkataannya memberitakan masa datang yang amat besar. Jika bangsa Arab berdamai dengannya maka dia akan mencukupkan kalian! Dan jika dia menguasai bangsa Arab
maka keagungan dan kemuliaannya menjadi ke agungan dan kemuliaan kalian. Dan kalian akan mem per oleh manfaat darinya lebih dari semua orang."
Kaum Quraisy menjawab "Muhammad telah me nyihirmu dengan lisannya."34
Segi-segi Kemukjizatan Al-Quran
Telah disampaikan sebelumnya bahwa al-Quran ada lah mukjizat yang berbeda dengan perkataan semua manusia. Hal ini diakui baik oleh kawan maupun lawan. Di sini perlu dijelaskan sebab kemukjizatannya. Mengenai hal ini telah disinggung beberapa segi oleh ulama para teolog sastrawan dan mufasir al-Quran. Kami bawakan se bagi annya di bawah ini:
Metode Unik
Dengan meneliti al-Quran secara akurat akan jelas bahwa kitab agung ini memiliki metode unik dan baru yang tentunya berbeda sepenuhnya dengan metode penulisan-penulisan lainnya. Ayat-ayat al-Quran bukanlah syi'ir. Sebab tidak disusun sesuai standar-standar syi'ir dan tidak ber bentuk. Selain itu syi'ir dilantunkan dengan ungkapan kha-yalan dan berlebihan. Sedang al-Quran tidak demikian.
Meskipun al-Quran bukan kitab syi'ir tetapi ayat-ayatnya dalam setiap surah mirip penggalan-penggalan syi'ir yang disusun dengan keselarasan dan gaya yang khas. Dan di bagian akhir ayat bagi setiap surah ada keserasian dan keserupaan khas yang memberikan keindahan dan daya pikat. Ayat-ayat al-Quran tidak memiliki standar syi'ir tetapi memiliki kesesuaian yang memukau dan memikat.
Al-Quran disusun dalam bentuk metode prosa. Tetapi berbeda secara keseluruhan dengan prosa-prosa lainnya:
a) Dari segi kefasihan balâghah dan pilihan kata dan kalimat al-Quran menempati tingkat tertinggi. Menu angkan konsep paling ilmiah melalui susunan kalimat yang terbaik dan paling tepat serta memiliki kelem-butan dan keindahan yang khas tetapi secara sed er hana. Ciri khas ini tidak ada dalam semua kalimat lain bahkan ce ra mah-ceramah hadis-hadis dan doa-doa Nabi saw sendiri tidak memiliki daya tarik ini.
Amirul Mukminin as adalah seorang yang tergolong orang Arab yang paling fasih (dalam bicara). Beliau sejak kecil sudah akrab dengan al-Quran seorang pengha fal dan pencatat al-Quran. Kitab Nahj al-Balâghah-nya merupakan kitab yang paling balîgh (fasih). Na mun tetap tidak memiliki daya tarik dan keindahan (seperti yang dimiliki) al-Quran. Ayat-ayat al-Quran yang terkadang dikutip dalam khotbah-khotbah Nahj al-Balâghah atau hadis-hadis laksana bintang ber ca haya di langit.
b) Tema-tema dan makna-makna dalam al-Quran tersusun dengan metode yang khas yang berbeda jelas de-ngan kitab-kitab lainnya. Dalam kitab samawi ini ter da pat berbagai macam topik seperti: mengenal Allah hari kebangkitan kiamat hisab (perhitungan amal) dan kitab (catatan amal) surga dan neraka kenabian kisah-kisah dampak-dampak akhlak yang baik dan buruk penciptaan bumi langit manusia binatang tetumbuhan lautan awan angin dan hujan hukumhukum undang-undang hal-hal yang haram dan halal sejarah. Tetapi semuanya dibuatnya saling berkait dan se suai.
Tujuan al-Quran (dengan sistematika seperti ini) an-tara lain bertujuan mengenal diri alam Tuhan hari ke bang ki tan kehidupan setelah kematian. Mengarahkan manu sia kepada menyembah Allah Yang Esa. Mengajak kepada pel ak san aan kewajiban-kewajiban sosial dan in di vidual penyucian jiwa dari akhlak buruk pembinaan jiwa be ra khlak mulia dan taqarrub dan sair wa sulûk (perjalanan ru hani) kepada Allah.
Ketajaman dalam Penjelasan
Konsep-konsep al-Quran yang tinggi dan dalam dijelas kan dengan tegas dan ketajaman yang khas se h ingga menyentuh kedalaman jiwa si pendengar. Seolah-olah dia menyaksikan realitas-realitasnya dan langsung menge tahui yang gaib. Oleh karena itu berita-berita al-Quran menjanjikan dan ancaman-ancamannya sangat memukul.
Tafakur dan merenungi ayat-ayatnya akan men cerahkan ruh manusia mengangkatnya dari alam materi dan mengenalkannya dengan alam gaib. Karena itu dalam daya-daya tarik ini ruh manusia bisa saja menyaksikan hakikat-hakikat yang tak kasat mata. Daya tarik al-Quran ini sampai pada batas dianggap kekuatan sihir oleh para penentang Islam. Ketika mendengar ayat-ayatnya terk adang sampai membuat mereka bingung dan tak terkendali tidak tahu bagaimana harus memahami ayat-ayatnya. Se be l um nya juga telah disampaikan bahwa 'Ut bah setelah mende-ngar ayat-ayat:
Hâ mîm. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya yakni bacaan dalam bahasa Arab untuk kaum yang mengetahui… Jika mereka berpaling maka katakanlah: "Aku te lah memperingatkan kamu dengan petir seperti petir yang menimpa kaum 'Aad dan Tsamud." (QS. Fushilat:1-13).
Ia menjadi goyah. Mengaku tidak mampu memahami dan menginterpretasikan ayat-ayat al-Quran. Dalam jawabannya kepada kaum Quraisy ia berterus terang "Aku tidak memahami apa yang dia telah ucapkan kecuali (yang aku pahami) dia memberi peringatan kepada kalian den gan petir seperti petir 'Aad dan Tsamud."
Lantaran khawatir dengan daya tarik spiritual ayat-ayat al-Quran tokoh-tokoh musyrik berkata kepada o rang-orang "Jangan dengarkan perkataan Muhammad karena kalian bisa terperdaya."
Ibn Atsir mengatakan "Thufail bin 'Amr Dusi seorang lelaki terhormat penyair dan cerdas berkata 'Pada masa Rasulullah saw masih di Mekkah aku pergi ke kota itu. Beberapa tokoh Quraisy datang kepadaku dan men ga takan
'Hai Thufail kamu datang ke kota kami tempat o-rang ini (Muhammad) hidup di tengah kami. Ia telah menyulitkan kami dan menyebabkan perselisihan dan per peca han. Perkataannya persis sihir yang (sanggup) memi-sahkan hubungan antara ayah dan anak suami dan istri dan sesama saudara. Karena itu kami takut kamu akan ter per daya. Maka janganlah kamu bicara dengan Muhammad dan jangan dengarkan perkataannya.'
Thufail mengatakan 'Sedemikian serius mereka berpesan kepadaku supaya aku membatalkan niat untuk men den gar kan perkataan Muhammad dan tidak berbicara de-ngannya. Sampai kusumbat kedua telingaku dengan ka pas.'
Pagi sekali aku pergi ke Masjidil-Haram. Aku me li hat Rasulullah sedang menunaikan shalat. Kudekati beliau. Sungguh Allah berkehendak agar beliau menyampai kan fir- man-Nya kepadaku. Firman yang indah sampai di teli-ngaku. Aku bergumam kepada diriku sendiri 'Jangan per malu kan ibumu! Kau seorang pujangga dan bijak bisa mem be da kan yang baik dan yang buruk. Lalu apa salah nya kau dengarkan perkataan lelaki ini. Jika baik dan be nar maka terimalah dan jika jelek dan batil maka tinggal kan!'
Thufail berkata 'Aku menunggu sebentar sampai Muhammad berjalan ke rumahnya. Aku mengikutinya. Saat masuk rumah aku pun ikut masuk. Ketika itu aku berkata
'Hai Muhammad tokoh-tokoh Quraisy berkata demikian (tentangmu) kepadaku. Tetapi Allah berkehendak agar aku mendengarkan perkataanmu. Aku telah mendengar perkataan yang indah dan baik darimu. Sampaikanlah tujuan dan urusanmu kepadaku!'
Maka Muhammad menyampaikan Islam kepadaku dan membacakan al-Quran untukku. Demi Allah tidak pernah kudengar suatu perkataan yang lebih baik dan suatu per intah yang lebih kukuh darinya.'"35
Jika Anda mengenal dan akrab dengan sastra Arab dan tafsir al-Quran maka renungilah me tode luar biasa yang ada dalam penyusunan ayat-ayat penger tian-pengertian al- Quran dan pilihan kata dan kalimatnya. Akan Anda ke-tahui bagian keindahan dan ke lu ar bi asaan al-Qu ran ini.
Ayat-ayatnya Tidak Bertentangan
Bukti lain kemukjizatan al-Quran ialah tidak adanya perselisihan di antara ayat-ayatnya. Masalah ini dis inggung oleh al-Quran sendiri
Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Quran? Ka lau kiranya al-Quran itu bukan dari sisi Allah tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya (QS. an-Nisa:82).
Ayat ini mencela sejumlah orang yang tidak mau me renungi al-Quran sehingga mereka tidak mengetahui bah wa ayat-ayatnya tiada pertentangan dan turun dari Allah. Karena perkataan manusia (pasti) ada pertentangan.
Dalam buku-buku karangan manusia akan terlihat dua macam pertentangan yang tidak ada dalam al-Quran:
Pertama pertentangan berkaitan dengan gaya tulisan penggunaan diksi bentuk penyusunan kalimat poin-poin kesastraan kefasihan dan keindahan.
Manusia selalu dalam perubahan dan penyem pur naan. Semakin banyak menulis dan berlatih ia akan semakin ma hir tulisannya akan menjadi lebih baik lebih fasih dan le-bih indah. Begitu pula dengan kondisi-kondisi batiniah temperamen berbagai kejadian dan kondisi kehidupan se or ang penulis berpengaruh dalam gaya tulisannya. Tidak sama hasilnya seseorang yang menulis dalam keadaan se hat atau sakit semangat atau malas gembira dan sedih merasa sukses dan gagal percaya diri atau merasa rendah. Tiap-tiap dari semua kondisi tersebut membawa pengaruh dalam kualitas penulisan dan dalam keindahan kali mat nya.
Oleh karena itu jika Anda mengkaji sebuah buku de ngan seksama akan Anda dapati berbagai babnya tidak sama dalam kebaikan dan keindahan ungkapannya. Ha-nya satu kitab yang di dalamnya tidak ada perbedaan-per be daan tersebut yaitu al-Quran. Surah-surah yang turun sejak awal bi'tsah (pengutusan Nabi saw) tidak berten tang-an dengan surah-surah yang terakhir turun. Juga di ant ara surah-surah dan ayat-ayatnya tidak ada pertentangan. Al-Quran selama 23 tahun turun kepada Rasulullah saw secara bertahap dan dalam berbagai macam masa tem pat dan kondisi. Namun pada saat yang sama tidak akan didapati perselisihan dari segi kefasihan balâghah dan keinda han kalam dalam berbagai bab dan masalah. Maka ter ang lah bahwa al-Quran adalah kalam Tuhan yang tiada berubah dalam eksistensi dan perbuatan-Nya.
Kedua adanya masalah-masalah kontradiktif dalam karya-karya tulisan manusia. Jika seorang penulis yang tidak belajar selama 23 tahun berdiskusi dan mendiktekan ke pada orang lain berbagai macam tema dan judul maka tidak diragukan lagi akan ada kontradiksi dalam masalah-masalah universal dan partikular bagi buku itu. Boleh jadi penulis menulis suatu masalah di masa tertentu
kemudian di masa selanjutnya disebabkan pe ruba han keyakinan atau kelalaian ia mengatakan pendapat yang berbeda dengan sebelumnya. Di samping mungkin saja ada penulis selain dirinya mengritik masalah-masalah yang diutarakan berdasarkan argumen yang baru. Seringkali terjadi para penulis generasi lama menulis masalah-masalah dengan argumen yang kuat namun dengan berlalunya za man para penulis yang lain (generasi baru) menolak masalahmasalah tersebut dengan argumen lainnya.
Berdasarkan fakta sejarah Nabi Muhammad saw tidak belajar.36 Dalam al-Quran beliau dikenal sebagai Nabi Ummi.37 Seluruh ayat dan surah al-Quran telah turun ke pada beliau selama 23 tahun dalam berbagai kondisi dan se cara terpisah-pisah
Nabi saw tidak menulis sendiri ayat-ayat al-Quran terse- but tetapi beliau mendiktekannya kepada orang lain. Dalam hal ini Nabi saw tidak pernah memperbaharui per kataanperkataannya yang dulu. Dengan fakta ini maka di antara ayat-ayat al-Quran tidak akan ditemukan per be daan kontradiksi dan ketidaksesuaian yang paling kecil sekalipun Dalam hukum-hukum dan undang-undang sosial dan ritual al-Quran tidak akan didapati suatu perkara yang tidak sesuai dengan dasar-dasar keyakinan dan moral al-Quran. Dalam masalah-masalah moral tidak akan ada sesuatu yang kontradiksi dengan prinsip-prinsip keyakinan. Dalam kisahkisah al-Quran sejarah para nabi dan umat-umat dahulu tidak akan didapati sesuatu yang bertentangan dengan prinsip- prinsip keyakinan atau moral. Dalam masalah-masalah alami tidak pernah muncul kontradiksi dengan prinsipprinsip rasional. Dalam masalah-masalah ber kaitan dengan hari kebangkitan pahala dan siksaan akhirat tidak ada yang tidak sesuai dengan keadilan dan sifat-sifat kesem pur naan dan keindahan-Nya. Dalam masalah-masalah berkenaan dengan kenabian umum (para nabi) dan kena bian khusus (Nabi Muhammad saw) tidak pernah ada kon tradiksi dengan dasar-dasar pengenalan Tuhan.
Oleh karena itu walaupun di dalam al-Quran disampaikan berbagai macam tema dan masalah namun semua nya berhubungan dan serasi. Di antara semua itu tidak ada ketidaksesuaian sedikit pun. Karena itu mustahil (al-Quran) merupakan perkataan manusia. Tetapi adalah kalam Ilahi yang diturunkan dengan wahyu kepada kalbu suci Nabi saw. Dan manusia tidak akan mampu membuat kitab yang serupa dengannya.
Berita-berita Gaib
Al-Quran memberitahu kejadian sebagian peristiwa masa datang. Hal ini merupakan salah satu mukjizatnya. Sebab pencapaian ilmu yang demikian ini tidak mungkin melalui jalan biasa. Berikut ini kami bawakan contohnya. Al-Quran mengatakan
 غُلِبَتِ الرُّومُ (2) فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُم مِّن بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ (3) فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِن قَبْلُ وَمِن بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ (4) بِنَصْرِ اللَّهِ يَنصُرُ مَن يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (5) وَعْدَ اللَّهِ لَا يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (6)
Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki- Nya. Dan Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang (sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya tetapi kebanya kan manusia tidak mengetahui. (QS. ar-Rum:2-6) Dapat disimpulkan dari ayat ini bahwa pada awal Islam kekalahan yang berat akan dialami pasukan Romawi. Ke ja dian ini muncul di satu tempat dekat tanah Hijaz dan dike t ahui bahwa bangsa Arab di Jazirah Arab khususnya kaum Muslim sangat menyesalkan dan sedih dengan kekalahan bangsa Romawi ini. Ketika itu ayat turun dan memberi kabar gembira kepada muslimin bahwa sesudah kekala han ini dalam waktu sepuluh tahun kurang pasukan Ro mawi akan menang atas musuh-musuhnya sehingga or ang-orang muk min menjadi gembira dengan pertolongan Allah ini.
Ramalan al-Quran ini terbukti. Dalam sejarah bangsa Romawi bangsa Ahlulkitab mengalahkan bangsa Persia. Dengan kemenangan ini kaum Muslim turut gembira.
Untuk mengetahui lebih banyak tentang kejadian berse jarah ini perlu kami singgung sedikit kondisi politis dan kemiliteran dua imperium besar masa itu (Romawi dan Iran) dan konflik antara mereka:
Sebelum Islam lahir terdapat dua imperium raksasa dan adidaya di Asia yang saling bersaing menunjukkan kekuatan mereka di Arab yaitu pertama Iran dan Ro mawi. Yang pertama berkuasa di atas tanah yang luasnya lebih luas dari Iran yang sekarang. Dan yang kedua wilayah pe mer intah annya meliputi Mesir dan Syam (Suriah).
Dua imperium ini selalu bersaing dan saling perang dalam perluasan negara dan kekuasaan. Masing-masing memandang remeh saingannya dan menyerangnya lalu
merampas tanah dan menjarah harta benda yang kalah. Setelah sekian lama saingan yang kalah bangkit kembali ia membalas lawannya dan mengambil kembali tanah-tanah yang terampas. Peperangan dan perluasan kekuasaan an-tara dua penguasa yang bersaing ini terus berkelanjutan.
Daerah-daerah bangsa Arab yang berdekatan dengan keduanya tidak luput dari kesewenang-wenangan dan dominasi dua kekuatan ini. Ibu kota keluarga para sultan kabilah Lukhm terletak di kota Hirah (dekat Kufah) yang dilindungi para raja Sasani yang memerintah selama ber tahun-tahun. Kekuasaan mereka berlangsung kira-kira hingga tahun 602
M. Di masa itu Khasru Parwez berniat mengakhiri kekuasaan mereka (sultan kabilah Lukhm) dan menjadikan tanah wilayah mereka sebagai bagian negara-nya.38 Ketika salah seorang raja Sasani mengetahui bahwa Hamir (seorang raja yang berada dalam kontrol kerajaan Sasani) ingin merdeka dan memisahkan diri dari kekua saan bangsa Sasani maka ia mengirim pasukan ber senjata ke bagian selatan negeri Arab. Ia kemudian menang set elah peperangan hebat dan menjadikan bagian selatan negeri Arab itu sebagai salah satu wilayah pemerintahan Sasani.39
Di satu sisi pemerintahan Romawi Bizanes juga punya perhatian pada bagian selatan negeri Arab dan melindungi tanah tersebut terhadap para pesaingnya. Sebab sejumlah penganut seajaran Kristen mereka tinggal di sana.
Karena alasan itulah rakyat negeri Arab sangat sen si tif terhadap menang dan kalahnya salah satu dari dua pe nguasa zalim ini. Bilamana bangsa Sasani mencapai ke menan gan di satu wilayah maka kaum Kristen Arab resah tapi kaum musyrik merasa senang. Sebab mereka me man dang bangsa Iran sebagai bangsa yang memiliki ajaran yang sama dengan mereka yaitu kaum Majusi dan penyembah api. Karenanya mereka menganggap kemenangan mereka ad alah kemenangan diri mereka juga.
Sebaliknya bila imperium Romawi menang maka kaum Kristen Arab senang. Tetapi kaum musyrik Arab se baliknya karena mereka merasa dalam bahaya. Sekarang kami jelaskan pokok masalahnya:
Nabi saw diutus di Mekkah menjadi rasul pada tahun 610 Masehi. Tahun-tahun 602 hingga 610 Masehi adalah masa yang buruk bagi imperium Bizanes. Sebab mereka menjadi lumpuh disebabkan adanya revolusi rakyat dan kekacauan internal. Pada masa itu Khasru Parwez raja Sasani mengetahui kelemahan imperium Romawi ini. Karena itu ia menggunakan kesempatan ini untuk menyerang pesaingnya itu dan melancarkan serangan yang hebat ter hadap mereka. Serangan ini dimulai sejak tahun 601 Masehi dan berlangsung hingga tahun 619. Pasukan kuat Sasani dalam serangan yang berkesinambungan ini meraih ke menan gan-kemenangan yang gemilang di beberapa medan pertempuran.
Pada tahun 605-613 M kota-kota yang dikuasai bangsa Sasani antara lain: Dara Amad Adsa Nashirapulis Halab Apaya dan Damaskus. Khasru Parwez tidak mampu mengontrol dirinya dari pengaruh berbagai kemenangan ini sehingga dia men gumum kan perang terhadap kaum Kristen. Tidak sedikit kelompok kaum Yahudi bergabung dengan pasukannya. Pada tahun 614 ia menyerang Yerusalem. Ia membunuh sekitar 90.000 orang Kristen dan mendudukinya. Banyak gereja di antaranya gereja Kiamat dibakarnya. Pada peristiwa pe-rang ini benda berharga kaum Kristen (salib suci) yang san gat fundamental dan paling disayangi dibawa ke Iran. Parwiz menulis surat kepada Herkules: "Dari Khasru Parwez Tuhan terbesar dan raja se lu ruh bumi kepada Herkules budak hina dan dungu: Eng-kau berkoar sangat setia kepada Tuhanmu lalu kenapa Yerusalem tidak kau selamatkan dari tanganku?" Pada tahun 616 masehi Khasru mengirim pasukan besar bersenjata ke Iskandaria dan pada tahun 619 me-nguasai negeri Mesir. Pasukan lainnya bergerak ke arah Asia kecil. Dan pada tahun 617 ia menguasai Khalakdun.40
Kemenangan kilat dan menyebarnya pasukan Sasani di berbagai medan pertempuran benar-benar gemilang. Lama- lama kemenangan-kemenangan ini sampai juga di telinga rakyat negeri Arab yang bertetangga dengan mereka. Dari berita-berita ini muncul dua reaksi rakyat: 1) Kaum musyrik merasa senang sebab mereka menilai kemenang-an mereka sebagai kemenangan pihak yang anti terhadap ajaran keesaan Tuhan. Sebaliknya 2) kaum Kristen men jadi resah dan merasa tidak aman. Sementara muslimin awal Islam yang minoritas diganggu dan disiksa kaum musyrik.
Kemenangan- kemenangan kilat dan menyilaukan mata bagi imperium zalim bangsa Sasani itu mengkhawatirkan kaum Muslim. Mereka takut tanah negeri Arab akan dirampas. Sebab pasukan musuh sudah sampai di "Adzer'at" daerah paling dekat dengan wilayah negeri Arab yang di dalam al-Quran disebut "Adnal ardh". Mereka sangat ketakutan.
Dalam kondisi sensitif inilah turun ayat ini yang memberi kabar gembira kepada Muslim bahwa dalam waktu kurang dari sepuluh tahun pasukan Romawi akan mengalah kan pasukan Persia. Dan orang-orang mukmin akan merasa senang dengan pertolongan Tuhan ini.
Ibn Atsir mengatakan: "Yang dimaksud Adnal ardh ialah Adzer'at. Karena itu adalah wilayah Romawi yang paling dekat dengan wilayah negeri Arab. Dan bangsa Romawi di beberapa peperangan mundur sampai wilayah itu. Nabi saw dan kaum Muslim merasa sedih dengan ke menan gan bangsa Persia. Karena bangsa Romawi adalah Ahlulkitab sementara orang-orang kafir merasa senang dengan kemenangan ini sebab mereka (orang-orang kafir) menganggap kaum Majusi sama dengan diri mereka. Ke tika ayat tersebut turun Abu Bakar bertaruh seratus unta dengan Ubay bin Khalaf dalam masalah ini. Waktu itu taruh-an tidak haram.41
Kaum Muslim terus berharap dan menanti tibanya hari yang dinantikan (yaitu kemenangan Romawi) seperti yang dijanjikan oleh Allah. Dan akhirnya janji itu terbukti tidak meleset. Bangsa Romawi mengalahkan bangsa Persia. Diterangkan dalam sejarah bahwa Herkules (Herkules I) raja imperium Romawi sangat tertekan karena pasukannya kalah oleh pasukan Persia. Ia bangkit memulihkan pa su kannya yang lemah mempersiapkan langkah-langkah pendahuluan untuk serangan balik dan mengambil kembali tanah-tanah yang dirampas musuh. Ia melakukan per baikan- perbaikan dan menyiapkan pasukan-pasukannya un tuk serangan besar dan luas. Pada tahun 622 Masehi ia mengirim pasukan armada lautnya dari laut Hitam menuju Armenia. Ia akan melakukan serangan yang hebat ter hadap pasukan Iran dari arah belakang. Pada tahun berikutnya ia telah menguasai Azerbaijan memporakporandakan tem pat kelahiran Zoroaster dan memadamkan api abadi yang disucikan. Ia selamatkan Salib suci dari bangsa Iran dan mengembalikannya ke Baitul-Maqdis.42
Kekalahan Romawi di Adzer'at (Adnal Ardh) terjadi pada tahun 613. Dan pada tahun 622 bangsa Romawi melakukan serangan dahsyat hingga mengalahkan bangsa Persia. Artinya sekitar sembilan tahun setelah kekalahan Romawi
yang diungkap oleh al-Quran "fî bidh'i sinîn" mereka akhirnya menang. Oleh karena itu ramalan al-Qu ran yang mengatakan: Kemenangan Romawi dalam waktu kurang dari sepuluh tahun setelah mengalami kekalahan ternyata benar adanya. Di masa itu kaum Kristen dan kaum Muslim bergembira dengan kemenangan Romawi atas pa su kan Persia ini.
Terwujudnya janji Allah ini menjadi salah satu bukti kemukjizatan al-Quran.43
http://www.ibrahimamini.ir/ml/node/1878

 
 

Kirim komentar