Jeremy Scahill Ungkap Perang Kotor AS di Dunia

Jeremy Scahill Ungkap Perang Kotor AS di Dunia

Sebuah film dokumenter yang dirilis Jumat (7/6) menggambarkan serangan rahasia AS terhadap tersangka teroris sebagai kampanye pembunuhan sesat yang menghasilkan musuh baru dan menodai citra Amerika.

 

Film dokumenter, Dirty Wars: The World is a Battlefield karya seorang wartawan Jeremy Scahill, mengutuk pembunuhan yang ditargetkan terhadap mereka yang dicurigai sebagai militan dalam serangan rudal dan serangan malam hari oleh pasukan komando AS.

 

Scahill menilai AS telah menciptakan keadaan perang permanen yang lepas kendali. Laman berita ISNA melaporkan.

 

Film ini mencoba untuk menjelaskan operasi yang dilakukan sejak 11 September 2001 hingga sekarang, dan berfokus pada korban sipil di Afghanistan dan Yaman.

 

Film dokumenter ini menceritakan serangan gagal oleh pasukan komando AS di desa Gardez, Afghanistan yang menewaskan lima orang, termasuk dua wanita hamil.

 

Warga desa kemudian melampiaskan kemarahan mereka, bersumpah untuk memerangi pasukan komando berjenggot yang mereka sebut "Taliban Amerika." "Jika Amerika melakukan ini lagi, kami siap untuk menumpahkan darah kami melawan mereka," kata seorang warga Afghanistan.

 

Scahill mengatakan dalam sebuah wawancara dengan AFP bahwa operasi rahasia AS adalah kontra-produktif, tidak memiliki landasan yang kuat, dan menambah permusuhan terhadap Amerika.

 

"Saya sudah sampai pada kesimpulan selama bertahun-tahun melakukan pekerjaan ini bahwa kita menciptakan lebih banyak musuh baru daripada membunuh teroris yang sebenarnya," kata Scahill, yang menulis sebuah buku tentang skandal yang melanda perusahaan keamanan swasta, Blackwater.

 

Sementara di Yaman, serangan rudal Tomahawk AS pada tahun 2009 di desa Badui, al-Majalah, menewaskan lebih dari 40 orang yang tidak bersalah, termasuk anak-anak.

 

Segmen yang paling kontroversial berfokus pada pembunuhan warga Amerika-Yaman, Anwar al-Awlaki, dalam serangan pesawat tanpa awak pada September 2011.

 

Pemerintahan Obama secara terbuka mengakui membunuh Awlaki, seorang warga negara AS, dan Gedung Putih menegaskan ia diburu bukan karena propaganda anti-AS, tapi karena dia terlibat langsung dalam plot teroris terhadap Amerika.

 

Tapi Scahill memiliki pandangan yang berbeda, Awlaki ditembak karena retorika-retorikanya dan seharusnya ia dituntut di pengadilan AS. (IRIB Indonesia)

Kirim komentar