Khomeini, Nabi dan Syuhada iri atas Kedekatannya pada Allah

Bismillahirahmanirahim

Allahumma shali ala muhammad wa Ali Muhammad

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam*

قال النبی صل الله علیه و آله و سلم ان لله عز و جل عبادا لیسوا بانبیاء و لا شهداء یغبطهم الانبیاء و الشهداء علی مجالسهم و قربهم من الله .

Dalam hadis ini Nabi Muhammad saaw menjelaskan bahwa ada seorang hamba yang tidak sampai ke kedudukan seorang Nabi dan juga bukan golongan para syuhada, dua kedudukan yang tinggi bagi seorang manusia namun dua golongan tinggi tadi sampai merasa iri terhadap kedekatan yang dimiliki seorang hamba, hamba yang notabene bukan seorang Nabi dan juga bukan seorang syuhada yang telah syahid dijalan Allah. Rasulallah saw berkata:

“Sesungguhnya ada hamba Allah bukan seorang Nabi dan jugabukan seorang syahid namun karena kedudukannya para nabi dan syuhada merasa iri atas kedekatan hamba tersebut pada Allah swt.”

Almarhum Mula shadra dalam kitab mafatihulghaib setelah menukil hadis diatas menulis

هذا الحدیث مما رواه المعتبرون من اهل الحدیث فی طریقتنا و طریقه غیرنا

Hadis ini adalah hadis yang dirawikan oleh ulama hadis terkemuka baik syiah maupun sunni

Dari sini kita tahu bahwa hadis diatas adalah hadis yang muktabar diterima oleh sunni maupun syi’i

Baik kiranya jika dikesempatan ini kita juga menjawab sebuah subhat yang menyatakan bahwa kedudukan seorang syahid sangatlah tinggi karena itu imam jaman juga harus syahid sehingga termasuk dalam kelompok ini.

Subhat ini adalah subhat yang tidak ada dasarnya, sebenarnya tujuan dari subhat semacam ini hanya untuk menyatakan bahwa walaupun imam mahdi datang kedzaliman itu tidak akan pernah ada akhirnya

Dengan melihat riwayat sebelumnya menjadi jelas bagi kita bahwa ada seorang hamba yang memiliki kedudukan khusus dimana para nabi dan para syuhada pun menjadi iri dengan kedudukan orang tersebut. Jadi tidak menjadi kelaziman bahwa imam mahdi harus syahid karena ada kedudukan lain yang jauh lebih tinggi dari kedudukan seorang syahid.

Kembali kepembahasan kita, Salah satu manusia yang memiliki kedudukan sesuai apa yang sudah diisyaratkan dalam hadis diatas adalah Ruhullah Khomaini, mengapa kami katakan bahwa Ruhullah Khomaini sang pemimpin revolusi Islam Iran sebagai salah satu manusia yang telah menggapai kedudukan tinggi tersebut, hal ini dapat kita jelaskan dengan meneliti kepribadian, akhlak, keilmuan dan pribadi yang beliau miliki serta hasil karya yang sudah beliau gores.

Sejak rentang waktu lama setelah imam maksum dan para maksum telah muncul dikalangan ulama-ulama syiah muncul orang-orang besar, dari ulama irfan, ulama tafsir, ulama faqih dll namun dari seluruh ulama-ulama tersebut hanya satu dua orang yang memiliki kemajemukan keilmuan dan kepribadian seperti Ruhullah Khomaini, atau bisa juga sejak jaman Imam Maksum sampai sekarang ini bisa jadi tidak ada yang memiliki kedudukan setinggi Ruhullah Khomaini.

Disini kami tidak ingin mengatakan bahwa selama kurun waktu tersebut tidak muncul ulama-ulama besar baik ulama fikih, filsafat, tafsir, akhlak dll tapi dari semua ini kebanyakan hanya handal dalam satu bidang saja sedang Ruhullah Khomaini memiliki banyak dari cabang ilmu serta akhlak mulia sebagai salah satu pelajar yang menimba ilmu dari ajaran ahlul bait. Ruhullah Khomaini adalah seorang filusuf, seorang salik, seorang fakih, seorang ahli politik, pemberani, sederhana, wara’ dll, beliau telah mampu merangkum berbagai keutamaan ilmu dalam dirinya. Hal ini dapat kita lihat dimana beliau menjadi penggagas hal-hal baru dalam berbagai keilmuan yang dikuasai, jadi dia adalah sumber ide baru bagi keilmuan-keilmuan tersebut.

Disini kami juga tidak mengatakan bahwa Ruhullah Khomaini telah mencapai kedudukan seperti kedudukan para Imam Maksum, memiliki kezuhudan, keilmuan, keberanian, kewara’an sekaliber mereka, namun kami katakan disini, bahwa beliau sudah mencapai berbagai kedudukan mulia ini namun berbeda dengan para maksum yang sampai ke tingkat a’la beliau hanya sampai ke tingkat adna. Sedang orang yang sudah menjadi wujud dari riwayat dari Nabi diatas adalah pribadi agung Ali bin Abi Thalib as. Imam alilah orang yang paling tepat menjadi wujud dari riwayat diatas, yang lain menempati kedudukan tersebut tapi lebih rendah dari beliau.

Pada masa mengajar di Hauzah ilmiah Qum Ruhullah Khomaini mengajar pelajaran akhlak di Madrasah Faiziah, pusat pendidikan agama Islam di Qom waktu itu, dan yang jelas karena kedudukan keilmuan dan kepribadian beliau sehingga beliau didaulat menjadi pengampu pelajaran akhlak dihadapan para ulama lainnya.

Syahid Muthahari disuatu kesempatan menjelaskan perasaannya ketika masih mengikuti pelajaran akhlak yang diampu Ruhullah Khomaini, dia mengatakan pelajaran akhlak waktu itu dilakukan seminggu sekali, dan selama seminggu dia merasa mendapatkan suntikan batre dan mendapatkan hal-hal baru.

Buku 40 hadis adalah salah satu ringkasan dari pelajaran akhlak yang Ruhullah Khomaini ajarkan, jadi itu hanya bagian kecil darinya.

Terkait ketakwaan Ruhullah Khomaini, malam hari Ayatulah Ghulpaighani tidur diawal waktu belum lama beliau tidur beliau tiba-tiba terbangun, segera beliau berkata kepembantu beliau untuk segera menelpon Ayatullah Khamenei, sehingga bisa menanyakan kondisi Ayatullah Khomaini, ketika ditelpon ternyata pada saat ayatullah Gulpaigani mimpi saat itu Ayatullah Khomaini telah meninggal dunia, ketika ditanya ternyata malam itu Ayatullah Ghulpaigani mimpi disana ia melihat Ayatullah Khomaini masuk suatu majlis yang dihadiri oleh Rasullallah dan Maksumin, ketika Ruhullah Khomaini masuk Rasul berdiri dan diikuti para imam lainnya Rasul menyambut dan memeluk Ruhullah Khomaini,[1] dua hari berikutnya Ayatullah Ghulpaigani bertugas menshalati beliau, pada saat beliau menshalati, beliau tidak membaca doa

و ان کان مسیئا فتجاوز عنه

 “Jika dia berdosa maka ampunilah dosa-dosanya”

Karena dia tahu seperti apakah pribadi Ruhullah Khomaini. Karena imam Khomaini senantiasa menjaga diri dan melakukan perbuatan-perbuatan mustahab tidak mungkin beliau melakukan apa yang dibenci Allah.

Untuk melihat seperti apakah kepribadian dan hasil karya Ruhullah Khomaini kita bisa melihat puluhan karya beliau pada saat beliau belum menikah. Dan lebih dari yang lain bisa dilihat, revolusi yang telah beliau gaungkan, revolusi islam iran tidak akan kita ketahui kebesarannya kecuali dengan memperbandingkan antara kondisi Iran sebelum revolusi dengan kondisi Iran setelah Revolusi.

Iran sebelum Revolusi penuh dengan kefasadan, kedai-kedai minuman keras berhamburan, ditepi-tepi pantai terdapat wanita-wanita dengan pakaian tidak senonoh, film-film layar lebar menayangkan adegan syur, kefakiran merajalela sedang sang raja bermewah-mewah sesuka hati, raja membangun kamar mandi dari emas dan rakyat sulit untuk mencari beras, raja mengadakan pesta dengan para petinggi negara-negara lain, dengan tenda yang bertudung dibuat dari sutra dan rakyat jelata tidak memiliki rumah untuk ditinggali.

Sebelumnya tidak ada yang berani mengatakan atau berbicara melawan pemerintah kerajaan yang ada, namun Ruhullah Khomaini dengan lantang berbicara bahwa Syah harus pergi dari Iran. Karena perbuatan ini beliau dicekal dan dibawa ke Teheran, tentara yang mencekal merasa takut pada beliau, beliau sampai menenangkan mereka, sampai suatu ketika mobil yang dikendarai keluar dari jalur, manusia biasa akan berpikir bahwa dia sudah berakhir sudah tiada harapan lagi untuk hidup, namun sedikitpun rasa takut tidak terlihat diwajah Ruhullah. Dan ketika mobil kembali kejalur kendaraan tidak ada perubahan rasa menjadi bahagia, karena beliau sudah menyerahkan diri pada Allah tawakal pada Allah swt.

Suatu ketika buku yang Ruhullah tulis sudah dicetak ketika beliau melihat cetakan buku tersebut, beliau melihat ada gelar tambahan yang dibubuhkan disana, kepada pencetak buku beliau bilang, kamu hapus gelar ini dari buku-buku yang dicetak atau kamu buang saja kelautan. Ini menunjukkan bahwa beliau tidak membutuhkan dunia, tidak gila gelar dan kekuasaan seperti kebanyakan manusia.

Pada kasus Salman Rusydi penulis The Satanic Verses buku ayat-ayat setan. Dengan tegas Ruhullah memberi fatwa mati pada salman. Dalam negeri islam muncul rumor-rumor tertentu bahwa jika salman bertaubat maka dia tidak perlu dihukum mati, dan ucapan ini tidak hanya disampaikan orang biasa, mendengar ini imam langsung memberi tanggapan  bahwa jika Salman Rusydi bertaubat dengan mandi memakai air Zam-zam lalu berubah menjadi manusia paling zuhud pun tetap saja hukumannya adalah dibunuh.

Untuk lebih dekat dengan ucapan-ucapan Imam Khomaini kita bisa membaca kitab Shahifatun Nur, sebuah kitab yang menjadi ensiclopedia ucapan-ucapan Imam Khomaini.

* Suparno, tulisan ini diringkas dari ceramah memperingati hari meninggalnya Imam Khomaini qs.

 

 

 

 




[1] Majalah Nur, cetakan ke3, no 7 bulan Tir.

Kirim komentar