Masuknya Islam Warga Inggris

Masuknya Islam warga Inggris

Data yang didapat dari sejumlah masjid di Inggris menyebutkan, terdapat lebih dari 100.000 pemeluk agama baru di Inggris yang berasal dari etnis yang beragam. Tahun 2012 saja, tercatat sekitar 5.000 orang non-Muslim yang memeluk agama Islam. Dari jumlah itu tiga per empatnya adalah perempuan. Lalu apa yang menyebabkan ini terjadi?

“Jadikan saya sebagai seorang Muslim,” kata seseorang dalam sebuah film dokumenter yang disiarkan televisi BBC World, sebelumnya tayangan itu dimulai dengan sebuah gambaran besar, “terdapat banyak perempuan muda Inggris berkulit putih yang memeluk Islam dan tanyakan kenapa mereka ingin berhenti dari semua kebebasan yang ditawarkan gaya hidup Barat?" Tayangan itu menyuguhkan adanya tantangan yang dihadapi Inggris setelah adanya agama baru di dalam sebuah masyarakat yang menisbahkan dirinya liberal atau gaya hidup bebas.

Tayangan itu dibawakan oleh seorang Muslimah Inggris, Shanna Bukhari. Dia pernah bertarung untuk meraih anugerah Miss Universe dan kini berprofesi sebagai seorang model. Saat itu dia menyatakan, dirinya adalah seorang Muslimah Inggris yang modern, dan itu akan dipegang seterusnya. Dirinya berkesempatan untuk mewawancarai sejumlah muallaf perempuan dari tempat berbeda di Inggris, dari beberapa nara sumber itu akhirnya menginspirasi dirinya, bahwa Shanna Bukhari harus merubah pandangan liberalnya selama ini terhadap Islam.

Muallaf seringkali lebih konservatif dalam menjalankan agamanya ketimbang Muslim yang sudah sejak lahir. Tidak heran Shanna merasa dihakimi mereka karena tidak mengenakan jilbab ataupun mengunjungi masjid. Ketika salah satu nara sumber mengajaknya untuk memasuki masjid dan memintanya mengenakan jilbab, Shanna merasa tidak cukup “nyaman”.

Temukan Pelabuhan Damai

ADA sejumlah alasan mengapa perempuan Inggris memilih Islam. Dalam banyak kasus, keinginan ini terbawa oleh tunangannya atau suaminya, agar dirinya bisa diterima dan sesuai dengan ajaran agama Islam, atau mereka ingin anak-anaknya nanti memeluk agama yang sesuai seperti agama kedua orang tuanya.

Namun film dokumenter itu menunjukkan, Islam dianggap sebagai sebuah upaya untuk menyelamatkan diri masyarakat yang mencemarkan bentuk tubuh perempuan seperti yang tergambar di majalah maupun koran. Mereka merasa risih dengan kehidupan di klub malam dimana mereka bisa berpesta pora sembari menenggak minuman bersama teman-teman mereka, tulis Eurasiareview.

Tatanan sosial yang permisif yang tampak dari hancurnya tatanan keluarga akibat hilangnya tradisi masyarakat turut menyumbang trend itu. Inilah yang membuat banyak perempuan menginginkan nilai-nilai yang sesuai. Dan Islam menawarkan kedamaian, perasaan memiliki dan solidaritas di sebuah kawasan yang banyak dihuni umat Islam.

Islam memberikan tuntunan hidup, sebuah cetak biru bagi kehidupan dan sebuah rasa bahagia yang sifatnya personal. Islam juga menawarkan martabat baru bagi mereka, dan mereka melihat itu sebagai sebuah pemantapan nilai-nilai kehidupan bagi manusia. Banyak perempuan Inggis yang mengalami kesulitan hidupnya, dan mereka menyadari setelah masuk Islam, mereka merasa lahir kembali dalam kesucian.

Jika seseorang telah siap secara mental, memeluk agama Islam dengan mengucapkan syahadat adalah cara yang paling sederhana. Kebanyakan muallaf dengan susah payah menjelaskan kepada keluarganya kenapa dia memilih untuk masuk Islam, padahal kebanyakan warga Inggris menganggap Islam sebagai agama yang menyudutkan perempuan, film dokumenter itu menayangkan sebuah pertanyaan, “Apakah anak perempuanmu masih mengenakan pakaian itu di kepalanya?” Teman-teman karib juga mulai menjauh karena muallaf sudah tidak bisa lagi diajak untuk bersenang-senang dengan mereka.

Hadapi Cacian

MUALLAF-Muallaf itu tidak mudah untuk terus menjalankan tuntutan agama barunya, saat ada warga Inggris berkulit putih dan bermata biru berjalan di luar, seringkali mereka mendapatkan penghinaan, namun di sisi lain dia harus berupaya serius menjalankan itu di hadapan komunitas Muslim.

Muallaf perempuan yang belum menikah menghadapi persoalan yang lebih pelik, umumnya mereka kesulitan menemukan calon suami yang tepat, karena ada pamisahan komunitas laki-laki dan perempuan. Bagi mereka sudah menjadi Muslim, mereka masih mempunyai keluarga atau saudara yang mengenalkan dengan laki-laki lain. Keluarga Muslim di Inggris juga enggan menikahkan putranya dengan muallaf perempuan. Mereka umumnya mengutamakan calon istri dari etnis yang sama. Keluarga Muslim lainnya juga khawatir kalau menantunya yang muallaf itu berubah fikiran sewaktu-waktu, kembali kepada agama sebelumnya. Inilah mengapa kebanyakan muallaf memilih situs internet yang menyediakan calon pasangan yang tepat seperti muzmatch.com. 

Saudara perempuan mantan PM Inggris, Laurent Booth, seorang kolumnis dan presenter televisi sempat menuai kontroversi ketika dirinya memeluk agama Islam pada 2010. “Adanya ceritan kengerian dari sesama kolumnis saat mendengar saya memeluk Islam membuktikan adanya pandangan standar ganda terhadap Islam, tulisnya.

Keinginan untuk memeluk Islam itu bukanlah langkah yang tergesa-gesa bagi Booth, dia meniti niatnya sedikit demi sedikit. “Hambir saja saya tidak mengira, saat saya berdo’a setahun lalu, saya menyebut “Dear Allah” bukan “Dear God”…..lalu datanglah sebuah tarikan, ada sebuah pasang surut emosi jiwa yang terasa, seperti mendapatkan jawaban yang hangat dan terbuka.

Lalu dia menuturkan, “Adalah sebuah kebohongan besar jika ada orang bilang, konsumerisme, materialisme, narkoba dan seks akan memberikan kita kebahagiaan” dan akhirnya saya merasakan “apa yang dirasakan Muslim saat mereka sedang bersembahyang dengan khusyu’; sebuah harmoni yang manis, kebahagiaan dan rasa syukur atas apa yang saya punya (anak-anak) dan kemantapan bahwa saya sudah tidak butuh lagi apapun ketika sedang bersembahyang.

Sumber: Pelita Online

Kirim komentar