Saya Yakin, mazhab Ahlul Bait adalah juga Islam Sejati itu Sendiri

Saya Yakin, mazhab Ahlul Bait adalah juga Islam Sejati itu Sendiri

DR. Fadhilah Qaseem, seorang fisikawan asal AlJazair yang mengantongi ijazah doktoral bidang sains yang diperolehnya dari universitas di Perancis dalam wawancaranya dengan wartawan ABNA yang menemuinya ketika sedang berziarah di makam Imam Husain as di Karbala Irak mengisahkan kembali pergulatannya mencari kebenaran dan akhirnya menemukannya dalam mazhab Ahlul Bait. Ilmuan yang juga mengurus yayasan Islam di Perancis tersebut menyatakan kesyiahannya secara terbuka 24 tahun silam beralih dari mazhab Sunni-Maliki yang sebelumnya dianutnya.

 

Berikut wawancara tersebut. Semoga bermanfaat.

 

Bagaimana anda bisa mengenal mazhab Ahlul Bait as?

 

-Saya mengenal mazhab suci ini melalui propaganda politik di dunia. Terjadinya revolusi Islam di Iran membuka mata dunia tentang Iran. Saat peristiwa itu terjadi, media-media massa baik cetak maupun elektronika menyiarkannya secara massif, disebutkan Iran adalah negara yang mayoritas penduduknya muslim bermazhab Ahlul Bait atau Syiah. Tahun-tahun peristiwa revolusi itu terjadi saya masih seorang mahasiswa, dan baru saya ketahui ada mazhab lain dalam Islam selain Sunni. Akhirnya saya juga tahu, ternyata tidak sedikit teman kuliah saya yang bermazhab Syiah, mereka berasal dari Iran, Lebanon dan beberapa negara lainnya. Dari interaksi dengan mereka, pikiran saya terbuka mengenai perbedaan dan kemudian tertarik untuk mempelajarinya lebih jauh.

 

Ketertarikan tersebut tidak hanya terhenti dengan diskusi dengan teman-teman kuliah yang bermazhab Syiah namun saya juga tiba-tiba menjadi peneliti dadakan. Kebetulan saat itu saya juga sedang dalam proses penulisan tugas akhir, akhirnya saya keranjingan melakukan penelitian terhadap kitab-kitab klasik Islam. Setiap saya tidak punya jam pelajaran, saya pasti ke perpustakaan dan membaca banyak kitab-kitab, khususnya kitab-kitab fiqh dan agama yang saat itu cetakannya masih sangat terbatas.

 

Tahun 1988, saya berziarah ke makam Hadhrat Zainab as. Disana saya menghadiri majelis-majelis keagamaan dengan penceramah dari ulama-ulama Syiah. Hal tersebut, membuat ketertarikan saya terhadap mazhab Ahlul Bait semakin menjadi-jadi. Materi-materi ceramah dan penjelasan ulama-ulama dalam majelis keagamaan tersebut sangat rasional dan akalku sulit untuk membantahnya. Sehingga sayapun kemudian memberikan pengakuan pada saat itu, bahwa Syiah berada di jalan yang hak dan bertekad untuk lebih serius lagi mendalami mazhab Ja'fari tersebut.

 

Beberapa tahun setelahnya, saya dikaruniai oleh Allah seorang jodoh seorang pengikut Syiah yang taat. Sayapun dengan pernikahan tersebut, melalui bimbingan dan didikannya, memantapkan diri tanpa keraguan sedikitpun untuk berpindah mazhab. Dan sejak itu menjadikan mazhab Syiah sebagai caraku berislam. Pada tahun-tahun awal 90-an, saya melanjutkan pendidikan dan bersama suami kuliah di Perancis. Alhamdulillah, kami sukses menyelesaikan pendidikan dan meraih gelar doktor di bidang fisika.

 

Saat ini saya mengabdi sebagai seorang dosen fisika, matematika dan kimia. Sayangnya, karena saya berjilbab saya tidak diperkenankan mengabdi di almamater meskipun dikatakan saya memenuhi persyaratan akademis untuk mengajar di mantan kampus saya tersebut.  

 

Ketika  anda melakukan penelitian dan pencarian mengenai mazhab yang hak, mengapa anda memilih berhenti dan fokus pada pemikiran Ahlul Bait as?

 

-Masalah sebenarnya bukan hanya berkenaan dengan pemikiran, pencarian dan penelitian melainkan sudah sampai tahap dialog dengan batin, saya tidak bisa lagi mengelak ketika hati nurani saya yang meronta dan berteriak untuk bisa menerima kebenaran mazhab yang suci ini. Setiap saya mendengar kisah mengenai Ahlul Bait ataupun pelajaran-pelajaran yang berkenaan dengan mazhab Ahlul Bait bukan hanya membuat akalku tertunduk namun juga mengaduk-aduk perasaan dan jiwaku. Apa yang telah dibenarkan oleh hati nuraniku, sulit bagiku untuk menolaknya dan sayapun meyakini yang ditunjukkan dan dimantapkan oleh hatiku, itulah yang benar.  

 

Mengingat tidak mudah seseorang untuk berpindah dan mengubah keyakinan bahkan yang ada adalah beragam kesulitan yang berat, faktor apa yang membuat anda yakin tidak ada masalah dari perubahan keyakinan anda?

 

-Dari penelitian yang saya lakukan, saya akhirnya paham bahwa segala sesuatunya harus berkesesuaian dengan penalaran rasio dan memuaskan akal. Dan ketika berhadapan dengan maktab Ahlul Bait as, akal saya merasa terpuaskan karena penjelasan yang ada memang sesuai dengan rasio dan dapat diterima oleh akal sehat. Hal yang saya tidak temui pada mazhab-mazhab lainnya, khususnya pada mazhab Maliki. Dengan penelitian yang butuh waktu bertahun-tahun dalam mencari kebenaran meskipun pada awalnya saya melakukan dengan sembunyi-sembunyi namun ketika isu tersebut saya perbincangkan ditengah-tengah keluarga saya yang bermazhab Sunni tidak ada seorangpun yang mampu memalingkan keyakinan saya. Sebab tidak ada dari mereka yang mampu mematahkan argumen saya mengapa saya beralih kemazhab Ahlul Bait as.

 

Ketika anda berada di Perancis selain kuliah, apa saja yang anda lakukan?

 

-Hal yang pertama kali saya lakukan adalah menjadi aktivis masjid. Saya libatkan diri saya dalam setiap kegiatan-kegiatan di masjid. Sebab saya yakin, perempuan diciptakan bukan hanya terbatas pada urusan rumah tangga dan mendidik anak saja, namun juga  mampu memberi peran pada kepentingan masyarakat yang lebih luas. Dengan aktivitas saya di masjid, saya semakin mengenal banyak orang dan interaksi yang luas dengan saudara-saudara muslim dari beberapa negara yang berbeda. Alhamdulillah, saya menemukan diri lebih banyak memberi manfaat dengan melakukan hal tersebut.

 

Bagaimana anda bisa mempertahankan identitas keislaman anda ditengah kehidupan masyarakat yang bebas dan liberal seperti di Perancis? Dan apa saja yang telah anda lakukan untuk mendakwahkan Islam ditengah-tengah mereka?

 

-Saya harus jujur, dinegeri yang mengklaim diri menjunjung tinggi kebebasan dan hak asasi manusia, namun bagi kaum muslimin hidup di negeri tersebut justru menemukan banyak kesulitan. Utamanya bagi muslimah yang hendak menjaga hijab dan taat pada ajaran agama degan tetap mengenakan jilbab ditempat-tempat umum. Namun tekanan dan kesulitan yang kami hadapi tidak membuat kami menyerah. Dakwah Islam tetap kami lakukan. Karena tidak punya tempat khusus, kami sampai harus menyewa gedung khusus untuk menyelenggarakan majelis-majelis keagamaan. Alhamdulillah, berkat taufik dari Allah, saya telah menerjemahkan beberapa kitab agama ke dalam bahasa Perancis sehingga juga bermanfaat bagi non muslim yang hendak mengenal Islam.

 

Kami tidak hanya melakukan pendekatan antar mazhab namun juga sering melakukan acara seminar ilmiah dan dialog agama dengan menghadirkan tokoh-tokoh lintas agama, dari cendekiawan muslim, Kristiani dan Yahudi. Dalam pendekatan dakwah yang kami lakukan, kami sama sekali tidak secara khusus memperkenalkan mazhab Ahlul Bait ataupun Syiah. Kami memperkenalkan Islam secara umum. Saya sendiri meyakini, mazhab Ahlul Bait adalah juga Islam sejati itu sendiri.(ABNA)

Kirim komentar