Peran Imam Baqir as dalam Penyebaran Ilmu
Imam Muhammad Baqir as adalah Imam kelima pengikut Syiah Itsna Asyari yang oleh lisan Rasulullah Saw beliau diberi gelar, Baqir al 'Ulum (yang mengungkap dan menyebarkan ilmu).
Dalam tulisan singkat ini, kami paparkan secara umum mengenai perjalanan kehidupan beliau semenjak lahir sampai beliau mencapai kesyahidan. Semoga bermanfaat.
Kelahiran Imam Baqir as
Imam Muhammad Baqir as lahir pada awal bulan Rajab tahun 57 H, dan sebagian kecil sejarahwan menyebutkan beliau lahir pada hari ketiga bulan Shafar tahun 58 H. Ayah beliau bernama, Imam Ali bin al Husain bin Ali bin Abi Thalib as yang dikenal dengan nama Imam As Sajjad as dan ibu beliau bernama Fatimah yang lebih dikenal dengan sebutan Ummu Abdillah, putri Imam Hasan al Mujtaba as. Jadi imam Baqir as memiliki nasab yang mulia karena berasal dari keturunan Imam Hasan as sekaligus dari garis keturunan Imam Husain as.
Saksi Mata Tragedi Karbala
Imam Baqir disaat masih kanak-kanak diusia belum mencapai lima tahun telah merasakan beratnya kepedihan dengan menyaksikan langsung kakeknya yang mulia Imam Husain as terbantai dan syahid di Karbala. Ya'qubi meriwayatkan Imam Baqir as pernah berkata, "Ketika kakek saya Imam Husain bin Ali mencapai syahadahnya, saya berusia 4 tahun, dan meskipun telah lama berlalu, saya tidak akan pernah lupa detik demi detik kejadian tersebut."
Menjadi Imam dan Pemimpin Ummat
Imam Baqir as sebagai putra dari Imam Ali Zainal Abidin as, pasca kesyahidan ayahnya, segera memegang amanah sebagai imam ummat. Tampuk keimamahan berada dipundaknya, melanjutkan peran dan tugas sebagai pembimbing dan pemberi petunjuk pada ummat sebagaimana yang pernah diemban oleh ayah, kakek dan buyutnya.
Jabir bin Abdullah al Anshari, salah seorang sahabat mulia Nabi Muhamamd Saw pernah berkata, "Rasulullah Saw pernah bersabda yang ditujukan kepada saya dengan berkata, "Kamu kelak akan mencapai umur yang panjang, sampai kamu akan bertemu dengan salah seorang keturunanku dari Husain. Namanya Muhammad, dan dia memahami ilmu dengan sempurna, jika kamu bertemu dengannnya, sampaikan salamku kepadanya."
Para ulama yang hidup sezaman dengan Imam Baqir as memberikan kesaksian dan pengakuan atas keluasan dan kedalaman ilmu beliau. Hal tersebut tertulis dan terekam dalam kitab-kitab hadits dan kitab Tarikh Islam.
Kehidupan Sosial dan Politik Umat Syiah di Masa Imam Baqir as
Dengan makin dekatnya masa-masa akhir abad pertama hijriah, kezaliman dan kesewenang-wenangan pemerintah Dinasti Umayah makin memuncak. Di sisi lain, aksi perlawanan para penentang dinasti Umayah juga semakin meningkat. Konflik politik di masa itu, membuat kehidupan ekonomi masyarakat makin memburuk. Sehingga kegiatan ilmiah dan studi agama di tengah masyarakat pun makin terpinggirkan. Sampai-sampai banyak di antara umat Islam yang tak lagi mengenal cara-cara ibadah dan hukum agama, seperti shalat dan ritus haji.
Di masa itu, pemerintah dinasti Umayah makin lemah karena terus mendapat tekanan dan perlawanan lawan-lawan politiknya. Meski Rasulullah di masa hidupnya telah menetapkan bahwa Ahli Bait as merupakan kalangan yang paling pantas memegang tampuk kepemimpinan umat, namun masyarakat Muslim di zaman itu terpecah dalam berbagai kelompok mengenai isu kepemimpinan umat. Sebagian kelompok mengklaim bahwa Bani Umayah yang paling berhak memimpin, dan sebagian lagi menganggap Ahli Bait as sebagai pihak yang paling layak memimpin. Namun ada juga yang terlalu ekstrim dalam melihat posisi Ahli Bait as.
Dalam suasana yang sangat kelam semacam itu, Imam Baqir bangkit laksana mentari menyibak tirai-tirai kebodohan dan kegelapan. Pada masa itu, Imam Baqir as menerapkan strategi kultural, lewat penyebaran dan pengembangan ilmu pengetahuan Islam. Umat di zaman itu memerlukan transformasi pemikiran. Dengan seluruh daya upayanya, Imam Baqir berusaha menyelamatkan umat dari kesesatan dan kegelapan. Beliau juga menjelaskan bagaimana posisi Imamah dan Ahli Bait yang sebenarnya dalam masalah kepemimpinan umat. Imam Baqir mengingatkan bahwa tolak ukur kebenaran adalah al-Quran dan Sunnah Nabi.
Ia juga menegaskan bahwa pasca masa kenabian, Ahli Bait as merupakan otoritas yang paling layak dan terbaik untuk kebahagiaan dan keselamatan umat. Ia menilai, Ahli Bait Nabi as merupakan satu-satunya otoritas agama yang paling meyakinkan rujukan dalam masalah keyakinan dan pemikiran Islam. Imam Baqir as berkata, "Putra-putra keturunan Rasulullah Saw adalah pintu-pintu ilmu ilahi untuk menuju keridhaan Allah Swt. Mereka adalah pengajak ke surga".
Guna mengembangkan ilmu pengetahuan dan mendidik para ulama dan cendikiawan muslim, Imam Baqir membangun pondasi madrasah keilmuan dan budaya. Kelak, pondasi itu terus dilanjutkan pembangunannya oleh putra beliau, Imam Jakfar Shadiq as. Perjuangan ilmiah dan reformasi kebudayaan yang dijalankan Imam Baqir as di masa-masa akhir abad pertama hijriah, sejatinya merupakan pengantar untuk merevitalisasi pemikiran dan nilai-nilai Islam serta meningkatkan kecerdasan umat.
Jabir bin Yazid Ju'fi adalah salah seorang murid Imam Baqir as dan penukil 70 ribu hadis dari beliau. Jabir menuturkan, "17 tahun aku berada di sisi Imam Baqir. Ketika aku ingin berpisah dengan beliau, aku berkata padanya,‘Wahai Putra Rasulullah saw, penuhi aku dengan ilmu pengetahuan.' Imam Baqir as berkata, ‘Wahai Jabir, setelah 17 tahun engkau belum juga puas dengan ilmu?' Aku berkata, ‘Engkau adalah mata air yang tak terbatas dengan air segarnya yang tak pernah habis."
Bagi para ilmuwan Muslim dan non-Muslim sekalipun, keberadaan Imam Baqir as bagaikan air mata yang begitu jernih dan bening yang menyegarkan dahaga setiap pencari makrifat. Begitu agungnya khazanah keilmuan yang beliau miliki, membuat siapapun yang haus akan pengetahuan datang kepadanya. Keagungan dan kedalaman ilmu pengetahuan Imam Baqir menjadi buah bibir dan pujian para sejarawan dan ulama Islam. Ibnu Hajar Haitsami, sejarawanAhlusunnah menyatakan, "Imam Baqir adalah penyibak ilmu pengetahuan dan penghimpunnya. Perilakunya menunjukkan kepribadian beliau. Ia memiliki hati yang suci dan akhlak yang mulia. Masa-masa hidupnya ia baktikan untuk mengabdi kepada Allah. Ia memiliki derajat yang begitu tinggi yang tak bisa dijelaskan oleh siapapun".
Mengomentari peran pemimpin dalam menentukan nasib umatnya, Imam Baqir berkata, "Allah Swt berfirman, setiap komunitas yang berada di bawah kekuasaan Islam yang menjadikan para pemimpin yang zalim dan kufur sebagai pemimpinnya, niscaya mereka bakal mendapat kesengsaraan, walaupun dalam tindakan personalnya mereka terbilang bertakwa. Sebaliknya, setiap komunitas yang berada di bawah kekuasaan Islam menjadikan pemimpin yang adil sebagai pemimpinnya, maka mereka akan memperoleh ampunan dosa dan rahmat ilahi, meskipun mereka memiliki kesalahan dalam tindakan pribadinya".
Dalam perkataannya yang lain mengenai kecamannya terhadap penguasa yang zalim dan para pendukungnya, Imam Baqir as menuturkan, "Para pemimpin yang zalim dan para pendukungnya, jauh dari agama ilahi".
Selama sebelas tahun Imam Baqir as hidup sezaman dengan masa kekuasaan khalifah dinasti Umayah, Hisyam bin Abdul Malik. Hisyam dikenal sebagai pemimpin yang kikir, brutal, dan zalim. Di masa itu, kehidupan masyarakat sangat sulit. Sementara Imam Baqir sebagai tokoh utama Ahli Nabi memperoleh simpati dan dukungan umat yang begitu luas. Tentu saja, Hisyam sangat khawatir dengan posisi Imam Baqir yang kian hari hari kian kuat itu. Karenanya, ia berusaha mencegah sebisa mungkin pengaruh spiritual Imam Baqir as terhadap umat Islam.
Suatu ketika dalam perjalanan hajinya, Hisyam begitu kaget dan marah melihat kecintaan masyarakat Muslim terhadap Imam Baqir as dan putranya, Imam Shadiq as. Sekembalinya ke Syam, ia pun memerintahkan supaya kedua tokoh Ahli Bait as itu dibawa secara paksa dari Madinah ke Syam. Namun upaya itu, bukannya malah menurunkan kecintaan umat kepada Ahli Bait Nabi as, tapi justu membuat masyarakat semakin mengenal siapa gerangan mereka itu, khususnya masyarakat Muslim di Syam. Karenanya, Hisyam pun terpaksa memulangkan mereka berdua ke Madinah.
Kesyahidan Imam Baqir as
Imam Baqir as selama 18 tahun keimamahannya menggunakan kesempatan tersebut untuk membimbing umat. Selama 18 tahun Imam mengerahkan upayanya untuk memperkuat sendi-sendi ideologi dan pemikiran masyarakat. Selain itu, sejarah kehidupan beliau penuh dengan teladan bagi umat. Keagungan dan kepiawian Imam Baqir as diakui oleh seluruh umat, bahkan ulama Sunni pun mengakuinya. Beliau selama hidupnya menjadi rujukan umat untuk menyelesaikan segala kesulitan mereka.
Imam Baqir as mencapai syahadahnya pada hari ketujuh bulan Dzulhijjah tahun 114 H dalam usia 57 tahun di kota Madinah. Beliau meninggal karena diracun atas perintah Hasyim bin Abdul Malik, khalifah dari Bani Umayyah masa itu. Jenazah beliau dimakamkan di pemakaman Baqi di sisi makam ayahnya, Imam Ali Zainal Abidin as.
Diantara kata mutiara dari Imam Baqir as. Beliau berkata, "Sebaik-baik modal adalah percaya dan yakin kepada Allah Swt". Dalam tuturan sucinya yang lain, beliau menandaskan, "Kesempurnaan yang paling utama adalah mengenal agama, sabar dan tabah dalam menghadapi kesulitan, serta mengatur urusan hidup.
Kirim komentar