Hujr bin Adi

Hujr bin AdiAda satu kabilah yang hidup di Kufah bernama al-Kindah. Itulah mengapa Hujr dikenal dengan tambahan nama kabilah ini. Dialah Hujr bin Adi al-Kindi. Tapi dikarenakan ia seorang yang dikenal dengan perbuatan baiknya (khair) dan senantiasa melakukan perbuatan baik, ia juga dikenal dengan panggilan Hujr al-Khair.

 

Hujr lahir sebelum Islam datang. Tapi di tahun-tahun terakhir umur Rasulullah Saw, Hujr mendapat taufik untuk memeluk Islam. Benar, ia hanya dapat memanfaatkan keberkahan hidup Rasulullah Saw tidak lebih dari beberapa tahun, tapi senantiasa ia menjalani umurnya di jalan kebenaran. Hujr bin Adi ikut dalam Perang al-Qadisiyah di masa Khalifah Umar bin Khatthab dan berhasil menaklukkan daerah Maraj al-‘Adzra.[1]

 

Ia seorang abid dan bertakwa, mujahid dan melawan kezaliman, melakukan amar makruf dan nahi munkar dan meriwayatkan hadis dari Rasulullah Saw dan Imam Ali as. Ia seorang yang begitu mencintai shalat dan munajat. Termasuk satu dari sahabat Nabi Saw yang doanya pasti terkabulkan. Ia hidup dengan sangat zuhud, beribadah, shalat dan berpuasa, sehingga disebut sebagai "Rahib Ashab Muhammad", rahib dari sahbat Nabi Muhammad Saw.[2]

 

Hujr bin Adi tidak pernah meninggalkan wudhu. Setiap kali selesai berwudhu, ia langsung berdiri untuk melaksanakan shalat. Hujr bin Adi termasuk pria paling tampan di Kufah.[3] Begitu juga akhlaknya sangat baik dan termasuk orang yang sulit dicari bandingannya dalam akhlak.

 

Bila kelahirannya, seperti yang disebutkan, di masa Jahiliah dan memeluk Islam pasca penaklukan kota Mekah, berarti waktu itu usianya sekitar 27 tahun. Sekalipun ia terlambag dalam memeluk Islam dan usianya juga tidak terlalu tua, tapi kedalaman iman, kejujuran akidah dan keyakinan yang kokoh akan agama Allah dan risalah Nabi Muhammad Saw membuatnya lebih baik ketimbang mereka yang telah terlebih dahulu memeluk Islam.

 

Menurut Sayid Mohsen al-Amin, "Hujr merupakan sahabat terbaik, komadan perang yang pemberani, cita-citanya tinggi, abid dan zahid, doanya terkabulkan, arif billah, tunduk pada perintah Allah, terus terang mengatakan kebenaran, penentang kezaliman dengan sabar, tidak takut akan syahadah, berkorban di jalan Allah dan pendukung Imam Ali as. Ia diangkat oleh Imam Ali as sebagai komandan pasukan beliau di Perang Jamal dan Shiffin menunjukkan ia seorang pemberani. Hujr pribadi yang siap mati, tapi tidak akan pernah menerima kehinaan. Ia mengembangkan tangannya ke arah syahadah, tapi tidak bersedia berlepas tangan dari Imam Ali as. Ia siap membebaskan dirinya dengan kematian. Itulah mengapa ia bersedia menyaksikan anaknya mendahuluinya mereguk cawan syahadah, agar anaknya tidak menjadi lemah setelah melihat pedang yang siap memancung kepala ayahnya dan meninggalkan Imam Ali as..."[4]

 

Semua ini hanya sebagian dari keutamaan akhlak dan jiwa Hujr bin Adi yang membuatnya layak menjadi teladan bagi semua manusia yang mencari kebenaran, siap mati syahid dan komitmen dengan cita-cita yang tinggi. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

 

Sumber: Javad Mohaddesi, Ashenai Ba Osveh-ha: Hujr bin Adi, , 1387 Hs, cet 3, Qom, Moasseseh Bostan-e Ketab



[1] . Nama daerah di Timur Laut Damaskus. Hujr bin Adi bersama rombongannya juga gugur syahid di sana dan dikuburkan di tempat itu juga yang sekarang disebut Adra.

[2] . Hakim Neishabouri, Mustadrak Shahihain, jilid 3, hal 468.

[3] . Al-Aghani, jilid 16, hal 89.

[4] . A'yan as-Syiah, jilid 4, hal 571.

Kirim komentar