Turki: Rahbar Haramkan Senjata Nuklir, Iran Pasti akan Taati
Fatwa atau keputusan yang mengharamkan kepemilikan dan memproduksi senjata nuklir yang dikeluarkan oleh Wilayat-e Faqih (Kepemimpinan Faqih, Ahli Agama), adalah mengikat; dan mentaati itu adalah kewajiban agama,"
Menteri Luar Negeri Turki mengatakan, bahwa tidak ada kemungkinan dekrit religius yang dikeluarkan oleh Pemimpin Revolusi Islam atau Rahbar Ayatullah Sayyid Ali Khamenei yang melarang kepemilikan dan penggunaan senjata nuklir tidak akan ditaati oleh Iran.
"Fatwa atau keputusan yang mengharamkan kepemilikan dan memproduksi senjata nuklir yang dikeluarkan oleh Wilayat-e Faqih (Kepemimpinan Faqih, Ahli Agama), adalah mengikat; dan mentaati itu adalah kewajiban agama," kata Ahmet Davutoglu dalam sebuah wawancara dengan saluran televisi Turki Kanal D. Press TV melaporkan, 06/04/12.
Pada tanggal 22 Februari, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan bahwa, "Bangsa Iran tak pernah dan tak akan pernah berpikir membuat senjata nuklir. Bangsa ini akan membuktikan kepada dunia bahwa senjata nuklir tidak mendatangkan kekuatan. Tapi bangsa yang mengandalkan bakat dan potensi insani dan alamnya bisa meruntuhkan kekuatan yang memiliki senjata nuklir."
Masalah nuklir, menurut beliau, bukan hanya permasalahan teknologi dan penggunaannya di sejumlah bidang di satu negara, tapi masalah gerakan kaum muda, para ilmuan dan bangsa yang telah membulatkan tekad. Mempertahankan resistensi dan semangat satu bangsa adalah hal yang sangat penting.
Beliau waktu itu juga menandaskan bahwa, meski keberhasilan para ilmuan muda Iran di bidang teknologi nuklir punya banyak dimensi namun dari semua itu yang paling menonjol adalah rasa bangga dan kehormatan yang didapat bangsa Iran berkat keberhasilan ini. Rasa bangga dan kehormatan ini menurut beliau didapatkan berkat revolusi Islam.
Davutoglu mengatakan bahwa jika kekuatan Barat benar-benar tertarik dalam berinteraksi dengan negara-negara Timur Tengah, mereka harus memperdalam pemahaman mereka tentang wacana keagamaan, dia menambahkan bahwa Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan sebelumnya telah menginstruksikan kepada Presiden AS Barack Obama tentang masalah ini.
Menteri Luar Negeri Turki juga mengatakan, para insinyur nuklir dan diplomat Iran tidak akan pernah membuat program senjata nuklir karena ini bukan hanya kesalahan politik tetapi juga ketidaktaatan religius.
Davutoglu menjelakan, kurangnya saling percaya dan tekad diplomatik adalah dua alasan utama yang menghambat kemajuan dalam masalah nuklir Iran. Lebih lanjut di mengulang pernyataan yang dibuat oleh Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi sebelumnya, mencari solusi atas konflik nuklir itu bukanlah tugas yang sangat sulit.
Menlu Turki sepenuhnya mendukung hak Iran untuk program energi nuklir, dan menambahkan bahwa kerjasama Iran dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dapat menghilangkan kekuatiran Barat dalam hal ini.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton mendesak Iran untuk membuktikan pernyataannya yang menyebutkan bahwa umat Muslim menolak adanya senjata pemusnah massal.
Negara Hansip Dunia itu juga memaksa Iran agar menyetujui sebuah rencana pembuktian yang akan dilakukan guna memastikan bahwa program nuklir Iran tidak bertujuan mengembangkan senjata nuklir.
"Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei sempat mengatakan, bahwa senjata pemusnah massal dilarang oleh agama karena bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Atas pernyataan itu kami akan bertemu dengan Iran untuk membahas bagaimana menerjemahkan maksud dari pernyataan pemimpin tertinggi Iran itu," ujar Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton seperti dikutip Star Tribunne Senin, (2/4/2012).
Clinton juga meyakini pernyataan Ayatollah Ali Khamenei itu menyimpan makna yang mendalam. Ditambahkan Clinton,"Ini bukan keyakinan yang abstrak, namun ini adalah kebijakan pemerintah. Masyarakat internasional sekarang ini ingin melihat tindakan nyata terkait dengan pernyataan yang didasarkan pada keyakinan tersebut," ujarnya.
Pada akhirnya, pejabat tinggi Turki tersebut juga mengkritik ketidakpedulian global atas ancaman militer Israel terhadap Republik Islam terkait program energi nuklir Tehran. [Islam Times]
Kirim komentar