Philips J. Vermento: Kontribusi Syiah Sangat Nyata

Peneliti CSIS Philips J. Vermento mengatakan bahwa Syiah memberikan kontribusi positif dalam perkembangan bangsa ini. Hal itu dikatakannya pada diskusi yang digelar oleh Maarif Institute di Jakarta, Rabu, 19 Desember 2012. Diskusi yang diselenggarakan di Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat ini mengambil tajuk “Negara, Agama, dan Perlindungan Hak-hak Minoritas.

Vermonte menyayangkan terjadinya kekerasan berlatar intoleransi. Terlebih lagi, kekerasan tersebut terjadi di era tatkala proses demokratisasi dan keterbukaan sedang digalakkan. Menjadi warga minoritas menurut Vermonte serba salah. Pada saat mereka dituntut menjalankan fungsi-fungsi kewarganegaraannya secara optimal justru terjadi proses peminggiran.

Vermonte, selain memaparkan temuan-temuan yang menggambarkan rendahnya sensitivitas negara terhadap perlindungan hak-hak konsitutsional warga negaranya, juga pada sesi tersendiri memberikan penekanan pada perhatian kita terhadap sejarah. Ditekankannya bahwa Syiah memiliki kontribusi dalam perjalanan kebangsaan Indonesia. Selain dari catatan berbagai sumber tentang kontribusi masyarakat dan tokoh Syiah di Nusantara sejak beberapa abad lalu, Vermonte memberi pernyataan yang sangat menyentak. Hal ini dilihat dari kontribusi aspek intelektual dan perkembangan pemikiran.

“Kita harus bisa melihat kelompok-kelompok minoritas ini dalam konteks sejarah. Peran sejarah Syiah, misalnya. Di era Orde Baru, stigma ekstrim kiri sangat menakutkan. Banyak aktivis yang menghindari stigma ini.”tandasnya.

Rezim Orde Baru memang dikenal sangat keras dan dapat dengan mudah memberi cap kiri kepada orang-orang yang menentang rezim. Aktivis pro-demokrasi harus berurusan dengan kekuasaan hanya karena mengeskpresikan hak-hak politik dan konstitusionalnya. Mereka akhirnya harus menghindari gerakan yang secara frontal berhadap-hadapan dengan rezim Soeharto itu. Namun sangat berbeda tatkala buku-buku pemikir Syiah menjadi bacaan kaum pro-demokrasi. “Tapi setelah membaca buku-buku dari Syiah, seperti pemikiran Syariati dan Muthahhari, justru banyak aktivis yang mulai berani menentang Soeharto. Ali Syariati maupun Muthahhari maupun pemikir Syiah lainnya selalu memberi perspektif baru yang lebih segar sehingga memperkaya pemikiran di kampus-kampus waktu itu. Dan setelah itu, ya, perlawanan muncul di mana-mana” tegas pria kelahiran Padang tersebut (Ahlulbaitindonesia.org)

Kirim komentar