Mengungkap Arti Arbain
Kehidupan maknawiah tidaklah lepas dari nilai angka-angka. Setiap angka memiliki arti tersendiri. Nilai angka lima diartikan bahwa ada lima nabi ulul azmi (lima nabi pembawa kitab suci), dan lima anggota keluarga Nabi Muhammad saw.
Nilai angka tujuh diartikan dengan tujuh langit dan tujuh kota cinta, tujuh tahapan perjalanan ruhani dalam irfan, dan tujuh kali tawaf di Baitul Haram Kakbah.
Angka dua belas diartikan dua belas manusia suci, dua belas mata air yang terpancar dari batu oleh mukjizat Nabi Musa a.s. Angka empat belas diartikan sebagai 14 manusia suci.
Akal manusia mencapai tingkat kesempurnaan aqliah pada usia empat puluh tahun dan ini berlaku untuk setiap orang. Nabi Muhammad saw. pada usia empat puluh tahun terpilih manjadi nabi, Nabi Musa a.s. empat puluh hari menyendiri di atas gunung untuk mendapatkan tujuh perintah (seven commandements) untuk kaumnya.
Kaum Bani Israil dikarenakan kekafiran akan nikmat Tuhan dan penyembahan mereka kepada anak sapi mereka dihukum selama empat puluh tahun. Penyempurnaan pembentukan dalam penciptaan tubuh Nabi Adam a.s. dalam empat puluh hari. Kaum arif dan penempuh jalan ruhani melakukan pembersihan diri mengacu dari empat puluh hari penciptaan Nabi Adam a.s.
Syekhul Isyraq mengatakan bahwa Allah Swt. mencipta manusia dalam empat puluh hari dan setiap harinya ia memberikan sifat kepadanya di mana setiap hijab dan tabir melingkupinya hingga pada hari ke empat puluh sifat-sifat itu mencapai puncaknya.
Dalam proses pembersihan diri seorang penempuh jalan ruhani setiap harinya harus membersihkan dirinya dari sifat-sifat ini hingga mereka pada hari keempat puluh mendapati dirinya sebagai manifestasi dari Yang Maha Haq.
Meskipun nilai empat puluh adalah jumlah angka, akan tetapi dalam budaya irfan Islam (tasawuf) nilai ini berarti “Kebagaimanaan dalam perilaku”, untuk itu dalam pengulangan amal perbuatan sampai empat puluh kali adalah salah satu dimensi penyebab kesempurnaan ruhaniah manusia. Sayid Mahdi Bahrul Ulum terkait dengan angka empat puluh mengatakan:
Saya yakin kepada diriku dan mengatakan bahwa ini adalah nilai angka yang mulia dari jumlah angka-angka yang memiliki kekhususan dan pengaruh yang spesifik dalam kapasitas dan penyempurnaan secara alamiyah menuju tingkatan keyakinan.
Kekhususan angka empat puluh dalam mewujudkan prilaku dan perbuatan, kecerdasan, ataukah kebiasaan dalam sifat adalah satu hal yang telah di riwayatkan dalam hadis dan sunnah. Angka empat puluh dalam suluk atau proses pembersihan diri digunakan untuk menarik cahaya emanasi Ilahi sebagaimana yang di beritakan dalam Quran dan hadis-hadis dari para maksum a.s. serta para wali Allah. Pada kenyataannya angka empat puluh adalah simbolisasi dari proses penyempurnaan, kehadiran kesempurnaan, kematangan, keterlepasan dari kebodohan dan kekosongan tingkatan pertama dari kebangkitan dan kesadaran, dan sebagainya.
Banyak contoh yang bisa kita ambil dalam ayat dan riwayat yang menceritakan keutamaan angka empat puluh tapi pada akhirnya seperti dalam banyak hal bagi manusia adalah satu hal yang belum bisa dipahami. Begitupun nilai angka empat puluh. Rahasia apa sebenarnya yang tersimpan pada angka empat puluh ini tak kalah setelah empat puluh hari meninggalnya seseorang para keluarga dan kerabat pada berkumpul untuk menyatakan kesedihan dan bela sungkawa, kalaulah tujuannya adalah untuk mengingat orang yang mati tadi mengapa tidak mengambil angka tiga puluh, lima puluh atau angka berapa saja dan tidak memberikannya pada satu angka khusus?
Pada angka empat puluh ada tabir apa yang belum terungkapkan dan setelah berlalunya angka empat puluh ini kejadian apa yang akan terjadi, apakah kabut kesedihan angka bangkit atukah kemampuan penyelesaian masalah semakin peka dan memberikan kesempatan kepada manusia untuk memikirkan apa yang telah berlalu.
Mungkin perayaan Arbain (hari keempat puluh syahidnya Imam Husain a.s.) memberikan pandangan kepada manusia akan peristiwa Karbala, menjaga nilai-nilai kebangkitan, pesan-pesan dan menghidupkan peristiwa syahadah putra nabi. Sebuah kejadian yang kalau kita ibaratkan dengan Quran memiliki rahasia-rahasia yang tak terhitung dan tak ternilai.
Di manapun Arbain, di situlah langit syahadah dan di situlah cahaya hidayah berjalan. Di hari ini berusahalah jauh dari kesalahan dan perilaku-perilaku yang berlebihan, kenalilah Imam Husain dengan sebaiknya dengan penuh kejujuran dan penguatan nafas kesuciannya sehingga kita semua termasuk dalam kafilah cahaya yang bergerak menuju cita dan harapan kemanusiaan sejati. [ejajufri]
Sumber : http://ejajufri.wordpress.com
Kirim komentar