Abaikan Aib Manusia, Ramadhan Penuh Berkah

Abaikan Aib Manusia, Ramadhan Penuh Berkah
Di hari kedua puluh enam bulan Ramadan kita membaca: Allahummaj'al Sa'yi Fiihi Masykuuran Wa Dzanbii Fiihi Maghfuuran Wa ‘Amali Fiihi Maqbuulan Wa ‘Aibii Fiihi Mastuuran Yaa Asma'as Saami'iina

Ya Allah...

 

Jadikanlah usahaku sebagai usaha yang disyukuri, dosa-Dosaku diampuni, amal perbuatanku diterima dan seluruh aibku ditutupi. Wahai Maha Pendengar dari semua yang mendengar.

 

Dalam doa hari kedua puluh enam bulan Ramadan ada empat tema penting; usaha yang berhasil, dosa yang terampuni, amal yang diterima dan aib yang tertutupi. Doa hari kedua puluh enam ini menekankan masalah aib manusia.

 

Indahnya menutupi aib manusia

 

1. Akhlak paling mulia

Imam Ali as berkata, "Paling mulia akhlak dari seorang pribadi besar adalah menutupi aib orang lain yang diketahuinya." (Ghurar al-Hikam, jilid 2, hal 450)

 

2. Tanda kecerdasan

Imam Ali as berkata, "Kecerdasan seseorang sudah cukup ketika ia mengenal aib dirinya sendiri." (Ghurar al-Hikam, jilid 4, hal 576)

 

3. Manusia terbaik

Imam Ali as berkata, "Hendaknya engkau menjadikan orang yang paling berpengaruh bagi dirimu bila ia mengingatkanmu akan aib yang engkau miliki dan membantumu." (Ghurar al-Hikam, jilid 5, hal 48)

 

4. Tidak cepat mencari aib orang lain

Imam Ali as berkata, "Wahai hamba Allah! Jangan tergesa-gesa mencari aib orang lain dan menyebutnya sebagai perbuatan dosa. Karena mungkin saja dosanya telah diampuni. Oleh karenanya, jangan terlalu percaya diri bahwa engkau lebih baik darinya!" (Ghurar al-Hikam, jilid 6, hal 459)

 

Buruknya mencari aib manusia

 

1. Manusia pendengki

Imam Ali as berkata, "Orang paling pendengki adalah yang suka mencari aib orang lain." (Ghurar al-Hikam, jilid 2, hal 381)

 

2. Aib terbesar

Imam Ali as berkata, "Aib terbesar bagi manusia adalah engkau menghitung aib yang dimiliki orang lain, sementara engkau juga memilikinya." (Ghurar al-Hikam, jilid 2, hal 432)

 

3. Mencari aib orang lain tanda ujub

Imam Ali as berkata, "Aku begitu heran dengan seseorang yang menganggap aib orang lain sebagai sesuatu yang buruk, padahal aibnya sendiri lebih banyak, tapi ia tidak melihatnya." (Ghurar al-Hikam, jilid 2, hal 416)

 

Cela bagi pencari aib orang lain

 

Ada seorang desa yang senantiasa datang menjumpai Imam Shadiq as. Tapi untuk beberapa waktu lamanya Imam Shadiq as tidak lagi melihatnya. Akhirnya Imam berusaha mencari tahu keadaan orang itu. Seseorang yang berada di majelis Imam Shadiq as berusaha membicarakan aib orang desa itu dan berusaha mengecilkannya di hadapan Imam.

 

Ia berkata, "Orang itu hanya orang kampung, bodoh dan bukan orang penting."

 

Imam Shadiq as menjawab, "Pribadi seseorang ada pada akalnya, kemuliaanya ada pada agamanya dan kelebihannya ada pada takwanya. Karena manusia dari sisi keturunan semuanya sama merupakan keturunan Adam, sementara kelebihan dari sisi materi tidak dapat menciptakan nilai bagi seseorang." (Bihar al-Anwar, jilid 47, hal 215)  (Saleh Lapadi)

Kirim komentar