Arab Saudi dan Politisasi Ibadah Haji Bag 2

Saddam pada akhirnya kalah dan ia kemudian berubah menjadi ancaman terhadap para penguasa Arab dan menduduki Kuwait. Kegagalan tersebut tidak memberi pelajaran kepada para penguasa Arab dan Al Saud telah menjadi kaki tangan AS untuk mengintervensi negara-negara lain dan mengobarkan perang di Timur Tengah.

Manasik haji adalah sebuah ritual yang memiliki dimensi ibadah-politik. Dimensi politik haji sebenarnya dihidupkan pasca kemenangan Revolusi Islam dan kehadiran jemaah Iran di Tanah Suci. Dalam pandangan Imam Khomeini ra, haji adalah sebuah kewajiban ibadah, politik, dan sosial yang berada dalam satu paket. Bahkan pelaksanaan ibadah seorang individu dalam manasik haji tidak bisa lepas dari pesan-pesan politik dan sosial.

Imam Khomeini ra pada awalnya mengkritik keras upaya pemimpin negara-negara Islam dan ulama kerajaan dalam mempersempit makna haji menjadi sebuah ritual agama yang kering dan mengabaikan kondisi Dunia Islam dan kaum Muslim. Beliau berkata, "Berbagai dimensi kewajiban agung ini masih belum tersingkap karena penyimpangan pemerintah-pemerintah tiran di negara-negara Islam dan para ulama kerajaan serta kesalahpahaman dari sebagian muballigh di seluruh negara Islam. Sebuah kesalahpahaman yang bahkan menentang pembentukan pemerintahan Islam dan menilainya lebih buruk dari pemerintahan thaghut."

"Pemikiran keliru ini telah membatasi kewajiban agung haji menjadi sebuah seremonial yang tanpa makna. Mereka menilai upaya menyuarakan penderitaan kaum Muslim dan negara-negara Islam bertentangan dengan syariat dan bahkan mendekati kekufuran. Orang-orang yang terkait dengan pemerintahan tiran memperkenalkan mereka yang berkumpul di sana dari berbagai penjuru dunia untuk meneriakkan ketertindasannya sebagai Zindiq dan bertentangan dengan Islam. Para aktor – yang ingin mempertahankan kemunduran kaum Muslim dan membuka jalan bagi para perampok dan penjajah – mengisolasi Islam dalam sudut-sudut masjid dan tempat ibadah serta menganggap kegiatan yang berhubungan dengan urusan kaum Muslim, bertentangan dengan Islam dan tugas-tugas Muslim dan ulama," tegas Imam Khomeini ra.

Dalam pandangan Imam Khomeini ra, dimensi politik haji sengaja ditinggalkan untuk mencegah kebangkitan kaum tertindas dunia, mengingat rezim-rezim boneka telah menguasai negara-negara Islam. Menurut Imam Khomeini ra, Baitullah adalah rumah kebangkitan dan mobilisasi Muslim untuk melawan kekuatan arogan, di mana masalah ini berhubungan dengan kepentingan umum umat Islam.

Sayangnya, para penguasa Al Saud menjadikan manasik haji sebagai sebuah ritual senyap dan keheningan Dunia Islam. Mereka ingin ibadah haji hanya fokus pada aspek lahiriyah dan tidak melahirkan sebuah perubahan pada umat Islam. Dengan kata lain, pertentangan kesadaran dan kelalaian adalah titik perbedaan penting antara haji Ibrahimi dan haji Saudi. Al Saud sangat mengkhawatirkan terlaksananya manasik haji Ibrahimi dan memperkenalkan dimensi politik haji sebagai kreasi kaum Syiah.

Padahal, manasik haji termasuk bagian dari ibadah dengan perbedaan paling kecil di antara mazhab-mazhab Islam. Jutaan Muslim dari berbagai mazhab Islam bergerak seirama untuk melaksanakan ibadah politik ini. Namun, Al Saud ingin mempersempit ruang komunikasi antara Muslim dari negara-negara Islam dan menyebarkan benih-benih perpecahan di tengah mereka.

Al Saud ingin mengejar kepentingan politik dari posisinya menguasai tempat-tempat suci kaum Muslim di Makkah dan Madinah dan menegaskan keunggulannya di antara negara-negara Islam. Mereka menjadikan dirinya sebagai parameter dari Muslim sejati dengan ajaran-ajaran Wahabinya. Oleh karena itu, Al Saud menghalangi sampainya makrifat Islam hakiki ke seluruh kaum Muslim selama musim haji. Perkara ini juga menjadi salah satu alasan rezim Al Saud mencegah jemaah Iran naik haji.

Arab Saudi ingin meminimalisir kontak antara jemaah Iran dan jemaah negara-negara Islam lainnya. Kontak ini akan menyingkap kebohongan yang mereka ciptakan tentang jemaah Iran dan akidah Syiah, dan Muslim dunia akan mengetahui tentang kebohongan Al Saud terhadap masyarakat Syiah.

tvshia/parstoday

Kirim komentar