Misteri Lailatul Qadar (3-tamat)


Banyak orang yang sebatas beribadah (sholat, zikir, berdoa) di malam Lailatul Qodar, tanpa strategi. Strategi adalah bentuk kesadaran mengenai apa itu malam Qodar dan apa hal-hal terpenting yang perlu kita mohonkan kepada Allah di malam itu. Bukan berarti memohon hal-hal sepele dan duniawi tidak boleh, namun kita tentu ingin meningkatkan kualitas diri di hadapan Allah swt.

Untuk itu, yang pertama harus dilakukan adalah bertafakur. Ada hadis Rasulullah yang menyatakan bahwa “bertafakur sejenak lebih baik daripada beribadah setahun.” Dengan bertafakur, manusia akan menemukan apa hal-hal sejati yang penting untuk dirinya, dan apa yang harus dilakukan dalam kehidupannya. Setelah itu, barulah dia mampu berdoa memohon kepada Tuhan hal-hal yang penting itu.

Salah satu hal terpenting yang perlu kita mohonkan kepada Allah di malam Qadr adalah *akal*. Akal manusia itu lemah dan terbatas. Karena itu disebutkan dalam doa Imam Ali as, “Tuhanku sungguh diriku ini penuh cela, akalku lemah, dan hawa nafsuku dominan.” Dapat kita bayangkan, manusia dengan segala keunggulan dan keutamaan seperti Imam Ali, di hadapan Allah sedemikian merendahkan diri. Apalagi, kita, manusia yang masih sangat rendah kualitasnya, sudah sepatutnya sangat-sangat merendah di hadapan Allah, dan memohonkan akal yang jernih. Dengan akal yang jernih, kita akan mampu memikirkan persoalan-persoalan kehidupan dengan bijaksana, dan insyaAllah, kebaikan dunia akhirat pun akan sampai kepada kita.

Setelah itu, yang terpenting kita mohonkan kepada Allah di malam Lailatul Qadar adalah *iman*. Kita semua mengklaim beriman, namun, bila kita jujur pada diri sendiri, sesungguhnya iman kita masih sangat lemah. Karena itu, perlu kita mohonkan kepada Allah agar mengaruniai iman yang betul-betul mendalam, iman yang ‘rasikh’, yang dapat menghadapi tantangan-tantangan, iman yang tetap eksis meski menghadapi tekanan dalam hidup, iman yang mampu menolak bujukan syahwat dan kemaksiatan.

Kemudian, penting bagi kita untuk berdoa agar dikaruniai akhlak yang terpuji, seperti jujur, menepati janji, ketenangan jiwa, ketenteraman, istiqamah, dan sifat-sifat lain yang sangat mendasar bagi terwujudnya akhlakul karimah. Allamah Taqi Mudarrisi menganjurkan kita membaca doa Makarimul Akhlak, dan merenungi kalimat-kalimat di dalamnya, terutama kalimat ini, “Ya Allah, sampaikan salawat kepada Muhammad SAW dan keluarganya, *sampaikan imanku kepada iman yang sempurna*”

Selain itu, sangat penting bagi kita untuk berdoa memohon ampunan kepada Allah. Kita terbiasa melafazkan istighfar, namun sering lalai mengingat betapa besar sebenarnya dosa-dosa kita. Untuk itu, sebaiknya saat memohon ampun, ingat-ingatlah dosa-dosa yang pernah dilakukan sehingga muncul rasa sesal dan malu dari lubuk hati, muncul penyesalan yang sebenar-benar sesal dan janji untuk tidak mengulanginya. Manusia cenderung melupakan dosanya, padahal Allah mencatatnya. “Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya” (QS Al Mujadilah:6).

Terakhir, tentu kita juga perlu berdoa untuk hal-hal duniawi, namun sebaiknya diniatkan sebagai ‘sarana’ dalam melaksanakan amal saleh demi kebaikan di akhirat. Misalnya, kita memohon kesehatan, kekayaan, suami/istri dan anak yang saleh, serta keamanan dan terjauh dari marabahaya. Kita memohonkan keempat hal itu dengan niat agar amal saleh kita lebih baik lagi dan lebih banyak lagi. (tvshia/LiputanIslam.com)

Sumber: buku Lailatulkadar, Allamah Muhammad Taqi Mudarrisi, penerbit: Citra

Kirim komentar