Ada Dua “Islamic State” di Suriah
Nampaknya akan ada dua ‘Islamic State’ di Suriah, setelah pimpinan kelompok teroris Al Qaeda, Ayman Al Zawahiri, memberi perintah kepada Jabhat Al Nusra (cabang Al Qaeda di Suriah) untuk mendirikan emirate/ kekhilafahan. Meskipun pada awalnya ISIS dan Al Nusra awalnya berasal dari ‘rahim’ yang sama, namun persaingan sengit antara keduanya dalam memperebutkan pengaruh dan wilayah di Suriah semakin menjadi-jadi.
Zawahiri, dalam pernyataannya yang dipublikasikan secara online, menyebut bahwa ia telah mengirim seorang komandan senior ke Suriah, untuk mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu.
“Kami merasa bangga atas langkah-langkah yang ditempuh Al Nusra, juga hubungan yang tetap terjalin dengan Al Qaeda. Bila mereka membentuk pemerintahannya sendiri, memilih emir (pemimpin), maka, apapun pilihan yang mereka ambil, adalah pilihan kami juga,” tegas Zawahiri, seperti dilansir The Telegraph, 8 Mei 2016.
Zawahiri juga mengutuk ISIS, dan membandingkannya dengan kelompok Khawarij di masa lalu.
“Sebuah negara Islam di Suriah Raya tergantung pada Al Nusra—mengingat adanya perbedaan antara kebenaran metode Al Nusra dan metode yang dilakukan oleh Khawarij baru,” tambah dia.
Orang yang dipercaya Zawahiri sebagai perwakilan sekaligus komandan di lapangan, adalah Saif Al Adel, jihadis senior, yang juga mantan tentara yang berasal dari Mesir. Adel dilaporkan pernah ditahan di Iran, namun akhirnya dia dibebaskan dalam pertukaran tawanan dan berangkat ke Suriah tahun lalu.
Menurut Daily Mail, meskipun saat ini ISIS kehilagan banyak wilayahnya di Suriah dan Irak, namun kelompok teroris ini masih mengontrol wilayah yang dihuni sekitar 10 juta penduduk. Lantas, bagaimana dengan prospek Al Nusra ke depannya?
“Sejauh ini Al Nusra mampu bekerja sama dengan faksi lain, termasuk Fress Syrian Army (FSA). Mereka mengedepankan perjuangan melawan Assad, dan memiliki tujuan jangka panjang sendiri. Dibentuknya emirate akan menjadi pergeseran yang signifikan dalam strategi ini. Apakah faksi-faksi lainnya akan menyambut baik gagasan emirate ini, atau malah balik menentangnya,” papar Michael Horowitz, analis senior Grup Levantine
Kirim komentar