Jejak-Jejak Nabi Adam di Nusantara (3)

Jejak-Jejak Nabi Adam di Nusantara (3)Oleh: Sofia Abdullah

Nabi Adam a.s. dan Siti Hawa dipertemukan kembali di Jabbal Rahmah, bukit yang berlokasi di padang pasir perbatasan Jiddah dan Mekkah. Mereka kemudian memiliki banyak anak. Dalam salah satu riwayat dikatakan bahwa Siti Hawa melahirkan sebanyak 70 anak kembar berpasangan. Empat di antaranya dijadikan perumpamaan dalam kehidupan, pernikahan, dan yaitu Ataqah, Qobil, Habil, dan Nabi Sys. Ataqah adalah wanita pertama yang ingkar kepada Allah, kemudian dia wafat karena kemungkarannya kepada Allah SWT.

Mengenai pernikahan anak-anak Adam a.s. kita banyak membaca atau mendengar tentang hadits-hadits Israiliyyat yang mengatakan bahwa terjadi pernikahan silang di antara putra-putri Adam a.s.  Hal ini jelas bertentangan dengan Al Qur’an yang melarang pernikahan dengan saudara kandung. Allah SWT Maha Kuasa menciptakan makhluk-Nya, jadi tidak ada yang mustahil bagi Allah SWT untuk menciptakan makhluk yang lain atau memerintahkan makhluk yang lain untuk taat pada perintah-Nya. Hal demikian juga terjadi pada kisah putra-putri Adam a.s. Ketika sudah waktunya bagi anak-anak Adam a.s. menikah, Allah SWT mengutus makhluk-Nya dari golongan jin dan bidadari untuk menikah dengan putra-putri Adam. Qobil memiliki sifat pemalas, pemarah dan selalu iri hati pada adiknya Habil. Allah SWT kemudian mengutus wanita dari golongan jin yang berwujud manusia berwajah cantik, bernama: Jehanna. Adam a.s. kemudian menikahkan Qobil dengan Jehanna. Sedangkan Habil yang memiliki sifat sabar, rajin, taat pada orang tuanya dinikahkan dengan jelmaan bidadari bernama Nazlah.

Kedua jodoh Qobil dan Habil ini disesuaikan dengan karakter dan akhlak keduanya. Walaupun kakak beradik, keduanya memiliki sifat yang sangat berbeda, Habil adalah pemuda yang sholeh, rajin, sabar dan berbakti pada orang tuanya sementara Qobil pemalas, dan pemarah. Qobil dan Habil merupakan dua contoh sifat anak Adam yang berlainan dan ditujukan sebagai pelajaran bagi umat manusia, yaitu bahwa perilaku seseorang tidak mengenal keturunan, semuanya mutlak karena pilihan pribadi masing-masing.

Karena sifat Habil yang baik, tentu saja Adam a.s. dan siti Hawa sangat menyayanginya. Qobil pun sangat iri pada adiknya. Rasa hasad Qobil mencapai puncaknya ketika mengetahui hikmah kenabian ayahnya diturunkan kepada Habil. Untuk meredakan rasa hasad dan iri pada diri Qobil, Adam a.s. memerintahkan mereka berdua untuk melaksanakan qurban kepada Allah SWT. Qobil karena malas, tidak memilih qurban-nya, ia hanya mengorbankan hasil panen yang layu. Sementara Habil mengorbankan hewan ternak terbaiknya yang dipersembahkan kepada Allah SWT, tentu qurban Habil-lah yang diterima. Peristiwa ini bukannya meredakan hasad Qobil dan menjadikan ia sadar atas kesalahannya, justru menambah iri hatinya kepada adiknya. Ia bahkan kemudian membunuh saudaranya itu dan terjadilah peristiwa pembunuhan pertama di muka bumi. Peristiwa ini diakui oleh semua agama samawi, dan semua agama samawi sepakat bahwa akar dari peristiwa ini adalah rasa hasad Qobil kepada Habil yang dibisikkan iblis. Setelah peristiwa ini, Qobil (Cain) beserta keluarganya lari dari Nabi Adam menuju ‘Tanah Nod’ (land of Nod), mendirikan kota di tanah tersebut dan menamakan kota tersebut ‘Henokh’, yang merupakan nama anak laki-laki pertama Qobil dan Jehanna.

Selama 40 hari Nabi Adam as menangisi terbunuhnya Habil. Beliau sangat berduka karena putranya yang sholeh Habil adalah adalah penerus kenabiannya. Kesedihan beliau juga disebabkan karena berpalingnya Qobil dari jalan Allah SWT. Atas musibah besar ini, Allah SWT, menghibur Adam a.s. dengan mengaruniainya seorang putra, Siti Hawa mengandung, lahirlah nabi Sys, pada saat Siti Hawa berusia 500 thn[1]

Nabi Sys inilah yang kemudian menjadi penerus Nabi Adam, sebagai nabi berikutnya dan dari beliau pula silsilah para Nabi dan Rasul berasal.

Ketika terjadi pembunuhan atas diri Habil oleh Qobil, Nazlah, istri Habil sedang mengandung putra pertama mereka, yang kemudian lahir diberi nama Habil II dalam beberapa riwayat disebut pula Yafat. Kemudian, tiba masanya bagi Nabi Sys dan Yafat untuk menikah. Allah SWT kemudian mengutus 2 orang bidadari yang menjelma menjadi wujud manusia yang cantik bernama Naimah yang menikah dengan Nabi Syis, dan Nazlah al Hawra yang menikah dengan Yafat. Pernikahan Nabi Sys dan Naimah melahirkan banyak anak, salah seorang putra di antaranya, yang juga penerus kenabian ayahnya adalah Syiban. Syiban menikah dengan Hurriyah putri Yafat dan Nazlah. Bila dibentuk dalam bagan silsilah akan terlihat seperti bagan di bawah ini:
Silsilah Keturunan Nabi Adam

Silsilah Keturunan Nabi Adam

Nabi Adam khawatir kasus yang dialami Habil terulang pada Nabi Sys, karena banyak di antara putra nabi Adam yang menginginkan posisi sebagai penerus kenabian, namun Allah-lah yang menetapkan urusan-Nya. Untuk mencegah rasa iri dan hasad timbul di benak putra-putra Adam, ia pun memerintahkan Nabi Sys untuk menyembunyikan kenabiannya. Namun karena hikmah kenabian tidak dapat disembunyikan, satu-satunya jalan bagi Sys adalah berhijrah. Maka ia pun dan keluarganya hijrah ke negeri yang berbeda. Di negeri itu mereka berketurunan. Kemudian keturunan-keturunan Nabi Sys bertemu dengan saudara-saudara mereka yang lain melalui hubungan pernikahan dan perdagangan.

Keterangan dari jalur Ahlul Bait mengenai Nabi Sys yang kami dapatkan hanya sampai pada perintah Nabi Adam untuk menyembunyikan hikmah kenabian Nabi Sys. Kami menarik kesimpulan bahwa Sys melakukan hijrah atau berpindah ke tempat lain karena tidak mungkin seorang Nabi, Rasul, Imam ataupun Washi’ menyembunyikan hikmah (ilmu) kenabiannya. (tvshia/LiputanIslam.com)

(Bersambung ke bagian keempat)

————

[1] selain bertubuh sangat besar, pada masa nabi Adam a.s.  hingga nabi Sulaiman a.s. rata rata umur manusia 300-1000 thn

Kirim komentar