Zionisme, Genosida dan Tradisi Kolonial di Suriah Kontemporer bagian 4

Zionisme, Genosida dan Tradisi Kolonial di Suriah Kontemporer bagian 4

Negara Pendukung ISIS

Kediktaoran dari rezim di Semenanjung Arab akhirnya menyebabkan kawasan regional bangkit untuk melakukan perlawanan terhadao neo-kolonialisme, penolakan terhadap hegemoni AS dan Israel dan juga dukungan terhadap Palestina untuk menentukan nasib mereka sendiri. Namun kemudian upaya ini dilemahkan dengan menggunakan agama. Perlawanan terhadap imperialis Barat kemudian dialihkan sebagai perang terhadap kaum murtad dan kafir.

Padahal, orang-orang kafir maupun murtad telah bertransformasi menjadi kelompok anti-kolonoalis di kawasan ini, baik mereka yang berhaluan nasionalis sekuler, sosialis, komunis, juga ada Hizbullah dan Iran, yang semuanya telah menolak intervensi Barat di dunia Arab dan Muslim, entah itu melalui intervensi langsung, ataupun melalui proksi Israel dan kerajaan-kerajaan Arab. Untuk mengaburkan perbedaan-perbedaan politik, Saudi kemudian menggunakan Islam dan Al Quran untuk mencela organisasi masyarakat yang berhaluan sekuler ataupun beranggotakan orang-orang non-Muslim. Lalu, Iran dan Hizbullah disebut sebagai kelompok murtad karena memiliki pandangan yang berbeda dalam Islam. Pertanyaan tentang perselingkuhan agama dan kemurtadan, dieksploitasi dalam teori Machiavellian sebagai tabir asap untuk mengaburkan perbedaan politik dan memobilisasi ummat Sunni.

Sifat tirani Arab diakui baru-baru ini dalam New York Times. Reporter Ben Hubbard menulis, “Negara Saudi dibentuk berdasarkan aliansi antara keluarga Saud dengan seorang ulama yang bernama Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab, yang mengajarkan penghakiman militer atas nama jihad untuk memerangi orang-orang yang dianggap kafir, dan kebanyakan dari mereka adalah Muslim yang memiliki pemahaman berbeda.”

Tidak ada yang berubah. Dengan Saudi yang berlindung di bawah imperium AS, terinspirasi dari ideologi Wahabi – yang juga dianut oleh Al Qaeda dan cabang-cabangnya, yang kemudian dijadikan pembenaran untuk melakukan penaklukan melalui jalur militer terhadap daerah-daerah yang merupakan oposisi atas hegemoni AS dan kolonialisme Zionis. Contohnya adalah klaim jihad melawan sekuler kafir (pemerintah Suriah) dan jihad melawan murtad (Syiah Iran dan Hizbullah).

Nasrallah menunjukkan bahwa perlawanan Arab dan Muslim yang seharusnya ditujukan terhadap Israel malah disalurkan ke dalam proyek-proyek lainnya, untuk menyenangkan orang Israel. Ia mempertanyakan priorias pejuang yang bergabung dalam perang Afghanistan pada tahun 1980-an terhadap pemerintah Marxis dan Leninis dan militer Sovyet. Ia bukan mempertanyakan legitimasi pertempuran, tetapi mempertanyakan prioritas. Menurutnya, menghancurkan rezim Zionis yang berdiri ekslusif di tengah-tengah bangsa Arab dan Muslim adalah tujuan yang paling mendesak.

Saudi mengambil peran pemimpin dalam menyebarkan Islamisme, dan berkali-kali, berabad-abad yang lalu, kaum Islamis selalu menjadi “useful allies” atau sekutu yang bermanfaat bagi kekuatan Barat, Israel dan Arab monarki.
sumber liputan islam

Kirim komentar