Zionisme, Genosida, dan Tradisi Kolonial di Suriah Kontemporer Bag 1

 

Oleh: Stephen Gowans*

ISIS adalah genosida yang dipropagandakan, oleh ideologi, dan aksi.” – Sekretaris Negara Amerika Serikat (AS), John Kerry.

“Bila kami harus memilih antara ISIS dan Assad, maka kami akan memilih ISIS.” – Mantan Duta Israel untuk AS, Michael Oren, yang saat ini merupakan anggota Knesset Israel.

Oren mengakui bahwa pandangannya tersebut adalah pandangan mainstream dari perencanaan strategi Isreal. Shimon Peres, saat menjabat sebagai Presiden Israel berkata bahwa ia berhadap pemberontak Suriah yang didominnasi oleh Al-Qaeda dan affiliasinya—bisa memenangkan pertarungan.

International Association of Genocide Scholars (IAGS) telah menggugat atas genosida yang dilakukan oleh ISIS terhadap Muslim Syiah, Yazidi, dan Kurdi di Timur Tengah.

Cabang Al-Qaeda di Suriah yaitu Jabhat Al Nusra, mengontrol perbatasan antara Suriah dan Israel. Sementara itu, di sepanjang perbatasan Dataran Tinggi Golan, militer Israel melakukan koordinasi dengan Al Nusra. Militer Israel menyebut telah mencapai kesepahaman dengan kelompok yang disebut sebagai organisasi teroris oleh AS dan sekutunya. Affiliasi antara Israel-Al Qaeda adalah taktik yang sangat ekstrem, sebut salah satu pejabat resmi Israel. Hal ini tidak luput dari perhatian Presiden Suriah Bashar Al Assad. Dalam interviewnya bersama Foreign Affairs, Assad menyebut bahwa Israel mendukung para pemberontak di Suriah.

“Semua ini sangat jelas. Kapanpun, dimanapun, kami mencapai suatu kemajuan, maka mereka (Israel) melakukan serangan untuk melemahkan tentara Suriah. Inilah sebabnya ada lelucon yang berkembang di Suriah. ‘Bagaimana bisa Anda mengatakan bahwa Al Qaeda tidak memiliki angkatan udara? Mereka memiliki Angkatan Udara Israel’.”

“Elemen Sunni (baca: Wahabi ekstremis), telah mengontrol sekitar 2/3 dari 90% dari perbatasan di Golan dan mereka tidak menyerang Israel,”ujar Amos Yadlin, mantan Kepala Intelejen Israel. Ia mencatat bahwa militan Al Qaeda telah memahami siapa musuh mereka yang sebenarnya, dan tentu saja, musuh tersebut bukanlah Israel.

Paramedis Israel tidak ketinggalan. Mereka memberikan perawatan bagi para pemberontak Suriah. Mereka mendirikan rumah sakit di sekitar Dataran Tinggi Golan yang melayani beberapa layanan operasi dan pemulihan dasar. Lalu pasian yang harus menjalani operasi yang lebih ekstensif, akan dirujuk ke Ziv Medical Center, yang bertempat di kota Tsflat, sekitar satu jam perjalanan. Dari tahun 2013-2015, ada sekitar 1.500 orang militan yang telah menyeberang ke Israel untuk mendapatkan pengobatan, yang diantaranya adalah anggota Al Qaeda.

Sehingga, jika Israel bukanlah musuh dari Al Qaeda sebagaimana yang disampaikan oleh Yadlin, lalu siapakah musuh mereka? Dan mengapa mereka harus dimusuhi?

Kirim komentar