Testimoni Para Mantan Wahabi dan Hampir jadi Wahabi

Testimoni Para Mantan Wahabi dan Hampir jadi Wahabi

 

Seperti yang diungkap oleh KH. Hasyim Musadi, dalang kekacauan NKRI adalah paham takfiriyah (mengkafir-kafirkan golongan lain yang tak sepaham). Tak hanya di NKRI, para takfiri ini juga menciptakan kerusakan di Timur Tengah, dan menebar teror di belahan bumi Eropa. Salah satu cirinya adalah suka membi’dah-bid’ahkan amalan Ahlussunah Wal Jamaah seperti tahlilan, ziarah kubur, tawassul, dan maulud.

Sedangkan KH. Said Aqil Siradj berkata, Pesantren Wahabi mendidik para santrinya untuk merakit bom, lalu membuat onar dimana-mana. (Baca: Pembuat Onar, Pesantren Wahabi Ajari Merakit Bom)

Jadi, dalam doktrin Wahabi, ikrar syahadat tidak cukup; mereka menuduh, kebanyakan umat Islam hanya  beriman di mulut, tidak di hati. Akibatnya, mereka memiliki justifikasi untuk mengafirkan orang lain, meskipun sudah bersyahadat, dengan tuduhan ‘’mereka hanya beriman di mulut”. Dan atas dasar teologi seperti inilah sekte Salafi Wahabi menghalalkan pembunuhan terhadap sesama muslim, sebagaimana terjadi hari ini di Suriah. Korban para “mujahidin” beraliran Salafi Wahabi kini bukan saja orang-orang Syiah dan Kristen, tetapi juga orang-orang Sunni, bahkan termasuk Syekh Al Buthi dan beberapa ulama Sunni Suriah lainnya.(Baca: Ulama Sejagat Menggugat Salafi Wahabi)

Alhamdulillah, banyak yang akhirnya sadar betapa berbahayanya paham Wahabi ini bagi ummat manusia, dan akhirnya mereka kembali kepada pemahaman Ahlussunah Wal Jamaah.

Berikut ini testimoni para Facebooker, seperti dikutip dari akun Jefri Nofendi;

1. Muhammad Adhika Nandiwardhana
Ya intinya saya Wahabi sejak SMP. Dalam suatu perjalanan saya bermimpi didatangi . . . . (saya inbox ntar siapa yang datangi saya). Beliau meminta saya tobat, sambil bawa tongkat yang bengkok. Lalu setelah itu saya mencari- cari seorang ustadz yang bisa menafsirkan mimpi ni.

Saya akhirnya jumpa muridnya Habib Umar Bin Hafidz langsung. Saya didawuhi untuk ikut ngaji sama beliauu, dan dalam perjalanan saya juga jumpa muridnya Gus Miek. Beliau kalau nggak salah dulu mengatakan hal yang menyentak saya, “Kalau kamu masih Wahabi, kamu durhaka sama leluhurmu. Leluhurmu itu orang Sufi. Akhirnya tobatlah saya, dan mengikuti ajaran beliau sampai akhirnya ketemu mursyid saya.

2. Dillah Masykur
Saya juga nyaris terkontaminasi Wahabi karena dengar Radio Rodja. Tetapi Alhamdulillah karena ketemu sama Rasil 720 AM (Radio Silaturahiim) saya selamat. Awalnya saya terkecoh dengan slogan Ahlussunah yang saya kira NU.

3. Firdausi Nuzula
Saya pernah diajak teman, entah aliran apa, intinya diajak kembali ke Al-Qur’an dan hadits, hal itu terjadi saat saya baru lulus SMA.

Saya perempuan Bang, saya sempat ikut pengajiannya sekitar 4 atau 5 kali, tapi yang diucapkan Ustadnya selalu saya bantah, kayaknya mereka jadi agak tidak suka dengan saya.

Waktu itu saya bertiga dengan teman, saya keluar tidak ikut lagi namun kedua teman saya tetap ikut. Suatu hari dua teman saya diajak Ustadz itu naik kereta, dengan tujuan yang mereka tidak pahami, sampailah di suatu tempat ternyata disana sudah banyak sekali orang orang. Di sana mereka dibaiat sampai semuanya menangis, teman saya si A mantap untuk mengikuti faham baru itu, sedangkan si B keluar dan menceritakannya semua yang dialaminya kepada saya. Entah mungkin itu faham Wahabi, tapi yang paling penting kami tetap jadi Islam Aswaja. Teman saya si B sampai sekarang tetap dengan faham barunya dan lebih mantab lagi setelah memperoleh jodoh dari faham itu.

4. Tri Asmoro Fauzi
Ya intinya slogan kembali ke Al Quran dan Sunnah itu omong kosong belaka, karena faktanya hanya mengikuti fatwa-fatwa ulama Saudi saja…

5. Arie Mamanya Zaky
Ada, tetanggaku hampir jadi pengikut Wahabi gara-gara di iming-imingi sekolah gratis dari PAUD sampai SLTA…

6. Nanang Zaenuri
Saya pernah ikut dalam kelompok Wahabi dan pernah tinggal dalam 1 kontrakan bareng komunitas mereka, tapi Alhamdulillah bisa sadar dan sekarang menyukai dunia tasawuf.

Pada masa kuliah diajak temen untuk tinggal dalam kontrakan rumah, karena berpikir untuk menghemat ongkos untuk kost dan makan saya akhirnya ikut. Di dalam kontrakan tersebut tiap hari dan tiap saat yang di bahas manhaj Salaf yang suka membid’ahkan dan suka mengkafirkan orang lain.

Saya sempat terpengaruh dan timbul rasa sombong dalam diri saya menganggap orang lain yang tidak sesuai dengan saya salah, akhirnya bertemu dengan seseorang di IAIN yang akhirnya menjadi saudara saya, dia yang meluruskan pandangan saya dan perbuatan saya yang selama ini melenceng.
[tvshia13/liputanIslam]

Kirim komentar