Presiden Rusia, 40% Teroris di Suriah adalah Tentara Bayaran

Presiden Rusia Vladimir Putin dalam sebuah surat menulis, organisasi-organisai teroris mencoba menggunakan Timur Tengah dan Afrika Utara sebagai batu loncatan untuk melancarkan operasi yang mengganggu stabilitas keamanan negara-negara lain.

 

 

Presiden Rusia Vladimir Putin dalam sebuah surat menulis,  organisasi-organisai teroris mencoba menggunakan Timur Tengah dan Afrika Utara sebagai batu loncatan untuk melancarkan operasi yang mengganggu stabilitas keamanan negara-negara lain.

Dalam sebuah surat yang ditulis kepada anggota Commonwealth of Independent States (CIS) atau Persemakmuran Negara-Negara Merdeka dalam pertemuan mereka untuk membahas isu-isu keamanan dan intelijen di Moskow pada Rabu, 28/10/15, presiden Putin menulis bahwa situasi geopolitik yang berjalan menuntut cara-cara baru dan efektif untuk merespon tantangan dan ancaman saat ini.

Sementara itu, Direktur Dinas Keamanan Federal Federasi Rusia (FSB) Alexander Bortnikov, yang menghadiri pertemuan itu, mengatakan, 40% dari para teroris yang terlibat pertempuran di Suriah adalah tentara bayaran dari sekitar 100 negara berbeda, dengan 10 kelompok teroris yang anggotanya berasal dari Rusia, Ukraina, dan negara-negara lain di Asia Tengah.

Dikatakannya, para teroris yang kembali dari zona panas akan menimbulkan ancaman pada negara-negara CIS, karena mereka telah mendapatkan pelatihan dalam pertempuran dan cara-cara penggunaan senjata dan bahan peledak. Mereka juga sedang berusaha membangun sel-sel tempur yang dapat melakukan serangan vandalisme dan sabotase.

Persemakmuran Negara-negara Merdeka (CIS) merupakan organisasi regional yang beranggotakan negara-negara eks-Uni Soviet yang dibentuk saat pembubaran Uni Soviet.

CIS merupakan asosiasi antarnegara tak terikat yang tidak dapat disamakan dengan federasi, konfederasi, atau uni supranasional seperti Uni Eropa. Organisasi ini memiliki kemiripan dengan Negara-Negara Persemakmuran.

[tvshia/islamtimes]

Kirim komentar