AS dan Ketimpangan Sosialnya
Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengklaim bahwa kondisi rasisme di negara ini telah membaik. Ini mengemuka di saat Amerika Serikat dalam beberapa pekan lalu sedang melalui masa-masa bergejolak pasca protes warga atas demonstrasi anti-rasisme.
Obama dalam wawancaranya dengan Radio NBR mengatakan, sejak dirinya menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat, masalah rasisme di negara ini membaik. Obama mengatakan, menurut pandangan warga kulit hitam atau latin yang tinggal di wilayah miskin dan telah menghabiskan usia mereka dengan fenomena rasisme, dapat dipastikan bahwa kondisi negara ini tidak lebih buruk dari kondisi 10, 15 atau 20 tahun lalu.”
Pendapat Obama bahwa kondisi warga kulit hitam AS tidak lebih buruk dari kondisi beberapa dekade lalu, memang tidak melenceng jauh dari fakta; meski demikian berbagai insiden terbaru di negara ini menunjukkan bahwa warga kulit berwarna masih tidak puas dengan kondisi saat ini.
Hingga dekade 1950-60, masalah rasisme terhadap warga kulit hitam di AS sedemikian meluas bahkan di wilayah selatan negara ini, warga kulit hitam tidak berhak masuk ke restoran-restoran, tempat duduk mereka di dalam transportasi umum juga dipisah dari tempat duduk warga kulit putih. Warga kulit hitam tidak boleh belajar di sejumlah sekolah dan tidak berhak ikut dalam pemilu.
Kondisi itu membaik setelah perjuangan seperti Rosa Parks, Martin Luther king dan Malcom X, namun sentimen rasisme masih tetap mengakar dan seakan tidak akan dapat dimusnahkan.
Pembauran ras di Amerika Serikat semakin meluas dan sekarang negara ini dipimpin oleh seorang warga kulit hitam. Penistaan dan penghinaan di era-era sebelumnya memang sudah tidak berlaku dan warga kulit berwarna telah menikmati sebagian hak mereka yang terabaikan di masa lalu. Akan tetapi hingga kini berbagai masalah seperti penyikapan terhadap kejahatan dan kriminal, penegakan hukum dan pemerataan sejumlah fasilitas sosial di Amerika Serikat, masih berpihak pada sentimen rasisme.
Sebagai contoh, polisi ketika berhadaban dengan pemuda kulit hitam menunjukkan perilaku kasar sementara terhadap pemuda kulit putih mereka melunak. Berlanjutnya kondisi ini yang menyebabkan munculnya insiden penembakan oleh polisi kulit putih terhadap remaja kulit hitam tak bersenjata. Kemudian disusul dengan pembebasan polisi pelaku pembunuhan itu dari semua tuduhan kejahatan. Insiden seperti itu bukan hal baru di Amerika Serikat. Kekerasan polisi kulit putih terhadap warga kulit hitam dalam beberapa dekade lalu khususnya hingga pertengahan abad 20, bahkan lebih dahsyat dari apa yang terjadi di Ferguson atau New York.
Diskriminasi nyata dan kekerasan polisi terhadap warga kulit berwarna telah menjadi fakta pahit yang diterima oleh publik Amerika Serikat. Akan tetapi masalahnya, sekarang adalah abad 21, era di mana pengetahuan publik telah meningkat dan berbagai sarana komunikasi moderen telah menyulap dunia menjadi bak sebuah desa kecil. Insiden seperti yang terjadi di Ferguson dengan cepat akan menuai kemarahan secara nasional di Amerika Serikat dan juga dunia.
Meski berbagai kemajuan dalam kehidupan warga kulit berwarna di Amerika Serikat, namun rasisme dan diskriminasi terhadap mereka masih berlaku secara meluas. Masalah ini bukan hanya terjadi di bidang sosial saja melainkan juga di bidang ekonomi.[TvShia/IRIB Indonesia]
Kirim komentar