AS, Israel dan Teroris DIIS dalam Analisa Sekjen Hizbullah
Sayid Hassan Nasrullah, Sekretaris Jenderal Hizbullah, Lebanon dalam salah satu pernyataan terbukanya mengungkap rencana busuk yang dirancang untuk kawasan terkait perusakan dan penghancuran segala sesuatu termasuk militer, institusi pemerintahan dan infrastruktur negara-negara kawasan.
Sekjen Hizbullah, Lebanon juga mengatakan, rezim Zionis Israel dan gerakan Takfiri yang salah satu manifestasi nyatanya adalah kelompok teroris Daulah Islamiyah fi Iraq wa Syam (DIIS), merupakan dua unsur dasar untuk menjalankan rencana dan proyek musuh di kawasan.
Sekjen Hizbullah menegaskan, dapat dipastikan bahwa bahaya kelompok teroris DIIS dapat dihadapi dan diatasi. Layaknya rezim Zionis Israel, kelompok teroris itu juga akan kalah, namun masalah tersebut memerlukan keseriusan. Pada situasi seperti sekarang ini keselarasan antara militer, rakyat dan gerakan perlawanan harus selalu diperhatikan dan dengan begitu kesiapan untuk menghadapi konspirasi-konspirasi Barat atas kawasan dapat selalu dijaga.
Perkembangan kawasan Timur Tengah saat ini lebih dari sebelumnya telah membuktikan keakuratan analisa dan evaluasi Sayid Hassan Nasrullah atas kondisi yang berlaku. Pada kenyataannya kawasan Timur Tengah dalam beberapa bulan terakhir berada di bawah ancaman dan serangan kelompok-kelompok Takfiri. Kedua faktor perusak umat manusia didikan Barat ini, pada kenyataannya adalah dua sisi koin yang sama. Keduanya mengejar satu tujuan yang tidak lain adalah menciptakan instabilitas, menduduki negara-negara dan merampok sumber-sumber minyak serta air kawasan. Tema sentralnya adalah proyek mewujudkan Timur Tengah baru.
Pemerintah Amerika Serikat memiliki banyak senjata untuk menjalankan politik imperialisnya di kawasan Timur Tengah, salah satunya adalah proyek konspiratif yang dinamai “Timur Tengah Baru”. Dengan merealisasikan proyek ini, sebenarnya pemerintah Amerika sedang berupaya melemahkan kawasan Timur Tengah supaya bisa diduduki dan posisi rezim Israel di kawasan tersebut dapat diperkuat.
Timur Tengah baru adalah sebuah ancaman serius, pasalnya proyek ini berusaha merubah struktur dan memecah belah kawasan berdasarkan mazhab serta etnis sehingga keberadaan rezim Israel tetap terjaga.
Akan tetapi kekalahan Israel dalam Perang 33 hari melawan Lebanon pada tahun 2006 secara praktis telah menggagalkan proyek konspiratif Amerika-Israel yang dinamai “Timur Tengah Baru” dan dirancang untuk memecah negara-negara kawasan Timur Tengah itu.
Sejumlah pejabat pemerintah Amerika di masa lalu seperti Condoleezza Rice, mantan Menteri Luar Negeri dengan tegas mengatakan bahwa titik awal dimulainya proyek Timur Tengah Baru adalah Lebanon. Israel dengan menggelar Perang 33 hari berusaha menjalankan proyek ini. Namun reaksi tepat gerakan perlawanan Islam di bawah pimpinan Hizbullah yang telah mematahkan upaya Israel, secara praktis dari awal telah menggagalkan proyek Amerika yang berambisi mewujudkan Timur Tengah Baru.
Sekalipun harus menelan kekalahan pahit, pemerintah Amerika terus menggunakan segala cara dan langkah untuk merealisasikan proyek Timur Tengah Barunya, akan tetapi fase lain dari Kebangkitan Islam (Arab Spring) di kawasan dalam beberapa tahun terakhir, ternyata kembali merusak perimbangan Amerika dan Israel. Fenomena ini, bersamaan dengan keberhasilan-keberhasilan yang dicapai gerakan perlawanan Islam kawasan, praktis telah mengancam proyek Amerika berujung dengan kekalahan total.
Pada situasi seperti ini, dengan sikap oportunisnya dan mempengaruhi serta menyimpangkan gerakan kebangkitan juga revolusi rakyat kawasan, pemerintah Amerika sedang berusaha meraih tujuannya. Meningkatnya gerakan-gerakan Takfiri dan Salafi dalam beberapa bulan terakhir di negara-negara Arab khususnya Irak menjadi bukti konspirasi ini.
Namun seperti yang ditegaskan Sayid Hassan Nasrullah, sama halnya dengan rezim Israel yang gagal mencapai kebijakan-kebijakannya di kawasan karena perlawanan dan persatuan rakyat, gerakan Takfiri pada akhirnya tidak akan pernah mencapai tujuan-tujuannya. Kegagalan mereka di Suriah dan Lebanon serta tekad kuat rakyat Irak dalam menghancurkan anasir-anasir teroris, menunjukkan bahwa gerakan-gerakan anarkis ini tidak pernah punya tempat di tengah bangsa-bangsa kawasan Timur Tengah. [TvShia/IRIB Indonesia]
Kirim komentar