Wajah Sejati Rezim Zionis dalam Perspektif Rahbar
Di penghujung bulan suci Ramadhan, digelar sebuah pertemuan penting Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dan masyarakat serta mahasiswa. Dalam pertemuan yang digelar dalam suasana hangat dan penuh keakraban ini, para mahasiswa dengan antusias mengemukakan pandangan mereka kepada rahbar terkait isu nasional dan regional.
Namun yang paling penting dalam pertemuan ini adalah isu brutalitas dan kekejaman rezim Zionis Israel ke Jalur Gaza yang menjadi perhatian besar Rahbar dan bangsa Iran. Bukankah Imam Ali as berkata, "Jadilah musuh kubu arogan dan penolong orang-orang tertindas". Dengan demikian Ayatullah Khamenei dalam pertemuan dengan para mahasiswa seperti biasanya menyampaikan pidato revolusioner dan anti Zionis yang menjadi penawar bagi kaum Muslim.
Rahbar dalam pertemuannya dengan aktivis mahasiswa terkait transformasi terbaru di Gaza menjelaskan esensi sejati rezim Zionis. Beliau berkata, "Rezim Zionis adalah sebuah rezim sejak awal pembentukannya yang ilegal bersandarkan pada kekerasan dan mereka pun tidak mengingkarinya malah di sana sini Israel mengaku bangga dengan esensi radikalismenya. Tak hanya itu, kebijakan rezim Zionis pun bertumpu pada kekerasan."
Rahbar selanjutnya mengisyaratkan raport kejahatan Israel selama menduduki bumi Palestina. Beliau berkata, "Sejak tahun 1948, ketika rezim ilegal ini mengumumkan eksistensinya secara resmi hingga sekarang, telah 66 tahun kebijakan Israel bertumpu pada kekerasan. Sebelum dikenal secara resmi keberadaan Israel dan memaksakan pendudukannya kepada dunia serta kawasan, rezim ini telah melakukan beragam kejahatan di Palestina. Namun selama 66 tahun ini, sebagai sebuah pemerintahan, Israel melakukan kekerasan dan kejahatan apa saja yang mampu mereka lakukan dan bayangkan. Rezim ini pun tidak pernah segan-segan melakukannya. Ini adalah wajah sejati rezim Zionis Israel."
Rezim Zionis ibaratnya sebuah makanan pahit yang tidak disukai manusia. Rezim ini merampas manisnya kehidupan keluarga Palestina dan masa kecil bahagia anak-anak Jalur Gaza. Anak-anak yang belum mengenal dosa yang mengharapkan belaian kasih sayang sehingga mampu tumbuh besar dan berkembang dengan normal. Apakah kehancuran bukannya nasib yang pasti diterima oleh rezim penjajah Israel yang selama bertahun-tahun menginjak-injak hukum kemanusiaan dan tidak mengenal batas dalam melakukan kejahatannya. Imam Khomeini, pendiri Republik Islam Iran sejak lama telah berbicara mengenai rezim ilegal ini. Beliau berkata, "Israel harus musnah dari peta dunia." Saat ini masyarakat internasional telah menyadari sepenuhnya arti perkataan Imam Khomeini tersebut.
Ayatullah Khamenei juga memiliki garis politik dan kebijakan serupa dengan Imam Khomeini terkait rezim ilegal Israel. Rahbar memprediksikan kehancuran rezim Zionis Israel. Dalam pidatonya di depan para mahasiswa, Rahbar mengatakan, "Rezim buas yang kebijakan tangan besinya bersikap sadis dan kasar kepada warga dan pembunuhan, pembantaian anak-anak, agresi ke wilayah lain serta aksi perusakan bagi mereka tidak penting dan juga tidak mengingkarinya, obat dan penyembuhan rezim seperti ini hanya kehancuran dan tidak ada yang lain."
Namun demikian menurut Rahbar menghancurkan Israel bukan bermakna memberangus Yahudi.Tapi ada prakarsa yang logis, efektif dan aplikatif, yang telah disampaikan Republik Islam kepada organisasi internasional. Tidak ada seorang muslim yang mengharapkan kepada Tuhan kematian orang tak berdosa. Menghancurkan Israel berarti memusnahkan rezim penjajah beserta kebijakan haus darahnya. Dan ini yang diharapkan oleh umat muslim saat berdoa kepada Tuhan.
Meski mayoritas lembaga riset dan pengamat politik menilai kehancuran rezim ilegal Israel telah dekat, namun tanggal pastinya belum jelas. Namun kini apa yang mereka pikirkan ketika rezim ilegal ini masih eksis dan terus menerus melancarkan konspirasi serta pembantaian warga Palestina. Mungkin sebagian menganggap jika muqawama menghentikan perjuangannya dan bersedia berdialog dengan Israel maka isu Palestina akan tuntas. Atau kini jika roket-roket pejuang Palestina tidak ditembakkan ke arah Israel maka Tel Aviv pun tidak akan melanjutkan kebuasannya.
Ayatullah Khamenei menolak tegas pandangan seperti ini dan berkata, "Jangan ada yang menganggap bahwa jika di Gaza tidak ada roket, maka Israel bersedia mundur. Tidak, sama sekali tidak demikian! Kini lihatlah apa yang tengah terjadi di Tepi Barat! Di Tepi Barat tidak ada roket dan senapan. Satu-satunya senjata warga adalah batu, namun saksikan apa yang tengah diperbuat rezim penjajah di sana! Tindakan apa saja yang mereka mampu perbuat, mereka lakukan. Mulai dari menghancurkan rumah dan kebun warga, merusak kehidupan warga Palestina, menghina dan mencemooh mereka, dan jika perlu Israel akan menutup saluran air bagi mereka, memutus aliran listrik. Sosok seperti Yaser Arafat yang mengamini kebijakan Israel tetap tidak dipandang oleh rezim ilegal ini. Yaser Arafat pun dilecehkan, dihina, diblokade, diracun dan pada akhirnya dihancurkan oleh Israel."
Di sisi lain, rezim ilegal ini mendapat dukungan dari negara-negara kuat. Hal ini menjadikan Israel semakin congkak melanjutkan kejahatannya. Ayatullah Khamenei dalam pidatonya mengkritik tajam negara-negara pendukung rezim arogan Israel. Beliau menandaskan, "Dewasa ini negara imperialis Barat ?yakni sejumlah negara besar dan kaya Barat khususnya Amerika Serikat yang disusul Inggris- dengan kokoh mendukung rezim pejajah dan zalim Israel. Ini adalah masalah sangat penting! Dengan transparan mereka menyatakan dukungannya, lantasapa yang mereka dukung? Mereka mendukung tragedi di mana manusia biasa pun tidak dapat berpangku tangan dan diam menyaksikannya. Merupakan kejadian aneh jika wilayah yang sedemikian kecilnya (Gaza) diserang dari berbagai arah, udara, darat dan laut serta jet tempur, tank, roket serta pasukan darat ramai-ramai dikerahkan menyerang kawasan terisolisir ini..."
Rahbar menambahkan, "...Betapa banyak anak-anak yang terbunuh, banyak rumah yang hancur, kehidupan warga menjadi sangat pahit dan mereka melanjutkan kehidupannya dengan tersiksa. Saat itu Barat malah mendukung Israel. Dengan rasio apa mereka mendukung kekejaman ini? Dengan rasio menggelikan Presiden Amerika mengatakan, Israel berhak mempertahankan keamanannya! Terus apakah warga Palestina tidak berhak mempertahankan keamanannya! Apakah dengan dalih keamanan, sebuah negara berhak memblokade secara zalim kehidupan sebuah komunitas? Apakah rasio ini dapat diterima? Mereka menerima hal ini, lantas bagaimana sejarah akan menilai mereka? Pejabat negara arogan tidak menyadari dengan dukungannya tersebut, apa yang tengah mereka perbuat terhadap kehormatan mereka dan negaranya dalam catatan sejarah
Solusi tunggal bangsa Palestina menghadapi rezim tak berperikemanusiaan ini adalah muqawama. Bangsa Palestina dengan kewaspadaan dan pengalaman panjangnya menyadari penuh masalah ini dan menempuh jalur resistensi dan perlawanan anti Zionis. Tarkait hal ini, Ayatullah Khamenei berkata, "Selama rezim ilegal ini tetap eksis dan belum musnah, solusi tunggal menghadapi rezim ini adalah muqawama bersenjata...Jika bangsa Palestina kuat maka terbuka peluang rezim Zionis untuk mundur, sama seperti saat ini mereka berupaya untuk gencatan senjata. Ini artinya Israel tengah terpojok dan tidak menemukan cara lain. Mereka membantai warga, membunuh anak-anak dan menunjukkan kesadisan di luar batas perikemanusiaan, namun pada dasarnya mereka lemah. Artinya kini Israel tengah dililit kendala besar, sehingga mengupayakan gencatan senjata."
Rahbar kemudian mengajukan prakarsa penting kepada bangsa Palestina. Prakarsa ini sangat berbahaya bagi Israel dan mampu menghentikan kejahatannya. Beliau berkata, "Keyakinan saya adalah dan ini juga keyakinan kami, bahwa Tepi Barat harus dipersenjatai seperti Jalur Gaza. Kekuatan itu diperlukan. Mereka yang memiliki perhatian akan nasib Palestina, jika mampu melakukan sesuatu, maka ini yang harus mereka lakukan. Warga Tepi Barat juga harus dipersenjatai. Hal yang bisa meringankan penderitaan bangsa Palestina adalah mereka harus memiliki kekuatan (senjata), sehingga mampu unjuk kekuatan. Jika tidak, dengan sikap lemah, patuh dan berdamai tidak akan menguntungkan bangsa Palestina serta tidak akan mampu mengakhiri kebuasan rezim penjajah ini."[TvShia/IRIB Indonesia]
Kirim komentar