Dimanakah Tempat Bermain Anak-Anak Palestina?

Dimanakah Tempat Bermain Anak-Anak Palestina?

 

 

Jamil baru berusia 16 tahun ketika akhir tahun lalu tentara Israel menyerang dan menggerebek rumahnya di Jenin.

Akhir tahun lalu, beberapa jam sebelum fajar, tiba-tiba ia dibangunkan dari tidurnya dan diseret untuk mengikuti mereka dengan mata ditutup, tangan diborgol, dan hanya mengenakan piyama dan sandal.

Penganiayaan dan penyiksaan terhadapnya dilakukan dalam beberapa tahap: di pangkalan militer rezim Zionis ia dipukuli. Di dalam tahanan, ia dilarang mandi. Ia juga diinterogasi tanpa kehadiran pengacara atau orang tua, dan akhirnya dijebloskan ke sel isolasi untuk 13 tahun.

Menurut Institute for Defense of Children International, sejumlah besar anak-anak Palestina seperti Jamil; berada dalam bahaya pengasingan, terutama untuk keperluan interogasi.

Aid abu Aqthish, direktur program International Institute for Defense of Children mengatakan, metode mengisolasi sebagai alat interogasi anak-anak Palestina, saat ini tengah menjadi tren yang sedang berkembang di wilayah pendudukan Israel.

Institute yang berada di Jenewa ini, dalam laporan akhirnya menyatakan bahwa terdapat sekitar 100 kasus anak-anak yang tercatat berada di tahanan militer rezim Zionis, dimana sekitar 21 persen dari mereka berada di sel-sel isolasi dalam sepanjang masa interogasi.

Kasus yang tercatat pada tahun 2013 untuk anak-anak berusia 12 sampai 17 tahun, mengalami peningkatan 2 persen dibandingkan jumlah yang ada pada tahun 2012.

Berdasarkan laporan institute ini, hanya sejumlah kecil dari mereka yang berada di dalam se-sel isolasi selama 10 hari, dilaporkan bahwa masa terpanjang di sel-sel ini adalah 29 hari di tahun 2012, dan 28 hari di tahun 2013.

Dalam laporan ini dikatakan, para petinggi rezim Zinonis menyatakan bahwa penggunaan sel-sel isolasi tidak ada pembenaran logis maupun medis, yaitu tak memiliki dasar.

Namun masalah ini sangat terlihat berkaitan dengan Jamil yang melewati siang dan malamnya di sel 36, ruang isolasi di penjara Jalmah di tanah pendudukan.

Jamil mengatakan, para interogator menuduhku melemparkan batu, tapi aku tidak pernah mengaku. Pada tahap akhir penyelidikan, meskipun aku tak pernah melakukan hal itu, tapi akhirnya terpaksa aku mengakuinya dengan berharap mereka mau melepaskanku untuk keluar dari sel itu.

Kelompok pelindung anak-anak ini meminta kepada pihak berwenang rezim untuk melepaskan tangan dari hukum-hukum militer melalui pengumpulan informasi dengan penyiksaan di sel-sel isolasi.

Kelompok ini juga meminta pihak Israel untuk menerapkan pelarangan pengisolasian para pemuda dan anak-anak Palestina dalam konstitusi rezim ini.

Namun demikian, Departemen Luar Negeri Israel hingga kini masih belum mengomentari laporan yang dikeluarkan dari institusi ini.[tvshia/shabestan.ir]

Kirim komentar