Penghapusan Situs Islam Usaha Membantu Menghapus Kejayaan Islam dimata Dunia Nantinya

Penghapusan Situs Islam Usaha Membantu Menghapus Kejayaan Islam dimata Dunia Nantinya

 

 

Alkisah, ada seorang pemuda dari Yaman bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, ahli membaca Al-Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan. Sebagaimana sabda Rasulullah, dia tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit. Uwais Al-Qarni, demikian namanya. Dalam catatan sejarah, beliau acapkali disebut-sebut sebagai Waliyullah

Di Raqqah, kota di Suriah yang kini tengah dikuasai oleh kelompok militan ISIS, menjadi peristirahatan terakhirnya. Makamnya dibangun dengan sangat indah, yang kemudian didatangi oleh para peziarah dari seluruh dunia, Dalam video ini,  peziarah dari Indonesia datang untuk berdo’a kepada Allah dengan bertawasul kepada kemuliaan dan keagungan Sang Wali.

Namun, tempat suci itu kini telah luluh lantak. Di dalam kekuasaan kelompok yang mengklaim sebagai penegak tauhid dan menjauhi segala bentuk kesyirikan, makam beliau ra pun menjadi salah satu sasaran untuk dihancurkan. Dan serangan ISIS atas makam sahabat Nabi, dibenarkan dan didukung oleh Shotussalam, media pro-ISIS. Dalam artikelnya, dengan bangga mereka mengungkapkan sebagai berikut:

    Sebagaimana yang telah dikabarkan sebelum ini, Mujahidin Daulah Islam Iraq dan Syam melaksanakan fase akhir penghancuran total Kuil Paganisme Syiah Uwais al Qorni di Provinsi Raqqa, Suriah.
    Kali ini Kuil Uwais al Qorni dan Amar bin Yasir di Timur kota Raqqa, makam sahabat Nabi berukuran besar yang dipuja-puja bahkan disembah oleh kaum Syiah dari seluruh penjuru dunia diledakkan hingga tinggal puing-puingnya saja.
    Tidak hanya Mujahidin Daulah Islam, tapi seluruh faksi Mujahidin lainnya di Suriah bersepakat bahwa kuil-kuil Syiah dan Sufi yang menjadi pusat kesyirikan musti dihancurkan karena menjadi sumber kerusakan di muka bumi, yakni menebarkan ajaran syirik dan menghalangi tertegaknya Tauhid. Tanggapan Liputan Islam:

Kuil Syiah Uwais Al-Qarni, terasa asing ditelinga. Apakah muslim Syiah beribadah di kuil? Apakah Uwais Al-Qarni adalah seorang Syiah? Apakah para peziarah yang mengunjungi makam sabahat Nabi Saw, baik makam Uwais Al-Qarni ra maupun makam Ammar bin Yasir ra – untuk menyembah dan mempraktekkan paganisme?

Namun, semuanya menjadi jelas ketika para “Mujahidin” ini juga mengakui bahwa mereka menghancurkan kedua makam sahabat tersebut lantaran khawatir tempat tersebut menjadi pusat kesyirikan penyebab kerusakan di muka bumi dan menghalangi tegaknya tauhid.

Mengkaji lebih dalam penghancuran situs-situs bersejarah peninggalan generasi terdahulu, kita akan dihadapkan pada kenyataan yang memprihatinkan. Di Arab Saudi, tempat lahirnya Rasulullah dan dimulainya dakwah Islam, kini tak ubahnya seperti Las Vegas yang gemerlap.

Satu-persatu situs-situs bersejarah dirusak dan digantikan dengan gedung-gedung pencakar langit dan pusat-pusat perbelanjaan. Berdasarkan laporan Fars News, berbagai pemberitaan menunjukkan bahwa situs-situs bersejarah kota Mekkah akan dijadikan tumbal program mega-mewah berkedok perluasan Masjidil Harram. Dina Y Sulaeman, seorang pengamat politik Timur Tengah, dalam artikelnya juga mengulas penghancuran situs-situs bersejarah selain di Suriah, diantara lain:

    Penghancuran Patung Budha oleh Taliban di Bamiyan, penghancurkan makam-makam di Pakistan, penghancuran di Timbuktu oleh Ansar Dine (Ansharud-din) yang bersekutu dengan Al Qaida in The Land of Islamic Maghreb (AQIM) yang berbasis di Aljazair. Inilah jihad yang mereka lakukan, bukan hanya menggorok leher orang-orang yang mereka anggap kafir, namun juga berjihad menghancurkan patung, makam, dan pohon.

    Kejadian ‘mirip’ pun pernah terjadi di Jogja dan Solo. Pada bulan September 2013, kompleks pemakaman keluarga Keraton Yogyakarta dirusak oleh sejumlah orang bercadar. Selain merobohkan sejumlah nisan, mereka mencorat-coret komplek makam dengan tulisan syirik, haram.

    Semua kejadian ini, menunjukkan satu perilaku khas: ahmaq (bodoh). Hanya orang bodoh yang tidak mampu menghargai situs bersejarah, buku, manuskrip kuno, lalu menghancurkannya dengan membawa-bawa nama Allah. Parahnya, kebodohan ini merembet ke banyak hal lainnya: kebencian pada pihak lain yang mereka anggap sesat, penghalalan darah, aksi teror, bom bunuh diri. Mereka mengobarkan kebencian setiap saat, melalui ceramah, facebook, twitter. Bahkan kalau perlu dengan berbohong dan memfitnah (termasuk menyebarkan foto-foto palsu, misalnya foto ulama Syiah mencium tangan anjing, yang dengan sangat mudah akhirnya terbukti itu foto rekayasa; atau foto mantan Presiden Iran sedang memeluk anak gadis disebut sedang zina; padahal, dengan sangat mudah ditemukan sumber aslinya, ternyata itu foto Khatami dengan putri kandungnya sendiri). Korban kebencian mereka tidak hanya Syiah, tentu saja, melainkan semua yang mereka anggap bukan golongan mereka, termasuk Kristen, sekuler, ataupun Aswaja. Keutuhan NKRI sedang mereka koyak dengan menebarkan api kebencian.

    Sebagian pihak berusaha menyebarluaskan konsep “Islam itu Cinta” untuk meredam aksi-aksi kebodohan semacam itu. Namun, Emha Ainun Najib mengatakan:

    Anda ngomong cinta sama mereka, ya tidak nyambung. Mereka itu tidak ngerti dan pastinya menolak cinta. Jangankan cinta, mereka bahkan tidak mengerti apa yang mereka lakukan kok. Namanya juga al ahmaq (orang pandir), mana bisa diajak dialog.

    Nabi Isa as saja “menyerah” dengan penyakit ahmaq ini kok. Beliau bisa saja menyembuhkan lepra, menyembuhkan orang buta, bahkan membangkitkan kembali orang yang sudah meninggal, tapi urusan al ahmaq ini, Nabi Isa “menyerah”, ini sudah urusan Allah. Begitu juga Ali ra, beliau bilang al ahmaq ini merupakan jenis penyakit yang tak ada obatnya kecuali kematian. Orang-orang yang terkena ahmaq ini tidak akan mau diajak berdialog. Mereka tidak tahu bahwa mereka tak tahu. Satu-satunya penyakit yang pengidapnya memutuskan tak mau sembuh ya ahmaq ini.

    Lalu, bagaimana mengatasi persoalan ini? Bangsa Indonesia yang masih waras tentu tak ingin negeri ini berubah jadi Suriah, Afghan, Lebanon, atau Timbuktu kan? Menurut Cak Nun, jalan keluarnya adalah:

    … diperlukan suatu kepemimpinan Indonesia yang tegas. Bukan saja tegas terhadap kelompok-kelompok itu, tapi juga tegas terhadap negara yang mendukung gerakan mereka. [Arab Saudi--pen]

    Tidak perlu takut, kita ini punya posisi tawar politik yang kuat. Kita goyang saja mereka dengan ancaman boikot haji, bisa panik mereka. Sayang pemerintah kita sekarang ini enggak ngerti kelebihan-kelebihan itu. Maunya cari untung sendiri.[tvshia/liputanislam]

Kirim komentar