Khutbah Jumat Tehran: Akar Ekonomi, Kemuliaan, Kemerdekaan, dan Semua Masalah adalah Budaya

Khutbah Jumat Tehran: Akar Ekonomi, Kemuliaan, Kemerdekaan, dan Semua Masalah  adalah Budaya

 

 

Masalah budaya tidak hanya menjadi tugas Kementerian Budaya dan Bimbingan Islam dan pemerintah. Sekalipun pemerintah memiliki tanggung jawab yang tinggi.

Perumpaan budaya adalah seperti air dan udara. Jika air atau udara tidak ada, maka manusia tidak bisa hidup.

Peran budaya tidak lebih kecil dari peran udara dan air. Untuk itu, untuk membangun kehidupan kita, kita harus menghidupkan budaya Islami. Jika dalam masalah ekonomi kita ingin supaya seluruh rakyat lebih memilih produk dalam negeri, maka para pemilik produksi harus menghaturkan produk-produk yang berkualitas baik dan tidak menjual dengan harga mahal. Semua ini kembali kepada budaya dan kultur kita.

Ekonomi pasar, kepercayaan umum, mencerca pengangguran, dan mendorong gotong royong, semua ini kembali kepada budaya dan kultur kita. Semua ini adalah agama dan budaya kita.

Mereka yang menghina budaya umum rakyat, melemahkan semangat Islami, mencerca budaya nasional, dan mengejek produk dalam negeri, ada kalanya karena kebodohan dan ada kalanya pula lantaran mereka adalah antek dan kaki tangan pihak asing.

Klaim yang selalu didengungkan bahwa orang-orang asing lebih bisa mengemong masyarakat adalah sebuah klaim bohong semata. Mereka tidak mengizinkan para pelajar dan mahasiswi berhijab untuk masuk sekolah dan dengan mudah membakar seseorang hanya lantaran tuduhan dia sebagai seorang muslim. Anehnya, tak seorang pun berani bersuara menentang.

Kita semua menyaksikan ap yang telah terjadi di pengadilan Jerman tahun lalu terhadap seorang wanita berhijab. Di setiap titik Eropa, mereka banyak melakukan kelaliman terhadap muslimin.

Para penanggung jawab urusan budaya harus mengawasi koran dan media di tengah masyarakat, karena kebebasan tanpa ikatan apapun tidak pernah ada di dunia manapun.

Saya memiliki sedikit pengaduan kepada sebagian petinggi negara. Mengapa mereka memprotes penutupan sebagian koran yang berani menghina al-Quran dan malah sudah sampai pada batas kemurtadan? Tapi perlu kita perhatikan juga mengapa kadang kala kelapangan dada kita semakin berkurang?

Kita semestinya bertoleransi terhadap sesama dan menerima setiap bentuk kritik. Para pelontar kritik juga harus menganggap bahwa lawan bicara mereka adalah diri mereka sendiri. Program ini adalah metode dan syiar agama kita. Kritik adalah pertanda kecintaan seseorang kepada seseorang. Pemerintah ini juga milik kita bersama. Jika kekurangan dan kelemahan pemerintah tidak diungkapkan, maka pemerintah ini tetap berkubang dalam kekurangan dan kelemahannya. Untuk seluruh tindakan dan tingkah lalu para petinggi negara harus selalu diawasi dan diungkapkan dengan penuh lemah lembut.[tvshia/shabestan]

Kirim komentar