KH Mukhtar Adam: Bagaimana Al Aqsha Bisa Direbut Bila Saling Mengafirkan?

KH Mukhtar Adam: Bagaimana Al Aqsha Bisa Direbut Bila Saling Mengafirkan?

 

Oleh Dewi

Akhir-akhir ini, kaum takfiri dengan sangat gencar menyebarluaskan kebencian terhadap mazhab Syiah. Mereka merilis daftar orang-orang yang mereka tuduh Syiah,  dengan dicampuradukkan mana yang benar-benar Syiah, mana yang bukan. Di antara ulama Ahlus Sunnah yang terkena racun berbisa mereka ini adalah KH Quraish Shihab, KH Said Agil Siradj, dan ulama dari Jawa Barat, KH Muchtar Adam. “Kesalahan” para ulama ini di mata kaum takfiri hanya satu: tidak mau mengafirkan Syiah, dan hal itu dijadikan alasan untuk menuduh mereka Syiah.

Beberapa waktu yang lalu, Liputan Islam berkesempatan mewawancarai KH Muchtar Adam, Pimpinan Pesantren Al Quran Babussalam, Ciburial, Bandung untuk membincangkan masalah takfirisme (sikap gemar mengafirkan orang lain) yang semakin merebak di masyarakat ini. Berikut kutipan wawancara kami.

Liputan Islam (LI): Pak Kyai, akar dari sikap takfiri itu apa sih?

KH Muchtar Adam (KHMA):  Coba, mana makalah Pak Kyai? (beliau bertanya pada asistennya, dan ternyata, KHMA sudah menyiapkan sebuah makalah yang lengkap menjelaskan apa itu takfirisme dan bahayanya; lalu makalah itu pun diserahkan kepada LI).

KHMA: Kemarin waktu Pak Kyai tahu mau diwawancarai, Pak Kyai langsung menulis ini. (KHMA memang penulis produktif, beliau menulis sekitar 40 judul buku tentang Islam, yang paling terkenal berjudul Makrifatullah)

KHMA:  Kalau rakyat awam, karena kebodohan, ikut-ikutan saja. Tapi para dalangnya menyebarluaskan sikap takfiri itu dengan tujuan mengadu-domba sesama Muslim.  Ada beberapa cara yang dilakukan untuk mengadu-domba umat, yang pertama dengan menghasut umat, agar satu sama lain mengafirkan. Cara lain dengan membangkitkan fanatisme kesukuan. Dulu, di zaman Rasulullah, ada seorang Yahudi bernama Syas bin Qais, yang pura-pura menjadi Islam. Dia bukan orang berilmu, bukan orang kaya, tapi berhasil mengadu-domba antara suku Auz dan suku Khazraj, padahal saat itu Rasulullah masih ada di tengah-tengah mereka. Hari ini, sosok pengadu domba itu punya semua fasilitas: uang, media, militer. Tidak heran bila upaya adu-domba saat ini jauh lebih dahsyat.

LI: Lalu kenapa umat mau saja diadu-domba?

KHMA: yang pertama karena fanatisme mazhab. Kalau diibaratkan Islam itu gunung, umat hanya sibuk berputar-putar di sekeliling gunung, tak mau mendaki ke puncaknya. Sekarang yang diadu-domba, Sunni-Syiah. Kalau zaman dulu, aliran-aliran lainnya, misalnya Jabariah, Qodariah, Asy’ariah, Mu’tazilah, aliran tasawuf, dll.  Yang kedua, fanatisme kesukuan, antara Arab dan non Arab. Padahal, Islam datang untuk meretas kemanusiaan yang universal. Di antara suku bangsa harus saling kenal dan berkerjasama.

Faktor lainnya, karena adanya ‘ulama istana’, yaitu ulama yang dekat dengan penguasa. Sejak zaman dulu ada ulama jenis ini. Akibatnya ajaran agama diselewengkan demi urusan politik. Sekarang ini, sikap takfiri sudah masuk ke wilayah politik.

LI: Lalu, apa yang harus dilakukan umat menghadapi semua ini?

KHMA: umat Islam harus sadar, siapa sebenarnya yang sedang mengadu domba kita semua ini. Ada Syas bin Qais zaman modern, yaitu Zionis, yang memiliki kekuatan luar biasa.  Media kita dikuasai Zionis, kebohongan-kebohongan dilakukan dengan luar biasa. Dan yang paling berperan penting adalah para ulama. Ulama harus punya wawasan, hati yang bersih, dan ilmu yang dalam agar bisa membimbing umat di jalan yang benar.

al aqshaLI: Pak Kyai baru kembali dari umroh plus Yerusalem ya? Bagaimana kondisi orang Palestina sekarang ini?

KHMA: (menangis) Sedih… mereka terjajah, jadi peminta-minta… Pak Kyai masuk ke Hebron, di sekelilingnya rumah-rumah megah orang Yahudi semua, yang datang dari Rusia dan Eropa. (sambil mengusap air mata) Orang Palestina mau umroh, harus izin Israel dulu. Azan di masjid Ibrahim, dilarang Israel.  Tentara Israel menjaga sekeliling masjid.

Khalifah Umar bin Khattab ra dulu berkata, Yerusalem (Al Aqsha) adalah milik umat Islam. Tapi bagaimana bisa merebut kembali kalau kaum Muslim terus sibuk saling mengafirkan sesamanya? Untuk merebut kembali Yerusalem itu ada syarat-syaratnya, antara lain wa’tashimu bihablilLaahi jamii’an, berpegang teguhlah kalian pada tali Allah dan jangan bercerai-berai. Zionis akan terus berusaha memecah-belah kaum Muslim supaya kita lemah. Lihat sekarang umat Islam berseteru, di Irak, Libya, Mesir, Suriah, Yaman…

LI: Baru-baru ini, sekelompok orang di Bandung menyebarluaskan makalah yang isinya fitnah, menyebut Pak Kyai Syiah, bagaimana perasaan Pak Kyai saat ini?

KHMA:  Pak Kyai sudah biasa. Sejak dulu, awal mendirikan Pesantren ini, belum dua tahun, sudah ada fitnah. Pak Kyai disebut ingkar sunnah, karena pesantren ini konon hanya diajarkan Al Quran. (tertawa) Ya kalau orang berilmu pasti tahu, belajar Al Quran itu artinya belajar tafsirnya juga, dan artinya belajar hadis-hadis Rasulullah.

Lalu, waktu pak Kyai mempelajari Thibun Nabawi (pengobatan cara Nabi), Pak Kyai disebut dukun. Sekarang Thibun Nabawi sudah ada di mana-mana. Setelah itu, pasca G 30 S, Pak Kyai dituduh PKI. Gara-garanya, Pak Kyai kan ditugaskan Depag untuk membina para tahanan PKI. Bahkan tahun 1970-1973, Pak Kyai dikirim ke Pulau Buru, untuk membina para tahanan di sana. (Pak Kyai melanjutkan cerita tentang berbagai fitnah yang menerpanya)

Kalau kejadian yang Bandung baru-baru ini, Pak Kyai diam saja, tapi malah jamaah masjid itu (tempat tersebarnya makalah fitnah) yang memprotes para pemfitnah, dan mereka bahkan diberi sanksi oleh jamaah sendiri, yaitu dipecat sebagai pengurus masjid. Para jamaah tahu, apa yang selama ini Pak Kyai ajarkan, tak pernah keluar dari ajaran Ahlussunnah.

LI: jadi, memang sudah biasa kena fitnah ya?

KHMA:  Kalau kita pelajari kehidupan ulama-ulama besar, kebanyakan mereka kena fitnah dan bahkan terzalimi akibat fitnah. Tahu kisahnya Imam Syafii?

LI:  kisah yang mana?

KHMA: Imam Syafii itu lahir di Gaza, usia 7 tahun sudah hafal Quran. Umur 10 tahun hafal kitab hadis Al-Muwaththa karangan Imam Malik. Lalu beliau berguru ke Imam Malik. Setelah 7 tahun berguru, Imam Malik menyuruh Imam Syafii ke Sana’a (Yaman). Di Yaman, Imam Syafii sedemikian cemerlangnya, sehingga ulama-ulama di sana pudar cahayanya. Imam Syafii pun difitnah sebagai Syiah. Dia dirantai dan disuruh berjalan kaki hingga ke Baghdad.  Tapi akhirnya terbukti bukan Syiah, dia tidak jadi dibunuh. Dan bahkan karena ketinggian ilmunya, Khalifah saat itu pun akhirnya berguru kepadanya.  

Imam Ahmad bin Hambal juga difitnah gara-gara ada perbedaan pendapat dengan ‘ulama istana’, dia dipenjara selama dua tahun. Imam Abu Hanifah bahkan mati dipenjaraa. Jadi, bagi ulama, fitnah itu hal biasa. Pak Kyai nikmati saja.

LI:  Ada yang bilang Pak Kyai ini Syiah karena mengirim santrinya ke Iran?

KHMA: Pak Kyai mengirim santri-santri ke berbagai negara, untuk menuntut ilmu dan mempelajari kelebihan pendidikan di masing-masing negara itu, lalu mereka kembali ke pesantren untuk mengembangkan hal-hal unggul yang mereka dapat di luar negeri. Juga, untuk membangun jaringan yang luas secara internasional. Ada yang ke Yordania, Mesir, Iran, Sudan, Pakistan, Jerman, Perancis, dan Jepang.

LI:  Jadi Babussalam bukan pesantren Syiah?

KHMA:  Ya bukan..!  Silahkan saja diperhatikan apa yang diajarkan dan ibadah yang dilakukan para santri di sini. Semua ajaran Ahlussunnah. Pak Kyai memang mempelajari kitab tafsir semua mazhab, tapi yang diajarkan ke santri adalah Tafsir Ibnu Abbas. Di sini kan ada kurikulumnya. Bisa dilihat.

LI: Pak Kyai ada tausiyah buat pembaca?

KHMA: Dalam Al Quran QS An-Nisa ayat 94, Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu  “Kamu bukan seorang mukmin” (lalu kamu membunuhnya), …dst.”

Asbabun nuzul ayat ini adalah suatu saat sekelompok sahabat dikirim oleh Rasulullah Saww ke suatu tempat, lalu lewatlah seseorang bernama Amir. Amir memberi salam, tetapi salah seorang sahabat menyerangnya lalu membunuhnya. Menurut sahabat ini, Amir hanya berpura-pura Muslim. Dan tatkala mereka kembali kepada Nabi Saww lalu menceritakan peristiwa itu, turunlah surat al-Nisa 94.

Jadi, kalau ada berita-berita, tabayun dulu, jangan langsung bunuh orang. Apalagi media kita dikuasai Zionis, jadi harus berhati-hati. Dalam ushul fiqh Ahlussunnah, ada kaidah nahkum bizawahir, kita menghukumi apa yang tampak secara lahiriah saja. Kalau seseorang sudah syahadat, artinya dia muslim, tidak boleh dikafir-kafirkan, apalagi dibunuh. Jangan sampai kita diperalat oleh kaum Zionis yang selalu ingin memecah-belah kaum Muslimin. Sikap takfiri akan menghancurkan umat ini, dan musuh akan bertepuk tangan. (dw/LiputanIslam.com)

Kirim komentar