Analisa: Peran AS dalam Pemilu Indonesia
Sebentar lagi, rakyat Indonesia akan merayakan pesta demokrasi lima tahunan berupa pemilihan umum 2014. Bursa calon legislatif dan ekskutif mulai santer dibincangkan publik, khususnya tentang siapa calon kuat presiden 2014-2019 mendatang.
Di tengah persiapan menjelang pemilu itu, beberapa pihak berusaha mempengaruhi opini publik dengan melakukan kampanye terselubung, entah lewat tayangan iklan politik, memberi sumbangan kepada korban bencana alam, atau sekadar berkomentar di media massa, agar memilih figur tertentu. Gejala ini tentu saja memelorotkan kualitas demokrasi Indonesia.
Namun, tentunya lebih disesalkan lagi jika upaya mempengaruhi opini publik itu dilakukan orang asing. Itulah yang dilakukan Duta Besar (Dubes) AS untuk RI, Robert Blake, yang ikut mengelus-elus jagoan politiknya sebagai presiden mendatang. "Jokowi adalah sosok fenomena politik. Saya sempat menyapanya dalam beberapa kali pertemuan. Saya sangat mengaguminya dengan pencapaian dalam masa pemerintahannya," kata Robert sebagaimana dikutip dari Liputan 6 Pagi SCTV (10/2).
Dubes yang baru saja bertugas di Indonesia ini seolah sudah lama mengenal Jokowi. Kemungkinan besar, Robert diberitahu tentang sosok Jokowi oleh dubes sebelumnya, Scot Marciel, yang memang dikenal dekat dengan gubernur DKI Jakarta itu sejak di menjabat walikota Solo. Naiknya Jokowi ke tampuk gubernur bahkan disebut-sebut berkat jasa dubes tersebut dengan imbalan, memberi izin perluasan kantor kedutaan AS di jalan Medan Merdeka Selatan yang ditangguhkan gubernur Jakarta sebelumnya, Fauzi Bowo.
Beberapa wartawan sempat bertanya kepada Robert, apakah AS punya agenda khusus untuk Pemilu 2014 di Indonesia? Ia langsung menampik. "Kami tidak punya agenda apapun. kami percaya proses demokrasi di Indonesia dan sangat mengagumi kemajuan demokrasi di negara ini untuk menjalin hubungan baik antara warga dan pemerintah sejak tragedi 1998," urainya.
"Kami mempersiapkan beberapa hal taktis. Namun kami percaya pemerintah dan komisi pemilu akan berhasil melaksanakan pemilu ini," tandas Robert yang khas retotrika AS namun tidak menjelaskan lebih jauh tentang apa yang dimaksud dengan "mempersiapkan beberapa hal taktis". Benarkah begitu?
Menurut pengamat politik Pengamat Komunikasi Politik Direktur Eksekutif Polcom Institute Heri Budianto disela-sela diskusi bulanan Persatuan Wartawan Indonesia Reformasi (PWIR) di Jakarta, Kamis (13/2), "Keikutsertaan Peranan Washington (AS) dan Beijing (China) atau pihak asing dalam pemilu 2014 ini dinilai masih menjadi kendala demokrasi di Indonesia dikarenakan pihak asing masih ikut campur dalam mencari pemimpin di Indonesia karena adanya kepentingan pihak asing dalam segi mencari keuntungan."
Menurutnya, dalam pemilu 2014 mendatang, khususnya dalam pilpres diyakini akan terjadi beberapa kekisruhan dengan adanya beberapa putaran pemilu dikarenakan ikut campurnya pihak asing. "Saya mengamati pemilu dari sebelumnya sejak era reformasi yang dimanfaatkan oleh kepentingan asing," kataya.
Heri menyebutkan, campur tangan asing dalam Pemilu 2014 masih ada. Pasalnya, banyak aset asing yang mereka manfaatkan, harus 'diamankan'. "Karena kita tahu, aset asing banyak, mulai perusahan, pertambangan telekomunikasi, sehingga orang-orang atau negara adidaya yang punya kepentingan mereka cari aman," ungapnya.
Pada Pemilu 2014 nanti, lanjutnya, pemilih dapat menyuarakan pemimpin yang akan muncul untuk bertanggung jawab pada negara sesuai yang diharapkan. "Mereka tentu sudah melakukan deal-deal. Contoh saja Amerika, kontrak Freeport akan habis tahun 2020, kita juga ingin Freeport dinasionalisasi, tapi itu sulit karena selalu ada kepentingan asing," jelasnya.
Menurutnya, Pemilu 2014 menjadi ajang pertarungan kepentingan internasional terhadap keberlanjutan bisnis di Indonesia ataupun negara-negara yang akan ikut berperan dalam mempengaruhi Indonesia. Ia lalu berharap agar kaum muda penerus bangsa saat ini dapat berpikir lebih jernih dalam menyikapi proses politik di Indonesia. [tvshia/IslamTimes]
Kirim komentar