Maulid Nabi Bidah, Perayaan Dinasti Arab Saudi Sunah
Kelompok Wahabiah menyatakan bahwa maulid Rasulullah saw adalah sebuah perkara bidah dalam agama. Sementara itu, mereka menggelar pesta besar-besaran untuk memperingati ulang tahun Abdulaziz masuk ke Riyadh dan hari ultah pembentukan dinasti Arab Saudi.
Wahabiah memang berusaha sekuat tenaga untuk memusnahkan Islam dan simbol-simbolnya. Sampai-sampai makhluk terbaik Ilahi, Nabi Muhammad saw sendiri tidak terselamatkan dari penentangan kelompok menyeleweng ini.
Maulid Rasulullah saw adalah salah tema yang dinilai sebagai bidah oleh kelompok Wahabiah. Untuk mengupas masalah ini, Kantor Berita Shabestan (KBS) melakukan wawancara dengan Hujjatul Islam wal Muslimin Habib Abbasi salah seorang ahli di bidang mazhab Islam. Selamat mengikuti!
Aliran Wahabiah tidak pernah mau terima perayaan maulid Rasulullah saw dan menilainya sebagai sebuah bidah dalam agama. Padahal aliran Wahabiah mengaku sebagai pembela sunah Rasulullah saw, tetapi dalam praktik mereka memusuhi Rasulullah saw dan segala peninggalan yang berhubungan dengan beliau. Sebagai contoh nyata, mereka menilai bahwa menggelar pesta untuk maulid Nabi Muhammad saw, ziarah kepada beliau, dan membaca salawat setelah melantunkan syahadah dalam azan adalah sebuah bidah dalam agama. Mereka sangat menentang masalah ini.
Contoh untuk sikap ini adalah fatwa yang pernah dikeluarkan oleh Bin Baz mantan mufti Arab Saudi berkenaan dengan perayaan maulid Nabi. Fatwa ini terdapat dalam situs resmi Bin Baz. Ia berkata, “Pada malam12 Rabiul Awal, muslimin tidak boleh merayakan pesta maulid Nabi. Hal ini juga tidak boleh untuk perayaan hari ultah siapa pun. Pesta ultah adalah salah satu bidah yang telah dibuat dalam agama. Rasulullah saw tidak pernah mengadakan pesta ultah kelahiran pada saat beliau masih hidup. Beliau juga tidak pernah memerintahkan masalah ini. Sahabat dan tabiin juga tidak pernah melakukan hal ini. Dengan demikian, perayaan ultah maulid adalah sebuah bidah.”
Begitu pula, Dewan Tinggi Fatwa Arab Saudi pernah mengeluarkan fatwa keharaman maulid Nabi saw dan menyerupakan perayaan maulid ini dengan hari raya orang-orang Yahudi dan Kristen. Dalam fatwa ini disebutkan, “Kami mengembalikan hal ini kepada sunah Rasulullah saw. Dalam sunah beliau tidak pernah ditemukan bahwa beliau pernah merayakan maulid. Sahabat dan tabiin juga tidak pernah merayakan maulid. Dengan demikian kita memahami bahwa perayaan maulid tidak berasal dari agama, tetapi hanyalah sebuah bidah yang telah dibuat-buat dan merupakan tindakan serupa dengan perayaan kaum ahli kitab (Yahudi dan Kristen) dalam hari-hari raya mereka.”
Tidak semua masalah seperti ini harus ada dalam agama secara spesifik. Yang penting ada pondasi dan dasarnya.
Perayaan seperti maulid Nabi saw sebenarnya adalah sebuah tindakan untuk mengagungkan kepribadian Rasulullah saw. Dalam perayaan seperti ini, biasanya sirah dan sabda-sabda beliau dijelaskan dan dibicarakan. Dan ini termasuk kategori pengagungan syiar-syiar Allah yang termaktub dalam surah Haj ayat 32.
Lebih dari itu, perayaan maulid Nabi saw adalah sebuah kesepakatan antara Syiah dan Ahli Sunah, serta merupakan sirah kontinyu muslimin di sepanjang abad. Qasthallani salah seorang ulama besar Ahli Sunah dalam buku al-Mawahib al-Daniyyah bi al-Minah al-Muhammadiyyah hlm. 78 menulis, “Seluruh muslimin pada setiap bulan kelahiran Rasulullah saw selalu menggelar perayaan maulid, bergembira ria, dan melaksanakan nazar. Untuk perayaan maulid ini, mereka bersyair ria. Mereka memperoleh banyak berkah dari perayaan ini.”
Pada dasarnya, merayakan hari kelahiran seseorang adalah mengagungkan kepribadian orang tersebut. Ini adalah sebuah hal yang logis dan rasional. Umat Kristen merayakan hari raya Krismas untuk merayakan hari kelahiran Nabi Isa as.
Kelompok Wahabiah memiliki tujuan tertentu dengan membidahkan peringatan maulid Rasulullah saw ini. Salah satu tujuannya yakni untuk melunturkan dan menghapus nama Rasulullah dari dunia dan masyarakat.
Aliran Wahabiah mengklaim bahwa maulid Nabi adalah sebuah bid’ah, padahal mereka sendiri merayakan hari-hari nasional mereka, seperti pesta 100 tahun Raja Abdulaziz memasuki Riyadh dan membentuk dinasti Arab Saudi. Pesta-pesta nasional ini sangat bertentang dengan pelaksanaan pesta untuk Rasulullah saw. Pesta-pesta ini hanya dipenuhi dengan tarian-tarian. [tvshia/Shabestan]
Kirim komentar