Sayyid Ali Khamenei: "Jangan lalai dari rencana musuh"
“Kewajiban paling penting kalangan elit hawzah, universitas dan tokoh-tokoh berpengaruh di masyarakat adalah untuk memperkuat semangat harapan di hati masyarakat.”
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Kamis pagi (16/9) menerima ketua dan anggota Dewan Pakar Kepemimpinan. Dalam pertemuan itu Rahbar memberikan analisa komprehensif dan detil tentang kondisi internasional. Beliau menyebut kelemahan dan kekalutan front sistem hegemoni yang semakin meluas merupakan poin penting yang terjadi pasca tiga dekade periode penuh kebanggaan Republik Islam Iran.
“Kewajiban paling penting kalangan elit hawzah, universitas dan tokoh-tokoh berpengaruh di masyarakat adalah untuk memperkuat semangat harapan di hati masyarakat dan berusaha menjauhi hembusan atmosfir kecurigaan terhadap para pejabat negara,” tandas Rahbar. Mereka juga diminta oleh Rahbar agar tetap waspada dan tidak lalai dari rencana musuh, mengenal dengan benar mana masalah yang prinsip dan mana yang sekunder, tidak meremehkan semangat percaya diri nasional yang tinggi dan kemajuan luar biasa, kondisi kerja dan usaha negara dan langkah nyata dan tidak terbatas pada slogan demi meningkatkan persatuan nasional dan solidaritas Islam.
Pemimpin Besar Revolusi Islam di Iran memulai pembicaraan dengan menjelaskan situasi front internasional Republik Islam Iran dan menjelaskan perilaku front hegemoni. “Kini poin paling nyata dalam perilaku front sistem hegemoni adalah munculnya penyakit hiperaktif yang dampaknya dapat dirasakan pada banyaknya gerakan dan aktifitas berlebihan tanpa ada fokus dan tujuan yang jelas,” tandas Rahbar.
Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menilai keluarnya sederet resolusi dan penerapan sanksi, aksi provokasi dan tuduhan terhadap Republik Islam Iran, adalah upaya untuk mempertahankan keberadaan para penentang di dalam negeri, pemanfaatan seluruh alat dan fasilitas komunikasi, politik, budaya dan ekonomi merupakan contoh dari mobilisasi luas front arogan terhadap Republik Islam Iran. Beliau mengatakan, “Seluruh mobilisasi dan aktifitas [musuh Islam]dilakukan dengan tergesa-gesa ini menjadi petanda kekuatan, pengalaman dan kesadaran yang semakin bertambah dari front Islam selepas 30 tahun. Karena bila front ini rentan dan lemah, maka tidak diperlukan seluruh rencana dan program yang ada selama ini.”
Rahbar menilai bahwa saat ini posisi dunia Barat di kancah internasional dan bahkan di negara-negara jajahannya terlihat lemah dan goyah. Ditambahkannya, “Kelemahan yang semakin bertambah setiap harinya ini hasil dari meluasnya kesadaran Islam yang menyebabkan sebagian negara-negara sekutu Barat di Timur Tengah berusaha keluar dari tekanan gelombang Islam dan kebuntuan upaya untuk merevisi pandangannya selama ini, namun tetap saja mereka tidak berhasil. Dengan demikian, front hegemoni berada dalam posisi yang sangat rentan dan lemah.”
Rahbar mengatakan, “Dikeluarkannya sejumlah resolusi anti-Iran, sikap menentang Republik Islam Iran, fitnah tahun lalu (1388) di mana intervensi musuh sangat jelas dan penghinaan menjijikkan dan tidak tahu malu terhadap al-Quran merupakan langkah-langkah yang dilakukan front hegemoni yang bersumber dari kelemahan dan kekalutan yang menghinggapi mereka. Para pemimpin kekuatan hegemoni kini secara lantang mengakui kekuatan front Islam.” Beliau menambahkan, “Sekalipun langkah-langkah ini justru semakin memperkuat front Islam, tapi jangan sampai lalai, sombong dan tertidur.”
Rahbar menegaskan bahwa satu-satunya jalan untuk tidak terjerumus dalam kelalaian ini adalah reformasi terus-menerus. “Syarat diperlukannya reformasi bagi masyarakat adalah memperbaiki diri sendiri. Bila para kalangan elit dan tokoh-tokoh yang berpengaruh memperbaiki hubungannya dengan Allah, pada saat yang sama rakyat dan para pemuda juga punya potensi besar untuk menerima perubahan ini. Karena masyarakat senantiasa melaksanakan kewajibannya di pelbagai periode yang ada,” jelas Rahbar.
Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menyebut penguatan semangat internal sebagai bagian dari kewajiban penting para pejabat negara dan rohaniawan. Seraya menyinggung masalah persatuan masyarakat yang sering diulang-ulanginya, Rahbar mengatakan, “Persatuan tidak hanya dalam ucapan, tapi persatuan ini harus terealisir secara nyata di tengah-tengah masyarakat.” Ditambahkannya, “Makna persatuan adalah memperkuat titik-titik persamaan dan menonjolkannya kepada masyarakat, bukannya bayangan sebagian kejengkelan pribadi terhadap pribadi lainnya yang menguasai seluruh perilaku manusia dan bukan hanya tidak mengetengahkan masalah utama dan kesamaan, tapi malah menyampaikan tema-tema sekunder dan yang bertentangan dengan maslahat negara.”
Rahbar menyebut penting sekali mengenal rencana dan metode musuh dalam menghadapi front Islam. Menurut beliau, “Seluruh program yang disusun musuh terfokus pada dua hal; pertama memisahkan masyarakat dari negara dan menggoyahkan akidah agama masyarakat, utamanya para pemuda.”
Masyarakat di mata Rahbar adalah pendukung utama negara Republik Islam Iran. “Berdasarkan hal ini, musuh berusaha menciptakan atmosfir ketidakpercayaan masyarakat terhadap para pejabat dan berusaha mencitrakan setiap langkah baik dan tepat para pejabat sebagai langkah tidak benar, cacat dan bertentangan dengan maslahat negara,” ungkap Rahbar.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengingatkan kembali pelbagai rencana musuh untuk menciptakan situasi ketidakpercayaan masyarakat terhadap para pejabat negara selama tiga puluh tahun ini dan bagaimana Imam Khomeini ra menghadapi konspirasi ini. Sayyid Ali Khamenei mengatakan, “Imam Khomeini ra selama 10 tahun memimpin Republik Islam Iran senantiasa menjadi pembela pemerintah, sekalipun beliau punya kritikan terhadap mereka di masa itu. Tentu saja pembelaan ini tidak berarti membenarkan seluruh langkah-langkah para pejabat hingga ke masalah-masalah parsial. Namun pada saat yang sama, Imam Khomeini ra tetap bersikeras agar jangan sampai muncul ketidakpercayaan rakyat terhadap para pejabat negara.”
Rahbar menegaskan, “Selama 20 tahun ini, Rahbar mendukung pemerintah berdasarkan perilaku Imam Khomeini ra dan untuk selanjutnya akan tetap membela pemerintah.”
Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menyebut kemajuan yang berhasil diraih Iran sebenarnya juga berasal dari kerja keras penuh keikhlasan dan keimanan dari para pejabat negara. Ditambahkannya, “Jangan sampai dikarenakan sebuah kinerja yang kurang baik lalu kita meruntuhkan citra pemerintah dan lembaga-lembaga tinggi negara lainnya di hadapan masyarakat. Sebagian masalah yang disampaikan oleh segelintir orang tidak benar. Inilah yang dicari-cari oleh musuh.”
Rahbar kembali menegaskan, “Semua harus waspada agar tidak sejalan dengan musuh. Jangan sampai kita yang memenuhi puzzle [taka-teki] mereka dan jangan pula merefleksikan suara musuh di dalam.”
Masih terkait masalah upaya musuh untuk menciptakan jurang pemisah antara masyarakat dengan keyakinan agama dan hukum syariat Rahbar mengatakan, “Sudah sepatutnya untuk bersikap lebih bijak dalam menghadapi konspirasi semacam ini, begitu juga aksi-aksi yang ingin melanggar aturan agama dan moral.”
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menyebut kerja keras terkait masalah keyakinan dan agama merupakan kewajiban para pejabat negara, termasuk pemerintah. Ditegaskannya, “Tentu saja di bidang ini, kewajiban rohaniawan, hawzah ilmiah, kalangan elit hawzah dan universitas lebih besar ketimbang yang lain.”
“Kewajiban dalam penerapan dan kandungan penguatan keyakinan agama masyarakat dan dalam menghadapi langkah-langkah musuh yang terorganisir berada di pundak kalangan elit hawzah ilmiah dan universitas. Saat ini terasa sekali kekosongan di bidang keilmuan dan agama di pelbagai bidang kebudayaan yang bertanggung jawab memberikan tuntunan kandungan agama,” jelas Rahbar.
Rahbar menyebut lembaga kebudayaan dan seni hanya bentuk dan kerangka. “Kerangka ini harus disusun dalam pelbagai komite perumus di universitas dan hawzah agar dapat menciptakan sarana kandungan bagi terciptanya sebuah karya seni agama yang gemilang. Karena tanpa upaya ini, kerangka yang ada kosong dari kandungan yang benar. Bahkan sebagian masalah yang dihadapi oleh produk-produk lembaga-lembaga kebudayaan dan seni kembali pada masalah ini,” imbuh Rahbar.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran di bagian kedua dari pidatonya menjelaskan kondisi dalam negeri Republik Islam Iran.
Rahbar menyinggung soal tekad kuat rakyat Iran untuk tetap berpegang teguh dengan nilai-nilai, prinsip Islam dan Revolusi. Ditambahkannya, “Selama 30 tahun lalu telah banyak langkah dan aksi melanggar hukum demi menghadapi identitas dan semangat Islam dan Revolusi Islam Iran agar masyarakat merasa ada masalah dengan asas Revolusi. Namun dengan bantuan Allah Swt, seluruh upaya ini gagal dan tidak mencapi hasil.”
Ayatullah Sayyid Ali Khamenei mengingatkan, “Sekalipun ada upaya seperti itu, rakyat dan para pejabat negara yang mukmin tetap tegar dan Revolusi Islam tetap maju.”
Rahbar menyebut pemilu presiden tahun lalu sebagai contoh dari keteguhan rakyat terhadap prinsip dan nilai-nilai Revolusi Islam. Rahbar menambahkan, “Dalam pemilu tahun lalu, rakyat tidak terpikat dengan slogan-slogan yang berbau non agama dan tidak Islam. Mereka memilih slogan dan program-progam yang kental nilai-nilai Islam, keadilan dan anti-kemewahan.”
“Ungkapan simpati dan hormat rakyat kepada para pejabat berdasarkan kecintaan mereka terhadap Islam. Bila sesaat kita melenceng dari jalur Islam dan Revolusi, pada saat yang sama rakyat akan menyatakan kebenciannya kepada kita,” tegas Rahbar.
Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menekankan, “Slogan-slogan Revolusi Islam hari ini hidup. Ucapan dan pemikiran Imam Khomeini ra bak logam emas yang jamak dipakai masyarakat. Masyarakat yang dahulunya menampakkan penentangannya terhadap Imam dan secara transparan menyatakan bahwa Revolusi Islam telah terkubur, kini mereka mengulangi ucapan Imam Khomeini ra dan berbicara tentang Revolusi Islam guna meraih simpati masyarakat.”
Rahbar menilai fitnah tahun lalu (1388) sebagai contoh lain dari keteguhan masyarakat Iran terhadap prinsip dan nilai-nilai Islam dan Revolusi. Ditambahkannya, “Dalam fitnah itu, rakyat ternyata tetap teguh mempertahankan prinsip dan nilai-nilai Revolusi Islam dan pada tanggal 9 Dey 1388 (30 Desember 2009) mereka turun ke jalan-jalan sekalipun sebelum ini suara mereka untuk kandidat lain. Semua ini terjadi setelah mereka mengetahui wajah asli para pelaku fitnah dan aksi ini menjadi bukti betapa para pelaku fitnah hanya minoritas yang sangat sedikit.”
Sekaitan dengan masalah ini, Rahbar menyimpulkan bahwa kini metode yang dapat diterima di negara ini adalah metode dan jalan Imam Khomeini ra serta nilai-nilai Islam dan Revolusi. “Ini adalah capaian yang sangat luar biasa,” tandas beliau.
Di bagian lain dari pidatonya, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menjelaskan kondisi di dalam negeri dan menyinggung soal kemajuan luar biasa di bidang sains, teknologi dan industri. Rahbar mengatakan, “Di balik tabir kemajuan yang dipublikasikan oleh media-media ada hal yang sangat membanggakan. Karena kemajuan ini hasil dari bangkitnya semangat rasa percaya diri nasional di hati para ilmuwan muda Iran.”
Rahbar mengingatkan kembali sejumlah pertemuannya bersama kalangan akademisi, mahasiswa, wirausahawan dan para pejabat negara di bulan Ramadhan. Beliau menyebut mengkristalnya semangat percaya diri nasional sebagai ciri khas paling penting dalam pertemuan-pertemuan itu. Dikatakannya, “Semangat percaya diri merupakan keberhasilan besar yang harus dijaga dan diperkokoh.”
Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menegaskan bahwa rasa percaya diri adalah semangat yang dihidupkan oleh Imam Khomeini ra di dalam diri rakyat dan pemuda Iran. Ditambahkannya, “Masalah ini sangat indah dan membanggakan. Mereka yang selalu berbicara tentang kepahitan dan kelemahan sudah selayaknya untuk menengok masalah ini.” Rahbar mengingatkan bahwa masalah utama adalah motor penggerak negara. Menurut beliau, “Dengan pertolongan Allah Swt, gerakan negara menuju kemajuan disertai harapan, orientasi dan tujuan yang benar.”
“Kini Iran menjadi ladang kerja, usaha dan pembangunan. Masih banyak pekerjaan penting yang telah dilakukan dan ini sangat bernilai,” tandas Rahbar.
Ayatullah Sayyid Ali Khamenei mengatakan, “Hasil dari tekanan musuh dan kondisi sulit selama tiga dekade adalah masyarakat dan para pejabat negara yang semakin tegar. Periode baru tekanan yang dilakukan juga hasilnya adalah rakyat yang semakin tegar.”
Rahbar secara tegas menilai tekanan yang ada ini pasti menemui kegagalan. Menurut beliau, “Selain ada janji Allah Swt untuk membantu dan memenangkan para penolong agama Allah, pengalaman di pelbagai periode Revolusi juga menunjukkan bahwa segala bentuk tekanan ini juga akan berujung pada kegagalan berkat resistensi [pertahanan] rakyat Iran.”
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran juga menekankan bahwa kini perang yang terjadi di dunia adalah perang tekad dan kehendak. Beliau mengingatkan, “Bila diasumsikan Republik Islam Iran bakal runtuh, maka itu seharusnya sudah terjadi sejak dekade awal di mana kemampuan dan pengalaman Iran masih lebih sedikit ketimbang saat ini. Saat ini kekuatan dan pengalaman Revolusi Islam dan Iran sudah berlipat-lipat ganda dibandingkan tahun-tahun pertama Revolusi Islam.”
Ayatullah Sayyid Ali Khamenei juga menilai semangat rakyat Iran lebih bergejolak bila dibandingkan dengan dekade pertama Revolusi. “Keimanan dan keseriusan generasi muda saat ini bila tidak lebih kuat dan besar dari generasi pertama Revolusi, pasti tidak kurang dari mereka,” ucap Rahbar.
Rahbar menilai partisipasi rakyat setiap kali dibutuhkan merupakan faktor utama kemenangan Revolusi dan keberhasilan Republik Islam Iran selama 30 tahun lalu. Ditegaskannya, “Penyebab partisipasi rakyat di setiap bidang kembali pada adanya harapan. Oleh karena itu harapan ini harus senantiasa dihidupkan di tengah-tengah masyarakat. Semua harus menghindari setiap ucapan dan tindakan yang memunculkan sikap buruk sangka dan ketidakpercayaan rakyat.”
Rahbar menyebut kemampuan untuk menilai mana masalah yang prinsip dan sekunder merupakan poin penting yang patut dicamkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Rahbar mengatakan, “Dengan mengenal masalah prinsip secara benar, masalah-masalah sekunder tidak akan menempati masalah prinsip. Tentu saja ini tidak bermakna bahwa tidak diperbolehkan mengetengahkan masalah sekunder, tapi yang penting adalah hal-hal sekunder tidak boleh mengambil tempat masalah prinsip. Hal ini harus menjadi tolok ukur dalam menolak atau menerima sesuatu.”
“Parameter adalah komitmen terhadap jalan kebenaran, Islam, prinsip-prinsip Revolusi, tujuan-tujuan Imam Khomeini ra dan dalam menghadapi kekuatan-kekuatan arogansi,” tambah Rahbar.
Di bagian lain dari pidatonya, Rahbar menekankan bahwa masalah budaya lebih penting dari masalah ekonomi dan politik. Beliau menjelaskan, “Budaya adalah persepsi, pemahaman, keyakinan dan semangat manusia dalam kehidupan. Bila budaya sebuah bangsa benar, sudah barang tentu budaya ini akan terimplementasikan dalam perilaku dan kinerja masyarakat.”
Sekaitan dengan ihwal masalah kebudayaan Rahbar menambahkan, “Rasa tanggung jawab, pengorbanan, keuletan, disiplin, solidaritas sosial, keharmonisan sosial, hemat, perbaikan model konsumsi, qana’ah, perbaikan produk dalam negeri, jujur, menghidupkan pemikiran Imam Khomeini ra dan nilai-nilai Revolusi Islam, memperkuat semangat solidaritas Islam, kehormatan dan jilbab dan hidup sederhana merupakan contoh dari masalah-masalah kebudayaan. Media-media punya peran penting dalam menyebarkan masalah-masalah kebudayaan.”
“Tapi tetap saja kewajiban kalangan rohaniawan untuk memperkaya kandungan dan isi dari masalah-masalah kebudayaan,” tandas Rahbar.
Di awal pertemuan ini, Ayatullah Hashemi Rafsanjani, Ketua Dewan Ahli Kepemimpinan menyinggung sidang dua hari Dewan Ahli Kepemimpinan dan tema-tema apa saja yang dibicarakan. Menurut Ayatullah Rafsanjani, pertemuan ini berhasil dan diselenggarakan secara baik.
Sementara Ayatullah Yazdi, Wakil Pertama Dewan Ahli Kepemimpinan dalam pertemuan ini menyampaikan laporan lengkap terkait pembahasan yang dilakukan dalam sidang Dewan Ahli Kepemimpinan. [TvShia/Leader.ir]
Kirim komentar