Dimensi Politik Haji

Dimensi Politik Haji

Bukanlah tanpa alasan jika salah satu dari pengamat politik asing yang terkenal, dalam statemennya yang penuh makna mengatakan, “Celakalah muslimin apabila mereka tidak mengetahui makna dari ritual haji, dan celakalah para musuh apabila mereka memahami makna ritual haji.” 

Seperti yang telah dikatakan oleh salah seorang faqih Islam, selain ritual haji merupakan ibadah yang paling murni dan paling mendalam di antara ibadah-ibadah yang ada, juga merupakan sebuah mediator yang paling berpengaruh untuk memperoleh tujuan politik Islam.

Hakikat dari sebuah ibadah adalah mengarahkan perhatian dan memfokuskan konsentrasi kepada Allah swt., sedangkan hakikat dari politik adalah mengarahkan perhatian pada ciptaan Allah swt. Kedua hal ini saling berbaur sedemikian rupa hingga berbentuk sebagaimana keburaman warna sebuah kain (karena banyaknya warna yang bercampur di dalamnya).

Haji merupakan komponen fundamental untuk mempersatukan barisan Muslimin.

Haji merupakan salah satu elemen untuk melawan fanatisme suatu negara, keturunan, ras, dan kaum yang berada di dalam istana-istana yang terletak di perbatasan geografi.

Haji merupakan sebuah alat untuk menghancurkan para penghujat dan menghilangkan pengaruh-pengaruh kekuatan-kekuatan arogan yang memegang kekuasaan di negara-negara Islam.

Haji adalah suatu sarana untuk menyebarkan berita politik negara-negara Islam dari satu titik ke titik yang lain.

Dan akhirnya, haji adalah salah satu faktor yang berpengaruh untuk melepaskan rantai-rantai ketertawanan dan penjajahan, serta unsur yang berpengaruh untuk menciptakan kebebasan muslimin.

Dengan alasan ini, pada masa kekuasaan pemerintahan arogan dan keji semacam Bani Umaiyah dan Bani Abbasiyah atas bumi suci Islam, mereka senantiasa memata-matai seluruh kegiatan komunikasi dan kontak yang dilakukan oleh kelompok-kelompok muslimin, sehingga dengan cara ini mereka akan bisa menghancurkan setiap gerakan yang mengarah pada kebebasan dan kemerdekaan.

Tibanya masa pelaksanaan haji merupakan sebuah katup kecil yang mengarah pada kemerdekaan dan merupakan tempat untuk melakukan komunikasi antara kelompok-kelompok masyarakat besar Islam, dan juga merupakan tempat untuk memaparkan persoalan-persoalan politik.

Atas alasan ini, ketika menjelaskan filsafat haji Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib a.s. berkata: “Allah telah mensyariatkan haji untuk menguatkan agama Islam”.

Bukanlah tanpa alasan jika salah satu dari pengamat politik asing yang terkenal, dalam statemennya yang penuh makna mengatakan, “Celakalah muslimin apabila mereka tidak mengetahui makna dari ritual haji, dan celakalah para musuh apabila mereka memahami makna ritual haji.”

Dalam riwayat-riwayat Islam yang lain juga ditegaskan bahwa haji adalah sebuah jihad bagi orang-orang yang lemah. Sebuah jihad yang bahkan pria lanjut usia dan wanita renta pun mampu untuk merefleksikan keagungan dan kemegahan umat Islam ini dengan kehadirannya di medan haji, dan mampu untuk menggoncangkan kubu pertahanan para musuh dengan lingkaran barisan shalat yang mengelilingi rumah Allah secara berlapis-lapis, serta dengan teriakan suara yang mengumandangkan kebersatuan dan keagungan Allah swt. [TvShia.com/Islam Times]

Kirim komentar