Sikap Orang-Orang Kolot Terhadap Imam Khomeini ra 1

 Sikap Orang-Orang Kolot Terhadap Imam Khomeini ra 1

Mohon jelaskan lebih banyak tentang sikap orang-orang kolot terhadap Imam Khomeini?

Saya benar-benar menentang sebagian teman-teman yang menganggap bahwa menjelaskan tentang keteraniayaan, kesusahan dan kesulitan Imam Khomeini ra di hauzah Qom dan Najaf secara terang-terangan menyebabkan jatuhnya wibawa dan keagungan pribadi Imam di mata para pendukungnya.

Menjelaskan tentang keteraniayaan Imam Khomeini ra bukan karena saya sebagai putra beliau. Bukan karena saya menyaksikan pelbagai kesulitan Imam di masa lalu. Bukan juga karena ingin menyampaikan duka dan membuat sedih hati para pecinta Imam. Bukan itu! Yang ada adalah masalah kewajiban. Ini adalah kewajiban bagi setiap orang yang berada pada arus peristiwa pra revolusi dan berada di tengah-tengah kejadian. Peristiwa pahit masa lalu harus kita sampaikan secara terang-terangan dan jelas kepada masyarakat terhormat yang  telah mengorbankan segalanya di jalan Imamnya (Imam Khomeini) dan menyerahkan anak-anak dan keluarga mereka, sehingga mereka bisa mengenal mana musuh dan mana teman dan  memahami dengan jelas segala bahaya yang mengancam jalan syuhada mereka.

Masyarakat kita dan generasi masa depan harus tahu bahwa kemenangan revolusi mereka tidak terjadi begitu saja dan tanpa mukadimah pada 22 Bahman tahun 1357 HS. Imam Khomeini tidak bangkit begitu saja pada tahun 1341 dan 1342 dan dalam beberapa hari masalahnya selesai dan mengalami kekalahan, kemudian pada tahun 1357 kembali muncul kesempatan dan mengalami kemenangan. Kemenangan politik pada 22 Bahman adalah hasil perjuangan panjang Imam Khomeini di medan yang benar-benar sulit melawan orang-orang kolot dan bodoh yang sok suci dan menjual agamanya demi dunianya. Diperlukan adanya sebuah revolusi yang lebih sulit dibanding dengan revolusi politik sehingga kekolotan yang ada harus dibasmi.  Pemahaman menyimpang akan Islam yang sudah merasuk ke dalam ranah agama harus dibersihkan. Serangan asing selama berabad-abad dan kebohongan yang dikaitkan kepada Islam yang murni harus dibersihkan. Pemikiran Islam murni Nabi Muhammad Saw harus disampaikan kepada generasi kontemporer yang haus dan lelah.

Lembaran masa-masa sulit dan meyusahkan yang telah dilalui Imam Khomeini ra sampai berhasil mencapai revolusi kebudayaan itu penuh dengan beragam kepahitan, kesakitan, tuduhan dan pengkhianatan dan sayang sekali lembaran-lembaran ini sampai saat ini tidak terbaca bahkan asing.

Sebuah jalan yang cukup sulit, panjang dan penuh dengan ribuan masalah dan kesulitan sehingga Imam Khomeini ra mampu menjaga panji merah perjuangan dan kebangkitan dalam arus peristiwa dan mengibarkannya di seluruh Iran yang Islam di kancah kebesaran Sepuluh Fajr Kemenangan 22 Bahman. Berdiri dan bertahan dihadapan para diktator dan pezalim seperti rezim Shah Pahlevi tidak bisa dibandingkan dengan medan perjuangan melawan puluhan pemikiran berkedok agama dan Islam yang menentang pemikiran Islam hakiki. Di medan perjuangan melawan rezim Shah Pahlevi maksimal ditahan, dipenjara, disiksa dan diasingkan atau menyerahkan darah di jalan kemerdekaan. Namun di medan melawan pemikiran berkedok agama dan Islam harus mengorbankan harga diri, harus menahan diri, harus bersabar dan diam demi mencapai ridha Allah agar bisa bertahan menghadapi pelbagai banjir tuduhan dan sindiran sehingga berhasil menghancurkan kekolotan, keterbelakangan, rasialisme dan kembali lagi menjadikan hauzah ilmiah sebagai pusat pergerakan Islam yang hakiki dan kembali lagi menciptakan santri yang komitmen sebagai pembawa paji kebangkitan dan Revolusi Islam sebagaimana yang selama ini tercatat dalam sejarah.

Ini semua bukan cerita heroik dan slogan. Ini semua adalah kenyataan dan kebenaran yang membutuhkan pengenalan bagaimana Imam Khomeini ra melewati jalan revolusi yang penuh liku-liku, panjang dan terjal. Imam Khomeini ra tidak bangkit begitu saja tanpa mukadimah pada tahun 1342 dan berteriak anti kezaliman dan dengan kematian para sahabatnya dan tekanan terhadap kebangkitannya, lalu di pengasingan beliau melanjutkan pelajaran, pekerjaan, kehidupan dan marjaiyatnya dan lima belas tahun berikutnya kembali lagi ke Iran dan membentuk pemerintahan Islam. Tidak. Tidak demikian.

Imam Khomeini ra berkata:

"Salah satu masalah yang harus dijelaskan kepada para santri muda adalah bagaimana di masa kekacauan di bawah pengaruh orang-orang sok suci yang tidak paham, polos dan bodoh, harus ada sejumlah orang yang bangkit mengorbankan jiwa dan harga dirinya demi menyelamatkan Islam, hauzah dan kerohanian. Kondisi tidak seperti saat ini. Barang siapa yang pada masa itu seratus persen tidak meyakini perjuangan, maka ia akan selamat dari tekanan dan ancaman orang-orang yang sok suci."

Dikutip dari penuturan almarhum Hujjatul Islam Sayid Ahmad Khomeini, anak Imam Khomeini ra.

Sumber: Pa be Pa-ye Aftab; Gofteh-ha va Nagofteh-ha az Zendegi Imam Khomeini ra, 1387, cetakan 6, Moasseseh Nashr-e Panjereh. [Tvshia/Irib/ Emi Nur Hayati]

Kirim komentar