Beda Revolusi Iran dan Mesir

 Perbedaan Revolusi Mesir dengan Iran

Karena tak punya pemimpin karismatik seperti Ayatullah Ruhullah Khomeini, masyarakat Mesir tak bisa berkumpul di bawah satu bendera dan panduan masa depan yang jelas.

 

M. I. Bhat adalah profesor dan Ketua Departemen Geologi & Geofisika di University of Kashmir. Bhat mulai menulis tentang politik sejak tahun 2010. Artikel-artikelnya sering muncul di Veteran Today, Palestina Chronicle, OpEdNews dan Kashmir.

 

Dalam artikel Bhat yang dilansir Press TV, Minggu (20/10/13), kegagalan revolusi Mesir membuat dunia memperhatikan kesuksesan revolusi Iran. Barat sendiri berusaha mendiskreditkan bahkan menuduh Iran gagal menciptakan demokrasi (pro Amerika).

 

Tapi menurut Bhat, revolusi Islam Iran adalah revolusi yang sukses karena hal berikut;

 

1. Supremasi pemimpin revolusi Iran: Pemimpin tunggal revolusi Iran sesuai dengan acuan agama dari Al-Quran dan Sunnah. Rakyat Iran percaya bahwa revolusi mereka berlandaskan Islam.

 

2. Revolusi Islam Iran menumbangkan sang dikatator dan sistem kediktatoran yang dibangunnya. Hal ini sangat membantu dalam memperkecil jumlah korban dalam perjalanan revolusi Islam Iran.

 

3. Revolusi Islam Iran berhasil memutuskan hubungan dengan Amerika, meski sebagai konsekwensinya, Iran harus terisolasi dari dunia Barat, dana dan tekhnoogi Barat serta bantuan institusinya seperti IMF dan Bank Dunia. Iran pun dijatuhi berbagai sanksi. Tapi, Iran terus bergerak maju. Sekarang, Iran menjadi satu-satunya negara di wilayah Timur Tengah yang pemerintahnya dipilih lewat pemilu, memiliki populasi yang berpendidikan (pria dan wanita), mempunyai basis industri dan infrastruktur yang cukup maju.

 

Sementara revolusi Mesir gagal karena tiga hal pula.

1. Revolusi Mesir tak didukung ideologi. Revolusi Mesir bak sebuah  pemberontakan massa tanpa pemimpin yang terjadi karena kebencian mereka pada diktator Hosni Mubarak. Tujuan mereka terbatas pada lengsernya Mubarak dari kekuasaan. Karena tak punya pemimpin karismatik seperti Ayatullah Ruhullah Khomeini, masyarakat Mesir tak bisa berkumpul di bawah satu bendera dan panduan masa depan yang jelas. Hasilnya, saat tujuan terbatas itu tercapai, massa pun mulai terpisah sesuai kecenderungan politik/ideologi mereka.

 

2. Ikhwanul Muslimin yang semestinya bisa memimpin revolusi itu dalam skala luas hanya berdiri menonton. IM hanya turun ke ring saat pemilu untuk meraih suara dan kekuasaan. Dan saat berkuasa, IM bertindak sangat mencengangkan. Sebelum Mohamed Morsi dilantik sebagai presiden, delegasi IM berkonsultasi dengan Departemen Luar Negeri AS, pejabat Pentagon dan think tank Zionis yang sebenarnya merupakan akar penyebab penderitaan warga Mesir. Ini membuat pihak-pihak anti Amerika kembali bangkit.

 

Meksi berlatar belakang Islam, para petinggi IM tak cukup berani membuka pemerintahan Islam. Mereka malah mengumumkan kesetiaan pada perjanjian Israel yang diperantarai AS. Mereka juga membantu broker Amerika melakukan gencatan senjata antara Hamas dan Israel bahkan meminta warga Mesir (khususnya kader IM) berperang di Suriah. Ini membuktikan bahwa mereka hanyalah pengekor Amerika dan mendapat keabsahan dari pemerintah AS.

 

3. Meski sudah setengah berjalan di jalur revolusinya, tapi infrastruktur Mesir yang ofensif tak tersentuh sama sekali. Tentara, birokrasi dan kroni-kroni politik mereka terus berkuasa hingga pasca revolusi.

 

Meski IM mampu memahami teknik-teknik budidaya akar rumput tapi mereka gagal mengelola kompleksitas sebuah revolusi. Terbukti IM tak mempelajari dan menganalisa revolusi Iran serta hal-hal yang membuatnya sukses.

 

Rakyat Iran tak peduli meski milyaran asset mereka dibekukan pemerintah AS sebagai efek penyitaan dan penyanderaan Kedutaan Besar AS oleh mahasiswa muda revolusioner di Tehran. Amerika lalu menghadiahkan perang 8 tahun pada Iran lewat Saddam Hussain. Tapi, lagi-lagi, Iran bertahan dan bergerak maju meraih tujuan yang telah ditetapkan.

 

Iran setelah revolusinya terus bergerak sementara Mesir kembali jatuh dalam cengkeraman militer, Amerika dan kesengsaraan. [TvShia/Islam Times]

Kirim komentar