Makalah 13 Dey, Khadijah Geroi Antara gurauan dan Penghinaan

Makalah 13 Dey, Khadijah Geroi Antara gurauan dan Penghinaan

 

Ada beberapa orang terpelajar setelah mengarungi kehidupan studi di civica akademika Indonesia akhirnya mengambil keseimpulan bahwa untuk melanjutkan ke jenjang kehidupan pernikahan yang penting calon istri adalah orang berpunya, terlebih ketika pelajar tersebut adalah orang yang tidak punya, dari keluarga tidak mampu.

 

Sekelompok pelajar bahkan ada yang sampai mengklasifikasikan kelompok pencari istri dengan status kekayaan sebagai prioritas utama menjadikan kekayaan calon mertua sebagai parameter wahid. Mereka menamainya Khadijah Geroi [Madzhab atau aliran dengan merujuk pada Sayidah Khadijah].

 

Memang sederhana atau mungkin kesan pertama dari tulisan ini terlalu mengada-ada tapi ternyata memang kasus diatas ada, khadijah Geroi ketika hal itu hanya ditujukan untuk menilai calon istri “yang kaya” secara tidak sadar mereka sedang menghina Nabi. Karena sangat tidak mungkin Nabi Muhammad saw menikahi Khadijah Sa karena alasan Khadijah adalah putri orang kaya atau karena memiliki kekayaan.

 

Pertama

Setelah tertolakkanya lamaran Abu bakar, Umar, dan beberapa pria lain akhirnya SayidahKhadijah setelah mendapatkan informasi tentang kepribadian Muhammad yang sangat bisa dipercaya dan begitu menarik akhirnya mengajukan diri untuk dinikahi Nabi Muhammad saw, jadi sebenarnya Nabi muhammad saw tidak melamar sayidah Khadijah sebagai mana Abu Bakar, Umar dan beberapa pria lainnya.

 

Kedua

Jika Nabi Muhammad saaw menikahi Khadijah sa hanya karena alasan kekayaan mengapa Allah tidak menjodohkan beliau dengan putri-putri raja saja sehingga mendapatkan kekayaan yang berlimpah ruah? Jelas alasan Rasulallah saaw menikahi Khadijah sa bukan karena alasan itu.

 

Ketiga

Konsep utama dan pertama dalam pernikahan adalah kekufuan, disini juga sekalian menepis bahwa saran untuk menikahkan dua insan itu dilihat dari kesetaraan kekayaannya, walau ketika dinilai memang ketika kedua pasangan memang memiliki kekayaan yang imbang maka ada dampak positifnya, tapi harus diingat bahwa kekayaan bukanlah segala-galanya, apalagi dijadikan sebagai parameter utama. Karena kita lihat sang panutan utama waktu itu tidak memiliki kekayaan berimbang dengan calon istri.

 

Sekufu yang dimaksud dalam islam lebih cenderung dari sisi kejiwaan, dimana waktu itu sayidah khadijah memang bisa dikatakan satu-satunya wanita yang berakhlak mulia, wanita taat beribadah sesuai dengan ajaran-ajaran Nabi Ibrahim sehingga dikenal sebagai At Thahirah. Sangat lebih mudah dicerna nalar ketika alasan pernikahan Nabi adalalah alasan kesempurnaan akhlak.

 

Memang sayidah khadijah mengorbankan sebagian besar atau seluruh harta kekayaan yang dimiliki untuk islam tapi tidak bisa dikatakan bahwa jika tidak ada kekayaan itu maka islam akan cacat disampaikan, tidak menegasikan secara penuh dan tidak menerimanya secara utuh.

 

Jadi disimpulkan disini bahwa andai sayidah khadijah tidak memiliki harta kekayaan berlimpah tetap saja dia adalah wanita yang memang paling tepat menjadi pendamping sang Nabi. [TvShia]

Kirim komentar